Pages

Selasa, 03 Oktober 2017

Glaze by Windry Ramadhina | Blog Tour, Book Review

GLAZE: Galeri Patah Hati Kara & Kalle
Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Gita Romadhona
Desainer sampul: Dwi Annisa Anindhika
Ilustrasi isi: Windry Ramadhina
Penerbit: Roro Raya Sejahtera (Imprint Twigora)
ISBN 978-602-60748-2-9
Cetakan pertama, 2017
400 halaman
Harga: Rp89.000,-
Seperti glasir di permukaan keramik, aku merasakanmu sepanjang waktu.
Mataku tak lelah menatapmu, diam-diam mengabadikan senyumanmu di benakku.
Telingaku mengenali musik dalam tawamu, membuatku selalu rindu mendengar cerita-ceritamu.
Bahkan ketika kita berjauhan, aku selalu bisa membayangkanmu duduk bersisian denganku.

Seperti glasir di permukaan keramik, kepergianmu kini membungkusku dalam kelabu.
Ruang di pelukanku terasa kosong tanpa dirimu.
Dadaku selalu sesak karena tumpukan kesedihan mengenang cintamu.
Bahkan ketika aku ingin melupakanmu, bayanganmu datang untuk mengingatkan betapa besar kehilanganku.

Aku menyesal telah membuatmu terluka, tapi apa dayaku?
Aku yang dulu begitu bodoh dan naif, terlambat menyadari kalau kau adalah definisi bahagiaku.

Kalle membenci Eliot. Sejak kahadirannya, dia membuat Kalle keluar dari lingkaran, dia menyedot perhatian orangtuanya. Dia begitu lemah sehingga merebut banyak hal dari Kalle, membuat Kalle mencoba terlihat dan sempurna di mata orangtuanya, membuat dia memikul beban tanggung jawab dan kewajiban. Eliot membuat Kalle mematikan perasaan padanya.

Lalu, ketika Eliot gagal menjalani operasi jantung yang sedari awal memiliki persentase keberhasilan sedikit sekali, dia meninggalkan sebuah kewajiban lagi bagi Kalle. Dia memberikan rekaman yang berisi untuk menjaga orang yang dicintainya. Sebuah permintaan terakhir yang diyakini Eliot kalau dia akan baik-baik saja bila bersama Kalle, sebuah permintaan untuk menjaga Kara.

Awalnya Kalle tidak begitu mengindahkan permintaan Eliot, terlebih ketika melihat perempuan yang tinggal di belakang rumah Eliot di Bogor tersebut. Dia berantakan, dia ceroboh, dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Namun, semakin lama Kalle menghindar, dia semakin memikirkan Kara. Semakin lama semakin samar apa yang sebenarnya dia rasakan, tanggung jawab yang dititipkan Eliot, atau perasaanya sendiri?
Kaeh muram. Bukan muram karena bingung atau kesal atau semacamnya. Muram yang sedih.
Aku menyadari satu hal. Kaeh juga menyimpan luka.
Kau tahu? Saat membuat keramik, kita memindahkan sebagian jiwa kita ke dalamnya. Jiwa yang bahagia menghasilkan keramik yang bahagia. Jiwa yang muram menghasilkan keramik yang muram.
Glaze tidak hanya sebatas galeri patah hati Kara dan Kalle, tapi ada brotherhood dan cinta segitiga. Tiga hal yang saya dapatkan ketika membaca buku ini. Masih dengan gaya khas tulisannya yang detail dan sendu, kali ini Windry Ramadhina menambah aura kesurammannya, walau ada kesan lucu dan polos yang dia sisipkan lewat karakter Kara. Sangat tepat membuat sudut pandang orang pertama melalui Kalle dan Kara, karena perasaan mereka lebih mudah terlihat, mudah dirasakan oleh pembaca. Ketiga tokoh di buku ini sama-sama terluka, dan kesedihannya sangat terasa sekali.

Eliot. Kita akan berjumpa dengannya ketika baik Kalle maupun Kara mengingat masa lalu. Sangat terasa bagaimana dia mencintai Kara dan mengagumi Kalle. Bahkan, ketika Kalle memutar ingatan di mana Eliot selalu membuntuti dan melakukan apa yang Kalle lakukan, meskipun berbehaya bagi dirinya, dia sebenarnya sama halnya dengan Kalle, ingin terlihat. Dia ingin dilihat kakaknya, ingin diakui keberadaanya. Dia tahu sudah melukai Kalle begitu dalam, hal tersebut merupakan salah satu kesedihan terbesarnya.

Kara. Dia sangat ceroboh, teledor dan bahkan kadang lupa waktu kalau sudah bersinggungan dengan keramik, disaat bersamaan tergambar pribadinya yang polos dan apa adanya, yang membuat siapa pun ingin menjaganya. Mungkin karena sifatnya yang cukup bebas tersebut, dia cepat bangkit dari patah hatinya ketika ditinggal orang yang sangat dicintainya. Selepas kepergian Eliot, dia kacau sekali, entah kapan terakhir makan, entah kapan dia mengurus kucingnya, Kuas. Perkembangan karakternya sangat terlihat, dan ya, dia pemanis buku ini sehingga ada sentuhan humoris. Pada bagian dia, kita juga akan diperlihatkan bagaimana kehidupan seorang pengrajin tembikar atau keramik.

Kalle. Bahkan, setelah saya selesai membaca buku ini, saya masih terbayang betapa sedihnya dia. Rasanya ikut sakit bagaimana dia memendam perasaan sakit hatinya akan Eliot. Di satu sisi dia ingin menyanyangi, mengenal dekat saudaranya seperti yang lain, tapi karena orangtuanya yang begitu menjaga Eliot karena kondisi khusus sejak bayi, Eliot menjadi jauh. Di sisi lain, Kalle menjadi membenci Eliot, Kalle menjadi tidak dianggap, bahkan selepas kepergiannya pun Eliot masih menitipkan tanggung jawab padanya, seakan-akan dia tidak ada artinya. Dia karakter favorit saya di buku ini, dia dingin, dia rasional, dia tidak akan mengejar apa yang seharusnya diperjuangkan, dia akan menunggu. Seperti ketika dia mulai menyadari perasaanya pada Kara.

Ada bagian yang cukup menyakitkan dan membuktikan bahwa sebenarnya Kalle bermakna di mata Eliot, bagian yang membuat dada ini sakit rasanya, salah satu bagian paling favorit di buku ini.
Eliot berpaling ke arah kamera. Wajahnya yang pucat masih dihiasi senyum. "Dia lelaki paling hebat yang aku kenal. Dia berkorban banyak, menderita banyak. Tapi, dia bertahan. Dan karena itu aku masih ada di sini. Aku berutang kehidupan ini kepadanya." Eliot mengeddikan bahu. "Aku mengagumi kakakku."
Dan yah, kisah cinta segitiga. Kalle takut akan perasaanya pada Kara karena apakah hanya sebatas tanggung jawab yang dititipkan Eliot padanya atau karena hatinya benar-benar tertarik dengan Kara? Terlebih Kalle melihat kalau Eliot sangat serius dengan Kara, bahkan sampai berkorban besar. Selain itu Kara juga terlihat sangat kehilangan. Dia tidak ingin menambah luka di hatinya.

Glaze berfokus akan perasaan para tokohnya, sehingga peran pembantu tidak terlalu ditonjolkan, mereka melengkapi tanpa perhatian kita teralih dari tokoh utama, sehingga perkembangan kedua karakter tokohnya sangat terasa, terlebih Kara. Baik dari segi bagaimana dia mulai menginggat Eliot dengan cara yang berbeda, maupun akan bakat yang dimiliki. Kalle sedikit lambat, dia seperti keramik, karena dia memang orang yang keras sekaligus rapuh, hidup membuatnya seperti itu, luka hati hatinya sangat tebal sehingga harus dikikis pelan-pelan.

Glaze memang berisi hati yang luka, tapi mereka mencoba memgumpulkan keping-keping yang pecah agar utuh kembali, mereka sama-sama saling merekatkan, sama-sama mencoba memaafkan.

4 sayap untuk Loop, Chamois, Spons.



***
Seperti biasa kalau blog tour yang diadakan oleh Twigora, Roro Raya Sejahtera juga memberikan sebuah tantangan bagi para host. Tantangan kali ini berupa photo challenge! Foto buku bersama dengan benda berawalan huruf K. Kalau kita membaca Glaze ini, banyak hal yang berawalan dengan huruf K. Selain nama kedua tokoh utamanya, Kalle dan Kara, ada berbagai hal yang dimulai dari huruf K, antara lain, nama alias yang diberikan sahabat Kara baginya; Kumal, kucing kesayangannya; Kuas, dan benda yang amat erat hubungannya dengan ketiga tokoh utamanmya; kacamata, kamera dan keramik.

Dan ini versi saya:


Alasan saya memilih kacamata dan kopi adalah karena kedua hal tersebut tidak lepas dari saya. Kacamata menjadi bagian penting dari diri saya, salah satu alat bantu saya untuk melihat dunia lebih terang, hahaha. Kopi salah satu penyemangat saya, yang membuat saya untuk tetap sadar menghadapi hidup #tsah. Ada rasa pahit yang menyelimuti, tapi ada rasa manis yang bersembunyi dan memberikan kejutan. Saya membuat foto sedikit gelap, sesuai aura yang ada di buku ini, lalu di bagian ujung kiri atas mulai sedikit bercahaya, sama halnya dengan buku ini bahwa segelap apa pun masalah yang kita hadapi, akan ada cahaya yang akan membuatnya terang.

Simak juga sesi wawancara saya dengan Windry Ramadhina di postingan ini.
Selanjutnya, ikuti giveaway untuk mendapatkan satu novel Glaze secara gratis dari penerbit di postingan ini.


9 komentar:

  1. Dan masih penasaran siapa yang manggil Kalle dengan Kaeh - eh, panggilan Kalle kan itu? Rasanya kok manis banget orang sedingin Kalle dipanggil Kaeh 😅

    BalasHapus
  2. Aku penasaran konflik yg dimiliki Kalle dan Eliot, gmna dgn perbedaan keduanya,dan apa ad orang lain do kehidupan Kalle sebelum atau sesudah Kara? Mksh reviewnya kak

    BalasHapus
  3. ahhh kasian Kalle
    dia lelaki lagi, pasti sulit untuk mengungkapkan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya

    BalasHapus
  4. Baca review kak Sulis, kisah ini makin mengigit dan makin bikin penasaran.

    BalasHapus
  5. setiap mau beli buku atau ragu untuk beli, aku selalu lari ke blog ini utk sekadar membaca review dan melihat bintang yg kak Sulis beri.

    dan kali ini, aku semakin dibuat penasaran akan sosok Eliot. Ya, Eliot. terlebih saat kak Sulis menyelipkan adegan Eliot di depan kamera. nyeri hati adek):

    Kalle tetap mencuri perhatianku di review kali ini.
    cara penyampaian kak Sulis cukup subjektif dan rasional.
    banyak hal yg aku tau di review ini nggak aku daoatkan di blogtour sebelumnya. seperti fakta kalau Kara dan Kalle ternyata tetangga. lalu Eliot yg mengagumi Kalle.
    penasaran sama kisah satu ini...
    penasaran sama eksekusi yg dihadirkan dalam buku ini...
    penasaran dengan hati Kara yang akan menuntunnya ke arah mana):
    baca reviewnya sendu banget):

    BalasHapus
  6. Penasaran awal peremuan Kalle dan Kara bakal kaya apa? Apakah Kalle yg lebih dahulu menemui Kara? Atau mereka tidak sengaja bertemu di pemakaman Eliot? Atau nasib mempertemukan mereka lewat kejadian-kejadian tak terduga?
    Huaaaa,,, pingin cepet-cepet baca...

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Twitter: @ssyaya_ily

    Aku pernah baca satu buku windry yg judulnya Metropolis, lewat Ijak..

    BalasHapus
  9. Dari dulu aku udah tertarik dengan novel glaze karena tema cerita nya yang bikin baper tp belum punya kesempatan membaca.. Aku adalah penikmat karya-karya kak Windry.. Thanks review nya kak Sulis :)

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*