Pages

Minggu, 29 November 2015

Peluncuran Novel Suti by Sapardi Djoko Damono di Balai Soedjatmoko, Solo | Event


Hai halloooo, sebelumnya maaf nih kalau ada yang nunggu-nunggu postingan peluncuran Novel SUTI minggu kemarin *ya kali ada*, postingannya telat seminggu, hehehehehe, nggak pa-pa deh ya daripada nggak sama sekali. Akhir-akhir ini mood blogging saya menurun drastis, maunya baca terus, jadi baru sekarang bisa nulisnya. Sejak tahu kalau Pak Sapardi akan mempromosikan buku terbarunya di Balai Soedjatmoko, Solo pada tanggal 21 November 2015, saya bertekad untuk datang, kebetulan ada teman BBI dari Jakarta yang singgah ke Solo, sekalian kopdar. Tujuan utama ingin meminta tanda tangan langsung penulis di novel Suti, jarang-jarang bisa ketemu sastrawan besar Indonesia, selain itu bulan ini juga akan ada blog tour-nya di Kubikel Romance, buat tambahan informasi sekaligus memperdalam pemahaman saya tentang novel Suti ini #tsah. Sebelum menghadiri acara saya sudah selesai membaca novel Suti.

Sebenarnya sehari sebelum acara malam itu, Pak Sapardi juga mengadakan peluncuran buku sajak terbarunya di lain tempat, mau datang juga, setelah dipikir-pikir saya nggak punya bukunya dan waktunya juga nggak pas, akhirnya hari Sabtu-nya aja deh. Eh, ternyata acara malam tersebut batal karena Pak Sapardi kurang sehat, jadi tidak heran pengunjung di Balai Soedjatmoko malam itu penuh sesak, bahkan kata mbak Sanie B. Kuncoro yang menjadi EO mengatakan kalau baru kali ini acara yang diadakan Sastra Pawon begitu meriah, padahal sudah beberapa kali Pak Sapardi meluncurkan buku terbarunya tapi tidak seramai novel Suti.


Saya datang tempat waktu bersama mbak Ratih *ehem* sekitar pukul 19.30, padahal terbilang awal tapi ruangan dalam sudah penuh, di waktu yang sama bertemu dengan Mbak Bzee dan Opat yang sudah janjian sebelumnya, saya mengekor mereka dan dapat tempat paling depan, hehehehe. Nggak lama kemudian Pak Sapardi datang, dan sebelum duduk dia berkata dengan jenaka kalau harus di kursi karena kakinya sudah tidak kuat. Tanpa banyak membuang waktu sang moderator langsung memulai acara.

Sebelum Pak Sapardi berbicara, acara di isi oleh pendapat orang-orang -kebanyakan dari Sastra Pawon- yang sudah membaca novel Suti, seberapa besar arti novel Suti bagi mereka. Pertama dimulai dari mbak Indah yang membacakan penggalan bab 5, salah satu bab yang menarik baginya. Kemudian moderator juga mengatakan kalau novel terbaru dari Pak Sapardi sangat romantis, seperti Novel Hujan Bulan Juni dan Suti ini, semua mengandung unsur romansa tempo dulu. Berikutnya ada mas Ngadiyo yang mengatakan kalau karya terbaru Pak Sapardi ini seperti bukunya Umar Kayam. Rehat sejenak dari pembahasan, kepala redaksi penerbit Buku Kompas, mas Yunas Santhani menyerahkan dummy Novel Suti kepada Pak Sapardi sebagai tanda peluncuran.




Pembahasan dimulai kembali, berikutnya adalah mas Bandung Mawardi, salah satu penulis dari Solo, baginya, novel Suti membuka ingatannya saat remaja. Dari mas Arif, Pak Sapardi seperti membuka dunia batin perempuan, sebuah takdir yang seharusnya terjadi. Sedangkan mas Anto berpendapat kalau kisah Suti ini adalah cerminan dari kisah hidup penulis sendiri, seperti setting tempat yang konon merupakan tempat tinggal penulis sebelum pindah ke Jogja, Ngadijayan ke Utara Solo, Kunto kuliah di UGM, Kunto memiliki seorang teman di ITB, Tungklang yang identik dengan sate jamu, sesuatu yang familier dengan penulis sendiri. Selanjutnya ada pembacaan puisi dari buku Hujan Bulan Juni: 1967 oleh mbak Yesita dengan diiringi suara seruling yang merdu sekali.

Lanjut lagi, ada Mas Suro yang mengatakan kalau dia sangat menyukai tokoh Dewo, walau berandalan dia sangat menyayangi ibunya, dia yang paling berani dan vocal, tidak takut dengan apa pun, bahkan berani melawan ayahnya sendiri. Kemudian mbak Indah ikut bersuara lagi, ada beberapa bagian yang identik dari novel Suti, seperti sumur, pada masa lampau sumur menjadi tempat bersosialisasi masyarakat Jawa, semakin banyak ditimba semakin bagus airnya. Area pemakaman, sangat dekat dengan masa kecilnya di mana beliau juga sering bermain di pemakaman, pasti ada salah satu makam yang dijadikan spesial, seperti makam Mbah Parmin di novel Suti. Gagak, orang-orang Jawa dekat dengan Sasmito, pembawa pertanda, disinyalir bisa 'nggondol nyowo' agar si gagak bisa terbang kembali, selain itu orang gunung juga berpendapat kalau gagak bisa mencium bau bangkai, bakalan ada calon mayat.


 "Saya tidak mengendalikan Suti... Suti-lah yang mengendalikan saya."
Setelah mendengarkan pendapat dari para anggota Sastra Pawon dan pembaca yang lain, kini giliran Pak Sapardi mengambil alih. Dengan gaya yang santai, dia banyak sekali memberikan pelajaran tentang menulis, selain membahas buku barunya tersebut. Bahwa setiap orang mempunyai intervensi sendiri, punya pendapat masing-masing, jadi silahkan pembaca menilai karyanya, dan dia tidak berhak menghakimi bila ada yang tidak suka. Tentang pertanyaan banyak orang kenapa akhir-akhir ini sangat produktif menulis, melihat beberapa buku terbarunya yang terbit tahun ini; Novel Hujan Bulan Juni Suti, Melipat Jarak. Pak Sapardi juga berpendapat ketika menulis cerita itu harus masuk akal, sedangkan puisi bisa tidak masuk akal. Kalau menulis cerita harus direncanakan biar masuk akal (akalan), harus nyambung. Sehingga ketika menulis novel waktunya lebih lama dibanding puisi yang beberapa jam bisa dikerjakan. Pak Sapardi juga bercerita bahwa sejak dulu sebenarnya juga sering menulis cerpen, puisi novel bahasa Jawa dengan nama samaran.

Pak Sapardi juga tidak membatasi diri, bila ada puisinya yang bisa dijadikan novel, ya ditulis, dikembangkan, semua dibiarkan mengalir. Beliau juga berusaha menghadirkan sesuatu yang berbeda, ketiga novelnya tidak ada yang sama, berbeda satu sama lain, tidak ada kemiripan dalam Trilogi Soekram, Novel Hujan Bulan Juni dan Suti. Beliau juga menghimbau agar pembaca juga selalu melakukan riset, tidak hanya penulis karena sastra modern bisa mengejek pembaca dengan acuan penulis yang dari mana-mana. Pentingnya bahasa, bahwa cara menyampaikan cerita itu masalah bahasa, dengan bahasa bisa mengatasi pembacanya. Ketika menulis, Pak Sapardi tidak pernah menentukan ending cerita terlebih dahulu, tokoh yang mengendalikan penulis sehingga endingnya nggak bisa ditentukan, memang seperti itu, seperti kisah Suti yang mengalir apa adanya, yang memilih endingnya sendiri

Terakhir adalah sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan, diantaranya adalah inspirasi menulis puisi dan novel dari mana? Lebih mudah yang mana? Sekarang sangat produktif, apakah ada naskah lama yang diterbitkan kembali? Siapa penulis muda yang sepertinya memiliki masa depan yang cerah? Dan terakhir dari interpretasi salah satu puisinya. Jawaban Pak Supardi adalah sulitnya sama, hanya novel lama sedangkan puisi lebih cepat, waktu itu penting. Menulis setting yang kita tahu benar, dari fakta bisa diolah menjadi masakan yang berbeda dari asli. Umumnya Pak Sapardi memang menulis terus, sekarang agak susah menulis puisi, malah suka dongeng. Bahwa penguasaan bahasa dan ilmu pengetahuan itu penting, menjadi modal utama ketika menulis. Semua novelnya baru, tidak ada naskah lama. Dan penulis muda yang mendapatkan perhatiannya adalah Rio Johan. Dalam memaknai puisi, sebenarnya mudah saja, tidak ada kata-kata yang sulit, kita hanya perlu meresapinya saja, semua yang disampaikan tidak jauh-jauh dari keseharian kita.


Yak, selesai, acaranya memang cukup lama, selesai tepat pada pukul 21.30, setelah itu ada acara book singing yang antrinya nggak nguatin, harus berdesak-desakan dengan pembaca yang lain, untung saja hanya novel Suti yang belum mendapatkan tanda tangan jadi saya tidak perlu mengantri lebih lama. Setelah itu saya tanya pada panitia apakah boleh foto bersama, dan setelah book singing selesai kita kembali ke dalam ruangan, antriannya juga nggak kalah padat, saya harus berdesak-desakan kembali dan sangat sulit untuk foto berdua saja dengan Pak Sapardi, hihihi. Saya sebenarnya kasihan dengan Pak Sapardi, sudah kelihatan sangat capek dan ringkih tapi tetap melayani permintaan pembaca. Karena ketika foto selalu ada saja yang ikutan jadi ya sudahlah, saya rela berbagi dengan yang lain XD. Bahkan kata mbak Sanie, Pak Sapardi sampai minta teh hangat untuk tetap kuat selama acara, semoga sehat terus ya Pak, terus menulis dan bukunya laris manis, amin :D

Selesainya acara ini juga menjadi perpisahan dengan Opat karena besoknya dia akan singgah ke Jogja, dengan bantuan mbak Sanie, kita minta foto bareng di depan Balai Soedjatmoko, hihihi, nggak tahu diri, nggak pa-pa deh ya, narsis tetap nomor satu :D. 
Sampai jumpa di event berikutnya, semoga semakin banyak event offline yang bisa saya datangi.






Oh ya, bagi yang penasaran dengan novel Suti, ingin baca resensi, seperti apa sih cerita Suti yang katanya romantis itu, nantikan blog tour novel Suti karya Sapardi Djoko Damono di lima blog kece ini, catat tanggalnya dan dapatkan hadiahnya :D



Sumber foto dari mbak @erdeaka

10 komentar:

  1. Selalu penasaran dengan karya SDD sebab respon positif dari orang-orang tentang karya beliau. Aku baru punya novelnya yang Hujan Bulan Juni >,< sekarang kumpulan sajak Hujan Bulan Juni ada di wishlist hoho. Acara peluncuran bukunya pasti seru, aku belum pernah ikutan acara peluncuran gini #Hiks. Dan wah Suti ada blogtournya ya? Ikutan deh nanti :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ikutan ya, hehehe.
      Kalau ada acara bedah buku coba aja ikut Kiky, seru kok, nambah pengalaman dan pemaham tentang buku yang diulas :)

      Hapus
  2. Wow, keren liputannya lengkap Sulis. Nggak sabar nunggu blogtournya nanti, semoga sukses! ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnnn, semoga nanti banyak yang tertarik ya :D

      Hapus
  3. sepertinya seru peluncuran novel ya daripada bedah buku -_- ciyee yang habis jumpa pak Sapardi Joko ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya hampir mirip, sih, nggak tahu bedanya juga, hehehehe, kalau acara ini emang agak beda dengan biasanya, yang menghandle Sastra Pawon, komunitas yang emang udah mumpuni di dunia buku :D

      Hapus
  4. wahhhhh keren sekali, mba hihi aku ingin juga ketemu sama Pak Sapardi. entah ada atau nggak acaranya di bandung, aku belum cek :( semangat blog tournya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pak Sapardi nanti ada loh di IRF, ayo datang, tapi di Jakarta sih, hehehehe. Semoga suatu saat ngadain acara di Bandung ya :)

      Hapus
  5. Bisa tolong ngersumein gk? Aku ada tugas nih. Soalnya gk sempet baca sampai habis nih..😥

    BalasHapus
  6. Bisa tolong ngersumein gk? Aku ada tugas nih. Soalnya gk sempet baca sampai habis nih..😥

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*