Pages

Rabu, 23 Maret 2016

Resensi: Fenomenologi Wanita Ber-High Heels Karya Ika Noorharini

Judul buku: Fenomenologi Wanita Ber-High Heels
Penulis: Ika Noorharini
Editor: Sori Siregar
Ilustrator: Tigana Dimas Prabowo, Firas Sabila
Fotografer: Erich Silalahi
Penerbit: PT Artha Kencana Mandiri (self-published)
ISBN: 978-602-73069-0-5
Cetakan pertama, September 2015
112 halaman
Buntelan dari @IkaNoorharini
Bisa di beli di @bukupediacom
Bagaikan sebuah kekuatan terpendam, high heels bukanlah sekadar makna dan benda konkret karena wanita mendapatkan kepercayaan diri yang dapat membius siapa pun di sekitarnya. Keragaman makna high heels bagi wanita membentuk konsep diri masing-masing yang berbeda secara diamentral. Artinya tidak semua wanita terpengaruh dengan pemaknaan fashion sebagai citra diri dalam pergaulan masyarakat.

Buku ini merupakan pengembangan dari penelitian dan karya ilmiah penulis. Berangkat dari ketertarikan mendalam mengenai high heels dan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang tajam, penulis mengimplementasikan studi fenomenologi yang merupakan tradisi komunikasi paling subjektif dan mendalam untuk membuka tirai makna di balik perilaku para wanita pekerja pengguna high heels. Dengan berpijak pada teori-teori yang relevan, seperti tindakan sosial, interaksional simbolik dan fenomenologi itu sendiri sehingga membuahkan penemuan-penemuan fresh serta insights yang sangat menarik sehingga mendorong penulis untuk berbagi cerita kepada pembaca. Buku ini menyajikan adaptasi sebuah studi akademik yang komprehensif untuk dapat dikonsumsi oleh siapapa pun yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai cantiknya hubungan wanita pekerja dengan high heels.

"Buku ini harus dibaca oleh semua perempuan yang sama-sama merasa 'kecanduan' high heels. Karya ilmiah dan penelitian yang digarap dengan mudah dan sangat menyenangkan untuk dimengerti, juga memberikan informasi baru untuk perempuan." - Karina Salim, Aktris | Penyanyi | Balerina.

"Akhirnya, literatur yang membahas dengan dalam mengenai salah satu senjata perempuan untuk terlihat lebih seksi: High Heels! Perempuan wajib baca, laki-laki perlu intip buku ini." - Pandji Pragiwaksono, Penulis buku Indipreneur.
Bagi seorang wanita, pasti tidak asing lagi dengan alas kaki yang satu ini, sepatu berhak tinggi atau lebih dikenal dengan nama high heels. Banyak wanita yang rela menahan sakit agar bisa memakai high heels, yang disinyalir bisa menunjang penampilan, menambah rasa percaya diri dan membuat si pemakai merasa seksi. Sekarang high heels tidak hanya identik di dunia fashion, tapi dalam keseharian pun tidak jarang para wanita memakainya, misalkan saja untuk bekerja, acara khusus, belanja, travelling, bahkan tetap dipakai ketika kondisi sedang hamil. Katanya kalau tidak memakai high heels rasanya tak berdaya atau powerless.

Dalam buku pertama yang awal mula adalah tesis pascasarjana penulis, Fenomenologi Wanita Ber-high heels bercerita tentang hubungan wanita dengan high heels, mengupas habis kenapa para wanita sangat tergila-gila dengan sepatu bertumit tinggi ini. Terdengar sangat ilmiah atau sangat berbau akademis memang, tapi dalam buku ini penulis mencoba membuatnya lebih sederhana dan bisa dinikmati oleh segala kalangan, baik para wanita maupun pria. Penulis yang mengaku sangat mencintai high heel ini memberikan pandangan yang objektif berdasarkan 15 narasumber dari berbagai latar belakang profesi yang dia wawancara secara langsung akan alasan kenapa mereka memakai high heels, sehingga apa yang dikemukakan akan terasa realistis.
Studi yang menjadi dasar buku ini berfokus pada fenomenologi yang artinya fokus pada struktur kesadaran. Argumentasi lebih jauh tentu dapat dinyatakan, bahwa kondisi psikologis sangat menentukan keberadaan. Mind over body! Ketika itu terjadi, yang akan ada adalah kebahagiaan. Secara unik, high heels dapat meningkatkan kebahagiaan dengan memberikan konstruksi identitas diri yang kuat.
Buku Fenomena Wanita Ber-high heels terdiri dari 7 bab utama; Sepasang Kaki Cantik, Marilyn Monroe, The Chopines, Talons Hauts, Jimmy Choo v Louboutin, Stiletto, dan Merah. Dimulai dari fakta bahwa sepatu tidak hanya sebagai alas kaki tapi sudah meningkat sebagai instrumen untuk menyempurnakan kecantikan para wanita, kemudian fakta bahwa wanita pekerja identik dengan high heels. Tidak ketinggalan sejarah high heels juga dibeberkan penulis, yang telah ada sejak tahun 3500-an SM atau zaman Mesir Kuno, dipakai pertama kali oleh para pria dan kaum bangsawan, para tentara kuda Persia, sampai penyebaran pertama kali di Eropa pada masa kontemporer. Tak ketinggalan disebutkan juga beberapa jenis high heels dan statement yang ingin ditunjukkan kepada dunia bahwa high heels bisa menunjang identitas diri. Lewat 15 klarifikasi narasumber yang dihadirkan, akan ada komponen utama dalam kepala dan hati pengguna high heels; motif, makna, status diri dan perilaku.
Wanita ingin menjadi individu yang dihargai utuh dengan pribadi dan karakternya masing-masing. Kekuatan cinta yang ditunjukkan seorang wanita merupakan cermin kepribadian dalam semangatnya menjalani peran dalam keluarga dan sosial. Wanita memiliki sebuah kelebihan yaitu mampu menggabungkan kelembutan dan kekuatan menjadi sebuah potensi besar dalam dirinya.
Tema utama dalam Fenomenologi Wanita Ber-high heels sangat unik karena sebelumnya saya belum pernah menemukan buku yang khusus membahas tentang high heels, kebanyakan buku bertema fashion hanya menyisipkan sedikit atau sebagai aspek pelengkap penampilan, tidak ada yang membahas seberapa besar hubungan sepatu bertumit tinggi tersebut dengan para pemakainya. Ika Noorharini mencoba membahas lebih dalam lewat tesis yang dia buat, kemudian mengadaptasi menjadi buku dan menerbitkannya agar pemahaman tentang high heels bisa dikomsumsi banyak orang. Bahkan di bagian akhir ada daftar bibliografi sebagai bukti bahwa apa yang dikemukakan penulis yang sekarang bermukim di London ini bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, ada dasarnya.




Buku ini memang pangsa pasarnya adalah para wanita, tapi melalui kata pengantar dari dua pria yang sudah membaca, terbukti buku ini bisa dinikmati oleh siapa saja, ditujukan kepada siapa saja yang ingin memahami kecintaan wanita terhadap high heels. Buku ini juga fullcolor, bahkan ada beberapa ilustrasi cantik yang melengkapi sehingga sangat nyaman ketika membaca. Bagian favorit saya adalah ketika penulis membahas sejarah awal mula high heels tercipta, sangat informatif sekali terlebih ada fakta bahwa pemakai sepatu high hels pertama adalah pria!

Sedikit kekurangan buku ini, penulis mencoba memaparkan risetnya secara sederhana, tapi saya merasa masih sedikit terlalu ilmiah, ada beberapa yang sulit saya pahami, bahasanya masih berbau akademis. Kemudian saya berharap akan ada jenis-jenis high heels secara lengkap beserta gambarnya, sekaligus cocok digunakan dalam rangka apa saja atau sesuai dengan karakterisasi penggunanya. Namun demikian, saya tetap bisa menikmati buku ini, saya bisa menangkap alasan kenapa para wanita sangat menyukai memakai high heels walau bisa mencederai kakinya.

Buku ini recommended bagi para wanita yang menyukai high heels, yang ingin beralih dari flat shoes ke high heels, bagi para pria yang ingin memahami pasangannya :D. 
Buku ini sudah dijual di Gramedia dan Kinokuniya, serta beberapa online book store seperti Getscoop.com, Bukupedia dan Kutukutubuku.com.
Life is flat! Spike it with your heels ladies!
3.5 sayap untuk wedges! Salah satu jenis high heels yang saya suka :D




Tentang Penulis:
Ika Noorharini dalam keluarganya dipanggil dengan nama Non yang artinya anak kesayangan. Non berpengalaman di dunia komunikasi dan pemasaran selama lebih dari 10 tahun.

Saat ini Non bermukim di London, United Kingdom. Belajar fashion media styling di London College of Fashion, dan sekarang  bekerja sebagai press assistant fashion brand disamping bekerja sebagai freelance fashion stylist

Bisa dihubungi di berhighheels@gmail.com | http://fenomenologiwanitaberhighheels.com/

7 komentar:

  1. menurut saya, sebagai seorang pria, wanita dengan high heel itu semakin tambah mempesona :D

    BalasHapus
  2. Bukunya nampaknya bagus dibaca nih, meski saya bukan pengguna high heels :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh banget dibaca, siapa tahu setelah baca malah pingin nyoba pakai high heels *nyengir*

      Hapus
  3. Ribet enggak sih kalo cewek pake high heels. Suka kasihan liatnya. Sy sukanya cewek bersneaker.. hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pergi ke tempat yang medannya nggak enak, ak prefer sneaker atau flat shoes, tergantung kondisi juga. Kalau misal jalan-jalan di mall aku masih kuat pakai wedges XD

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*