Pages

Selasa, 02 Februari 2016

Forever and Always by Jenny Thalia Faurine | Blog Tour, Book Review

Forever and Always (Forever Series #1)
Penulis: Jenny Thalia Faurine
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020279688
Rencana terbit: 15 Februari 2016
232 halaman
"Aku selalu menatap kamu dari dulu
lebih dari yang seharusnya
sehingga aku terluka sendirian.
Jika aku sudah bisa hidup tanpa menatapmu,
haruskah aku kembali menatapmu?
Aku bukan seseorang
yang suka menyakiti diriku sendiri, Ren."



Dan ternyata mencintai seseorang lebih menyakitkan dibanding yang selama ini mereka duga. Seva dan Ren, dua orang teman lama yang tak pernah bertemu sejak lima tahun lalu, sore itu akhirnya mereka dipertemukan kembali.

Ada cerita di antara mereka yang belum usai. Perpisahan tak selalu jadi garis akhir sebuah hubungan.
Apa bedanya perasaan kita di masa lalu dengan sekarang? Apa jadinya bila ada dua sahabat di mana salah satunya memendam cinta? Secara singkat novel ke-16 dari Jenny Thalia Faurine mengambil tema tersebut, mengukuhkan bahwa tidak akan bisa bila laki-laki dan perempuan menjadi sahabat, kalaupun ada satu diantara seribu. Cerita diawali ketika tanpa sengaja Renaldhi Avasa bertemu kembali dengan Seva Rosella di sebuah shelter TransJakarta, setelah lima tahun lamanya mereka tidak pernah bertemu, lima tahun saling membenci. Ren ingin membahas hubungan mereka yang berakhir tidak menyenangkan, dia meminta Seva untuk pergi bersamanya ke Coffee Meter, mengenang kembali masa-masa indah yang berakhir bencana.

Seva dan Ren tidak bersahabat sejak kecil atau bertetangga, mereka sama-sama satu sekolah sewaktu SMA, tidak mengenal satu sama lain pada mulanya. Di kelas 3 SMA Ren baru mengenal Seva, menjadi teman sekelasnya. Gadis tersebut sangat pendiam, jarang berbicara dengan orang lain, cenderung jutek, membuat Ren tertarik dan ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Seva lemah di beberapa mata pelajaran eksak, kesempatan tersebut dipakai Ren untuk mendekatinya, menawarkan bantuan untuk belajar bersama. Lama kelamaan hubungan mereka menjadi sangat dekat, Ren sering ke rumah Seva dan dekat dengan orang tuanya, bahkan Seva gantian mengajari Ren dalam pelajaran bahasa Inggris. Banyak yang mengira kalau mereka pacaran, tapi Ren selalu mengelak karena hatinya hanya untuk Anggifa Riani.

Seva tahu kalau Ren tidak pernah tertarik padanya bahkan sampai jatuh cinta, satu-satunya orang yang dicintai Ren adalah Anggi, di mana rumahnya tidak jauh dengan rumah Seva, bahkan pada mulanya Seva curiga alasan Ren mendekatinya agar bisa berdekatan dengan gadis cantik dan populer tersebut. Namun, Seva menikmati kedekatannya dengan Ren, lama-lama perasaanya berkembang, tidak hanya menganggap sebagai sahabat, dia hanya bisa memendam karena tidak ingin hubungan yang sudah terjalin baik tersebut hancur. Sampai kuliah pun mereka masih bersahabat walau berbeda kampus, Ren masih sering mengunjungi Seva dan tidak suka ada teman kampus yang memberikan perhatian lebih kepada sahabatnya tersebut. Hubungan mereka retak bermula ketika mereka mendapatkan undangan pernikahan dari Anggi. Hal tersebut meremukkan hati Ren, menyebabkan dia melakukan kesalahan besar pada Seva, membuat mereka tidak pernah bertemu lagi selama lima tahun.
Di dunia ini, ada berbagai jenis cinta yang akan dialami manusia. Ada yang temporer, banyak. Ada yang permanen, atau lama menghilang kadarnya.
"Sev, kalau menyangkut perasaan, jangan disamaain kayak games." Kali ini Ren tidak menunjukkan gesture seperti saat dia bercanda. "Nggak ada yang harus cepet-cepetan untuk mengklaim seseorang jadi miliknya."
Orang jatuh cinta memang terkadang lebih mementingkan perasaan orang yang dicintainya.
"Selamanya, kita yang mencintai orang yang nggak mencintai kita hanya akan seperti karang yang dihempas ombak. Lama-lama akan hancur."
Motret pakai kamera polaroid itu sama aja kayak hidup kita. Film-nya terbatas, cuma sepuluh lembar. Nggak bisa dihapus, setting-nya juga terbatas. dari situ kita belajar, gimana caranya mendapat objek yang memang patut untuk dipotret dengan kapasitas film yang terbatas dan dengan setting manual. Nggak secanggih ponsel yang ada editor-nya.
Dari kamera polaroid, kita diajarkan belajar dari kesalahan yang pernah kita buat dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Kesempatan yang mungkin nggak setiap saat ada dan nggak banyak.
"Sahabat itu bukan berarti yang selalu mendukung kamu, Ren. Dia yang memberitahu kapan kamu harus berputar balik ke arah yang benar."
Terkadang kalimat "Aku mencintaimu" bukan berarti kita akan bersama, tapi lebih kepada perpisahan yang nyata adanya. Di hadapan kita.
Akhirnya kesampain juga baca tulisannya Jenny Thalia Faurine, sering sekali mendengar namanya berseliweran di timeline saya, dia adalah salah satu penulis yang sangat produktif, salah satu jenis penulis yang tanpa lelah selalu belajar agar tulisannya semakin lebih baik, tidak marah kalau karyanya direview jelek XD. Di kesempatan pertama membaca bukunya yang ke-16 ini saya cukup merasakan jerih payahnya, gaya tulisannya enak untuk diikuti, plotnya rapi, pergantian masa sekarang ke masa lalu cukup sukses dan menambah rasa penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya, kalimat yang digunakan sederhana tapi quoteable. Karakter yang dia ciptakan untuk para tokohnya cukup membekas, dan yang paling saya rasakan adalah emosi dan perasaan tokohnya berhasil dia bangun.

Untuk beberapa orang tema yang diambil penulis terbilang menjengkelkan, salah satunya adalah saya. Jenis cerita yang kalau kata anak jaman sekarang sering bawa perasaan atau 'baper', hahahaha, karena lebih banyak sakit hatinya. Penulis sukses menggambarkan bagaimana seseorang yang menderita akibat memendam perasaan ke sahabatnya sendiri, sama sekali tidak tertarik padanya, tapi begitu ada laki-laki lain yang mendekati merasa posisinya terancam, egois, sama sekali buta dengan apa yang sebenarnya terjadi, saya benci dengan orang seperti itu. Saya benci dengan Ren karena dia seenaknya sendiri, hanya mementingkan perasaannya. Saya benci dengan Seva yang terlalu pengalah, lebih mementingkan perasaan orang lain. Yah, memang ruwet sih, tapi menariknya di situ, penulis bisa membuat saya senewen dengan karakter yang dia buat.

Ada karakter lain yang cukup saya sukai daripada tokoh utamanya, seperti teman-teman Seva sewaktu kuliah, Neo dan Kegan. Karakter Kegan hampir mirip dengan Seva di mana jatuh hati pada perempuan yang mencintai orang lain, cuma Kegan lebih berani mengutarakan perasaan. Bagian yang bikin sakit hati adalah ketika diam-diam Seva mengikuti Ren setelah pulang dari rumahnya yang ternyata dia pergi ke dekat rumah Anggi dan menunggu gadis tersebut hanya untuk dapat melihatnya, cari penyakit emang si Seva ini. Bagian yang paling saya suka adalah ketika Ren memberikan hadiah kamera polaroid dan bagian akhir yang menjadi twist buku ini, saya sudah bisa menebaknya di awal, hanya untuk membuktikan dan benar saja, membuat saya tidak sabar menunggu kelanjutan buku ini :D.

Untuk kekurangan, dari segi tulisan sudah cukup bangus bahkan banyak kalimat yang saya sukai, hanya saja untuk segi cerita saya merasa tidak puas dengan endingnya, berhenti ketika sedang bagus-bagusnya, untung saja dibuat berseri. Buku ini lebih banyak membahas masa lalu Seva dan Ren, pertemuan awal mereka, menjadi sahabat, kemudian menjadi musuh. Sedikit yang dibahas tentang masa sekarang, yang kemungkinan akan mendapatkan porsi lebih di buku kedua yang berjudul Now and Forever. Buku ini lebih banyak ngenesnya, ingin rasanya melihat Seva sedikit bahagia dengan kisah cintanya, semoga terkabul di buku kedua ya :D

Buku ini bercerita tentang perasaan bisa saja berubah karena dimakan waktu, karena kesalahan dan kesalahpahaman yang terjadi, bahwa sahabat berlawanan jenis memang rentan untuk saling jatuh cinta. Recommended bagi yang menyukai kisah cinta penuh baper :p.
Hanya saja perempuan dan laki-laki punya caranya sendiri untuk mencintai seseorang. Perempuan dan laki-laki punya caranya sendiri untuk menutupi perasaannya.
Kamu dan aku punya caranya sendiri untuk mencintai seseorang -yang nyatanya tak mencintai kita balik.

3.5 sayap untuk kamera polaroid, jadi pingin punya nih :p.



Selain review Forever and Always akan ada ask author dan giveaway, pantengin terus Kubikel Romance ya untuk update selanjutnya :D

11 komentar:

  1. Nama: Wika Agustina

    Saya pernah ngerasain yang beginian. Jatuh cinta sama sahabat saya sendiri. Dia teman sedari kecil. Dulu sering main bareng dan gak pernah terpisah. Karena dulu kami bersahabat tiga orang, dua cewek dan satu cowok. Tapi lambat laun saya bisa menghapus perasaan itu karena saya tidak mau menghancurkan persahabatan kami :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti nyesek ya, dilema banget emang sih, makanya aku juga jarang temenan sama cowok, hahahaha

      Hapus
  2. Curcolllll..

    Aku pernah ngerasain 1x, suka sama sahabat sendiri dan voilaaaa.. sahabatku juga ada rasa yang sama.. Tapi, ternyata tak seindah cerita cinta putri2 disney.. Akhirnya entahlah, aku memutuskan buat nggak deket2 lagiii.. takut diserang sama negara apiiii.. hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakaka, tenang aja nanti pasti ditolong sama Avatar kok XD

      Hapus
  3. Duhh, ceritanya nge-jleb banget di aku >.< Seva-nya bener-bener kayak aku yang suka sama orang yang bahkan lebih milih orang lain. Yaaa, must have, lah! Tapiii, nabung dulu, deh :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, jadi curcol semua, ayo ayo nabung baru pertengahan bulan terbitnya :D

      Hapus
  4. Ceritanya bikin penasaran. Ah, cinta selalu deh bikik keki. Jadi orang yang mencintai itu harus punya hati seluas samudera hehhh :v

    BalasHapus
  5. Ceritanya bikin penasaran. Ah, cinta selalu deh bikik keki. Jadi orang yang mencintai itu harus punya hati seluas samudera hehhh :v

    BalasHapus
  6. Friendzone, kayak tau banget sama yang kayak ginian deh *natap diri di cermin*

    BalasHapus
  7. astaga, aku tahu banget gimana rasanya jadi Seva kak... gak enak banget... :'( Dan rasanya pengen banget getok Ren pake laptop *tapi jangan deh, sayang laptopnya* Nie cowok tipe PHP banget... Bagusnya dihanyutkan ke Bengawan Solo :D

    BalasHapus
  8. Duh! Baru baca reviewnya Mba Sulis ajah sudah bikin baper duluan, apalagi kalau baca langsung bukunya ya...

    Jadi keinget masa lalu dimana aku punya sahabat cowo yang saking deketnya, kita udah kaya kakak-adek, eh tapi begitu si kakak menyatakan perasaan sukanya, langsung deh aku menjauh dan hubungan itu malah jadi berantakan... *hiks* Emang hampir mustahil 2 orang berbeda gender menjalin persahabatan murni... (eh...malah curcol)

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*