Pages

Kamis, 29 September 2016

Resensi: Jomblo Bermartabat Karya Cut Nursyidah Dewi

Judul buku: Jomblo Bermartabat
Penulis: Cut Nusyidah Dewi
Penyunting: Ani Nuraini Syahara
Desain dan ilustrasi: Amygo Febri
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
ISBN: 978-602-394-031-8
Cetakan pertama, 2016
192 halaman
Buntelan dari @Penerbit_BIP
Shafiya yakin kalau dia nggak boleh bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim karena itu dilarang agama. Dosa! Dia yakin, apa yang Tuhannya perintahkan itu adalah untuk kebaikan dirinya.

Setengah mati dia memegang teguh prinsipnya tentang hubungan terhadap lawan jenis ini. Yah, hidup di tengah kota yang bebas seperti sekarang, rasanya hampir mustahil ada seorang perempuan yang tak pernah disentuh laki-laki barang seujung jari pun.

Karena prinsipnya ini, dia pun harus dengan senang hati menyandang gelar jomblo karatan! Dia pun hanyut dalam perjalanan panjang yang melelahkan, membuatnya terombang-ambing tanpa arah, demi menemukan jodoh yang berada entah di mana.

Menjadi jomblo bermartabat. Hemh… berat jenderal…

Lalu bagaimana si jomblo bermartabat menemukan belahan jiwanya? Lalu bagaimana akhir dari cerita cintanya? Hmmm, tidak terduga!
Fiya sudah muak dengan yang namanya cinta, berkali-kali dia terluka karena cinta. Dan hal yang paling menyebalkan adalah pertanyaan kapan kawin? Bukan berarti Fiya anti dengan yang namanya cowok, dia ingin seperti gadis yang lain, segera melepas masa lajang, sayangnya selain pernah terluka dia tidak semudah itu dengan para cowok, Fiya cukup pemalu jika berhadapan dengan mereka. Makanya dia pasrah kalau ingin dijodohkan.

Suatu hari ketika berkunjung ke rumah kakaknya, Fiya bertemu dengan cowok yang sanggup menggetarkan hatinya, namanya Ricki. Hanya saja Ricki ini keponakan suami kakaknya, dalam artian Fiya adalah tantenya dan Ricki jauh lebih muda darinya. Ricki yang jauh-jauh merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan tanpa disangka juga tertarik dengan Fiya, hanya saja dia tidak mampu mengutarakan perasaan, terlebih dia mendengar Fiya akan dijodohkan. Merasa tidak ada harapan, pun dengan pekerjaanya di Jakarta, Ricki memilih pulang kampung.

Perjodohan yang dialami Fiya pun penuh dengan cobaan, bahkan bisa dibilang dia melewati beberapa fase atau calon yang tidak potensial, mulai dari si cowok dangdut Badrawi, Adra, sampai dengan orang yang Fiya tidak pernah lihat wajahnya. Fiya sudah pasrah entah siapa yang nantinya bisa membuang predikat jomblo bermartabat yang selama ini dia sandang.

Yang paling saya suka dari buku ini adalah kemasannya, covernya manis banget, kayak undangan pernikahan, bahkan di sampul belakang ada rute untuk menemukan jodoh yang tepat, benar-benar bisa jadi inspirasi undangan pernikahan beneran nih, wakakakaka. Buku ini bisa dibilang bertema religi, tokoh utamanya seorang gadis berjilbab yang sholehah, tidak mengenal kata pacaran, hanya saja dibalut komedi, jadi cukup unik dan ringan untuk dinikmati, melihat saya tipe pembaca yang tidak suka membaca buku agama, hehehehe.

Hanya saja, untuk kadar komedinya, saya terpaksa mengatakan kalau bagi saya sangat kurang, untuk pesannya dapat lah, bahwa jodoh itu sudah ada yang mengatur, kita perlu mengikuti dulu cobaan yang ada alias bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Saya tidak bisa dibuat tertawa akan kekonyolan Fiya. Serta saya kurang sreg ketika Ricki menjadi narator menggantikan Fiya pada beberapa bab. Mungkin bertujuan agar pembaca lebih memahami isi hati dan pikiran karakternya, salah satu kelebihan menggunakan sudut pandang orang pertama, hanya saja saya merasa kurang tepat.

Kurang lucu bagi saya bukan berarti untuk orang lain, saya memang susah dibuat tertawa kalau baca buku komedi, hehehe. Namun siapa tahu pembaca yang lain merasakan hal yang berbeda, toh buku ini cukup unik untuk ukuran buku religi, jadi tidak ada salahnya untuk dicoba :D

4 komentar:

  1. Haaaa kamu baca ini juga. Ini buku bikin aku geleng2 kepala. Aku suka sih kesederhanaannya kisahnya, tapi secara plot kayaknya kurang matang ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, hehehe, dari segi ide cerita cukup mainstream sebenernya jadi berharap ada sesuatu yang beda, dan aku rasa bedanya ada sentuhan religi hanya saja bagi aku pribadi kurang menarik

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*