Pages

Jumat, 02 Desember 2016

Resensi: Jingga Dalam Elegi Karya Esti Kinasih

Judul buku: Jingga Dalam Elegi (Jingga dan Senja #2)
Penulis: Esti Kinasih
Desain cover: maryna_design@yahoo.com
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-6647-4
Cetakan pertama, Februari 2011
392 halaman
Sejak peristiwa pagi hari saat melihat mata Tari bengkak, Ari jadi penasaran. Benarkah itu hanya karena Ari menghapus nomor HP Ata dari HP Tari, ataukah karena Angga? Kalau memang karena Angga yang notabene musuh bebuyutan Ari, Ari ingin tahu apa yang telah dilakukan cowok itu terhadap Tari.

Setelah menemukan a shoulder to cry on pengganti Angga dalam diri Ata, perlahan-lahan Tari mulai melupakan Angga. Sikap Ata yang bertolak belakang dengan Ari membuat Tari nyaman bersama Ata. Ia pun curhat habis-habisan kepada Ata yang lembut, penuh perhatian, baik hati, dan yang baru belakangan Tari sadari berhasil membuat jantungnya berdebar tak keruan. Gangguan dan intimidasi Ari sampai tidak diacuhkannya. Inilah yang membuat Ari makin salah tingkah—kini saingannya bukanlah Angga, melainkan saudara kembarnya sendiri.

Namun, saat Tari merasa telah menemukan pelabuhan hatinya, satu rahasia besar perlahan-lahan terkuak.

Tari merasa… lambat-laun Ata semakin mirip Ari….

Melanjutkan kisah Tari dan Ari yang sempat tertunda dan sangat membuat penasaran, untungnya tidak perlu penantian panjang melepaskan dahaga, hanya berjarak kurang lebih satu tahun dari buku pertama terbit. Walau di bagian awal ada cuplikan buku pertama, Jingga dan Senja, tapi sangat saya sarankan untuk membacanya terlebih dahulu sebelum berlari ke buku ini karena series ini bisa dibilang tidak bisa berdiri sendiri, buku pertama sangat berpengaruh akan jalannya cerita di buku kedua, Jingga Dalam Elegi.

Hidup Tari masih belum tenang karena Ari masih mengejar-ngejarnya, walau sudah mati-matian mencoba melarikan diri, Ari selalu berhasil mencengkramnya. Tari sempat memiliki sandaran untuk berkeluh kesah, Angga, musuh bebuyutan Ari dalam tawuran, beberapa kali Angga membuat Ari geram akan kedekatan mereka, tapi Ari berhasil menemukan kelemahan lawan dan membuat Angga tak berkutik, dia tidak bisa lagi selalu dekat dengan Tari. Untungnya Tari tidak berlama-lama mengatasi semua masalahnya sendirian, selain Fio sahabat satu bangku yang menjadi curahan hatinya, hadir Ata yang membagi beban Tari. Ata adalah saudara kembar Ari, bernama lengkap Matahari Jingga.
“Ari adalah hati yang penuh dengan retakan. Dia adalah senyum yang di baliknya tangis telah menunggu begitu lama untuk bisa keluar. Dia adalah punggung tegak yang bisa runtuh dengan hanya satu sentuhan pelan. Dan dia adalah pemain drama hebat, karena hidup telah membentuknya dengan bertubi-tubi tekanan”
“Terkadang ada hal-hal yang pingin banget kita lupain tapi nggak bisa, Tar. Dalam kasus gue, bukan kadang lagi. Ada banyak banget hal yang pingin banget bisa gue lupain. Kadang juga, ada kenyataan-kenyataan yang pingin banget kita ingkarin. Tapi nggak bisa juga. Dalam kasus gue, lagi-lagi ada banyak banget kenyataan yang kalo aja bisa, pingin banget gue ingkarin." 
"Hidup itu... cuma bisa nyanyi satu macem lagu aja. Elegi." Kembali dia menoleh. "Tau elegi itu apa?"
"Lagu sedih. Hidup cuma bisa nyanyi lagu itu aja. Dia nggak bisa nyanyi yang lain untuk kami, Tar. Kadang kami punya cukup kekuatan untuk ndengerin. Kadang nggak. Masalah muncul kalo kami lagi nggak kuat. Nggak ada cara lain kecuali lari. Gue lari sendirian. Ari lari sendirian. Seneng juga sebenarnya kalau bisa lari bersama-sama. Paling nggak ada tangan yang bisa dipegang. Nggak terasa sendirian. Sayangnya ngak bisa begitu."
Sinopsis ceritanya sampai itu saja ya, hahahaha. Karena jujur saja, bagian awal sebenarnya cukup membosankan, plotnya nggak berkembang karena banyak detail cerita yang membuat cerita muter di satu masalah saja, siapa yang membuat Tari menangis, Angga atau Ata? Ari tidak bisa berhenti menganggu Tari sebelum menemukan jawabannya. Namun, untungnya buku kedua ini lebih tebal dari buku pertama sehingga masih banyak cerita yang bisa membuka tabir misteri sedikit demi sedikit atau malah membuka misteri baru.

Angga tidak terlalu mendapatkan porsi di buku kedua ini karena Ari masih memegang kunci kelemahannya. Namun masalahnya dengan Ari tetap menjadi tanda tanya besar, ada apa dengan masa lalu mereka? Apa yang membuat mereka menjadi musuh bebuyutan padahal melihat sejarah masa lalu mereka Ari sepertinya tidak memiliki masalah dengan Angga. Kenapa Tari menjadi incaran Angga? Apakah hanya karena kesamaan nama kah? Lalu apakah Angga akan diam saja walau kelemahannya sudah dipegang oleh Ari? Apakah dia akan menyerah begitu saja?

Sebagai gantinya, kita akan diperkenalkan dengan Ata sekaligus mengenal lebih dekat lagi dengan pribadi Ari yang penuh misteri. Awalnya Tari sangat tertolong dengan keberadaan Ata, dia benar-benar menjadi sandaran dan tempat berbagi masalah dengan saudara kembarnya, tempat mengadu kalau dijahati Ari, maka Ata akan memarahinya, membuat Ari semakin geram karena lawannya sekarang adalah saudara kembarnya sendiri. Tari juga beranggapan Ata sangat berbeda dengan Ari dari segi sifat, padahal mereka sangat identik dari segi visual. Kalau Ari orangnya over protective dan mudah kesulut amarah, Ata jauh lebih sabar dan bisa mengendalikan emosi, membuat Tari lebih menyukai Ata.

Di buku ini juga Ari lebih terbuka, khususnya kepada dua sahabatnya, Ridho dan Oji. Ari juga berbagi tentang kesedihannya, masa lalunya yang tidak mudah. Tentang terpisahnya dia dengan ibu dan saudara kembarnya, kenapa dia harus berpisah dengan ibunya padahal dialah yang paling dekat dan lebih penurut daripada Ata, tentang kenangannya bersama mereka. Di Jingga Dalam Elegi ini akan membuktikan perasaan Tari bahwa sebenarnya Ari orang yang baik, kesedihan dan masa lalunya lah yang membuat dia membentengi diri, ada bagian yang sangat emosional. Ari memang menjadi kekuatan dari serial ini, selain adegan yang kejam tapi juga romantis yang dia lakukan untuk Tari, dia adalah penggerak cerita.

Kalau ada misteri yang mulai terpecahkan, maka datanglah misteri baru yaitu tentang Ata. Saya sama sekali tidak bisa menebak kelanjutan ceritanya sehingga mungkin alasan itulah yang membuat buku ketiga, Jingga Untuk Matahari sangat dinantikan oleh estikinatic, sebutan bagi penggemar Esti Kinasih. Tidak hanya Angga yang menjadi rasa penasaran saya, tapi masih banyak lagi, seperti Vero sang pentolan The Scissors apakah tidak akan beraksi lagi padahal ada pemain baru yang tentu membuatnya kegirangan? Kenapa hanya kepala sekolah yang bisa 'menjinakkan' Ari kalau dia membuat masalah? Tentang ayah Ari yang belum pernah terlihat, serta hubungan keluarga Ari lebih detail lagi karena saya merasa kisah mereka tidak sederhana. Tentu saja tidak luput perkembangan hubungan Ari dan Tari, dan apa yang akan Ata lakukan menjadi misteri terbesar selanjutnya.

Kalau beneran akan dibuat menjadi lima buku, saya tidak masalah karena memang masih banyak sekali yang belum terungkap, satu buku penutup bagi saya tidak akan cukup, kecuali sangat tebal dan cerita tidak muter di masalah itu-itu saja. Bisa dibilang serial Jingga dan Senja ini adalah karya Esti Kinasih yang paling kompleks dan emosional selain Dia Tanpa Aku, jadi rasanya nggak ingin cepat berpisah dan ingin berlama-lama dengan Ari. Sikapnya yang bak penguasa dunia itu benar-benar menjadi daya tarik tersendiri. Saya berharap Jingga Untuk Matahari akan menjawab misteri yang ada di buku sebelumnya, mengobati kangen pembaca akan tulisan Esti Kinasih.

Jingga Dalam Elegi sangat recommended bagi kalian yang menyukai Jingga dan Senja, kalian akan lebih mengenal Ari, mengenal lukanya, mengenal kesendiriannya, dan mengenal sebesar apa rasa sukanya terhadap Tari. Buku ini juga sudah dicetak ulang, jadi kalian tidak akan kesulitan kalau ingin membacanya.



4 sayap untuk Tari dan Ari. 



NB:
Btw, Jingga Untuk Matahari rencananya akan terbit di bulan Januari dan bocoran covernya sudah ada. Menurut kalian cocoknya cover yang mana, nih? Bagian kiri senada dengan cover lama sedangkan yang kanan senada dengan cover cetakan barunya. Saya sih milih yang kiri biar kembaran sama cover lama, hahaha. Sebenarnya saya lebih suka model cover lama dan logo teenlit yang lama juga. Saya emang orang lawas, semoga nanti yang kiri yang kepilih, hehehehe. Benar-benar nggak sabar baca! Januari cepatlah datang!

5 komentar:

  1. Aku juga sedang menantikan buku ke-tiga nya nih kak, tapi penantianku gak selama temen-teman yang lain sih, aku baru baca karya kak Esti ketika duduk di bangku SMA kurang lebih 2 tahun yang lalu. Dan sepertinya aku juga harus baca ulang nih sebelum nanti baca buku ke-tiga nya, aku udah lupa-lupa ingat sama ceritanya. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah malah beruntung dong nggak kelamaan nunggunya, semoga nanti bisa jadi obat kangen ya 😁

      Hapus
  2. Aku juga udah baca cerita ini dari kapan taun, awal-awal suka teenlit. Entah kenapa otak "anak SMP"ku mampu ngecerna cerita ini, jadi masih ingat beberapa bagiannya. Aniway logo teenlit jaman dulu emang khas banget ya. Novel2 yang pake logo teenlit jaman dulu udah kayak barang antik di rumah, apalagi ditambah kertasnya yang udah menguning

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya, khas banget dan aku jauh lebih suka logo yg pertama, remaja banget 😁

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*