Pages

Senin, 30 November 2015

5 Buku Fiksi Terbaik 2015 versi Haremi Book Corner | Guest Post


Hai haloooo, hari ini seneng banget karena postingannya agak berbeda, masih ingat tahun lalu saya pernah posting Guest Post pas ulang tahun Bebi? Dulu Faraziyya dari blog Faraziyya's Bookshelf pernah menjadi tamu blogger di Kubikel Romance. Ziyy, begitu panggilannya, menuliskan Book vs Movie: Hight Fidelity, di mana saya sangat suka sekali, sangat dirinya karena ketika saya membaca reviewnya langsung terlintas buku, film dan lagu jadul :D.

Setelah event selesai, saya kepikiran untuk membuat Guest Post lagi secara berkala, minimal sebulan sekali, tapi cukup sulit direalisasikan, saya sendiri saja kadang keteteran mengisi blog sendiri, apalagi orang lain? Tujuan Guest Post ini sebenarnya lebih untuk mengenal blogger lain, sudah banyak, seperti Dinoy atau Lina dengan program wawancara sesama blogger buku di blog-nya. Sama saja tapi saya ingin sedikit berbeda, saya ingin pemikiran mereka, salah satu tulisan mereka mengendap di blog ini, dengan tulisan yang mencerminkan sang blogger sendiri, seperti Ziyy dengan kejadulannya, hahahaha.


Nah, di akhir tahun ini saya ingin memperkaya konten blog lagi, ingin menghadirkan postingan Guest Post kembali. Tidak mudah mencari sang target, seperti yang saya katakan tadi, saya ingin seseorang dengan ciri khas di tulisan atau buku-buku yang dibacanya, dan untung saja target pertama menyambut dengan baik tawaran saya. Blogger satu ini sudah saya amati sejak lama, bacaannya tergolong 'berat' bagi saya, lebih ke sastra dan non fiksi. Cara mereviewnya pun kelas berat, hahahaha, kalau saya bilang sih jenis review para jurnalis, cukup baku tapi informatif, nggak heran kalau langganan masuk media massa, harus banyak berlatih dengan dirinya, nih ^^

Dia adalah Steven Sitongan dari blog Haremi Book Corner. Sebagai pemula pembaca bacaan berat *ehem*, saya tertarik dengan buku yang dia baca, saya suka mencoba sesuatu yang baru dan siapa tahu jadi keterusan. Oleh karena itu, saya memaksa meminta Kang Steve untuk menulis sebuah postingan di blog ini, terserah tema apa yang dia angkat dan dia memilih Fiksi Terbaik yang dibacanya tahun ini. Ada tambahan juga sejarah dia mulai suka membaca fiksi, jadi mari kita mengenal lebih dekat lagi dengan blogger yang cukup serius ini lewat tulisannya untuk Kubikel Romance :D


5 Buku Fiksi Terbaik 2015 versi Haremi Book Corner. 
"A reader lives a thousand lives before he dies.
The man who never reads lives only one."
- George R.R. Martin.

"Membaca buku fiksi memberikan kepuasan tersendiri yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata". Jawaban itu yang akan saya berikan saat ditanya kenapa sekarang Steven menyukai dunia fiksi. Berkutat dengan dunia sains semasa sekolah membuat daftar buku saya hanya sejauh buku non fiksi. Bahkan buku pertama yang saya beli kala kuliah tak jauh dari buku pengembangan diri. Sore yang agak mendung itu. Ditemani seorang teman berburu buku di Togamas Affandi. "Mind Mapping" karya Tony Buzan yang saya ambil dari rak dan bawa pulang ke rumah indekos. Sayangnya buku "bergambar" itu hanya sempat saya baca sekilas. Nampaknya sudah sejak ngampus saya berbakat untuk Tsundoku. Sejauh ingatan saya hanya petualangan penyihir "Harry Potter" yang pernah saya baca. 

Salah satu ragam bacaan fiksi yang akhirnya saya sukai adalah buku kumpulan cerita pendek. Keasyikan ini bermula dari pertemuan dengan "Antologi Cerpen Pilihan Kompas tahun 2012". Ternyata buku dengan jaket hitam misterius itu menjadi awal perkenalan saya dengan dunia fiksi. Cerita "Laki-Laki Pemanggul Goni" karya Budi Darma, sang sastrawan kawakan dan kisah-kisah lainnya menjadi pertemuan yang manis untuk mengenal sastra Indonesia. 

Sastra Indonesia mulai bangkit beberapa tahun terakhir. Terbukti dengan makin banyak buku sastra yang diterbitkan penerbit besar kita. Publikasi media dan rekomendasi teman semakin memupuk keinginan saya untuk membaca fiksi lokal. Saya ingin menjejaki kehidupan orang lain, melihat dari mata seorang pembunuh atau pendekar, keluar dari sumur dan menghirup salju di kala peperangan mengenaskan di Eropa. Begitulah kesan (menyenangkan) yang saya dapati kala melahap bacaan fiksi. Terutama cerita pendek. Tea bag story, istilah untuk cerpen kata penulis yang pernah saya baca. Ibarat menyeduh dua-tiga teh celup di teko porselen selama 4-5 menit. Ekstrak teh yang terasa manis dan agak pahit dapat dinikmati. Seperti itulah seorang pembaca dapat terpukau, tergelak, bahkan tercengkeram hebat selepas membaca sebuah cerpen. Efek dari sebuah kekuatan cerita. 

Kawan, kumpulan cerpen tentu saja masuk 5 buku fiksi tahun ini yang patut Anda baca. Bahkan empat dari lima diantaranya adalah karya penulis lokal. Daftar ini saya buat untuk memudahkan Anda memilih teman bersantai atau hadiah bagi sang terkasih. Semuanya terhitung baru dan masih dengan mudah Anda temukan di pasaran. Berikut ini daftar 5 buku tersebut:


#1. Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Karya Eka Kurniawan (Bentang Pustaka, Rp.34.000). Harus diakui ada kepuasan tertentu ketika menghabiskan waktu bersama dengan cerita gubahan salah satu penulis terbaik di Indonesia. Bukunya yang berjudul "Cantik itu Luka" sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan masuk daftar "100 Notable Books 2015" versi New York Times. 

#2. Sudut Mati. Karya Ade Tsugaeda (Bentang Pustaka, Rp.69.000). Ceritanya yang menghentak dan konsisten mengundang rasa penasaran pembaca. Karya kedua yang terhitung lebih memikat dibanding novel debutnya. Novel ini semakin melambungkan nama penulisnya dalam genre thriller lokal.

#3. Anak-Anak Masa Lalu. Karya Damhuri Muhammad. (Marjin Kiri, Rp.33.000). Hampir semua cerita di dalam buku ini adalah favorit saya. Buku kumpulan cerpen keempat karya penulis lulusan UGM ini berhasil masuk 5 besar nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa 2015, penghargaan sastra terkemuka Indonesia.

#4. Sundari Keranjingan Puisi dan Cerita-cerita Lainnya. Karya Gunawan Tri Atmodjo. (Marjin Kiri, Rp.40.000). Dalam sekali duduk, saya tidak dapat lepas dari cerita-cerita yang disajikan penulis. Penyair asal solo ini berhasil meramaikan sastra lokal dengan narasi yang serius dengan rasa humor yang tinggi.

#5. Di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon: Cerpen Pilihan Kompas 2014. Karya Faisal Oddang, Agus Noor, Gus tf Sakai, dkk. (Penerbit Buku Kompas, Rp.63.000). Salah satu bacaan yang mendapat 4 bintang di Goodreads saya karena cerita-ceritanya yang menarik. Tak ada salahnya melihat ekspresi para cerpenis Indonesia di antologi terbaru ini. Selain itu Cerpil Kompas berhasil melambungkan Faisal Oddang sebagai pengarang muda berbakat yang dimiliki Indonesia.

-oOo-

Saya sukaaaaa sekali tulisan di atas, singkat memang, tapi ngena banget. Saya tipe orang yang percaya bahwa seorang pembaca itu juga berkembang, salah satunya tentang jenis bacaan. Saya benar-benar suka membaca mulai awal kuliah, memilih bacaan yang 'remeh' kalau kebanyakan orang bilang, tapi saya tidak peduli, selera orang beda-beda, saya membaca karena saya senang melakukannya, terserah apa pun genre yang saya pilih. Beberapa kali pernah membaca buku waktu SD, tapi tidak menjadikan hobi yang utama, sempat kesemsem dengan komik waktu SMP tapi tidak bertahan lama, masa SMA saya habiskan untuk menonton film dan anime. Kalau saya tidak membaca buku romance, mungkin saya tidak akan seperti sekarang ini, bisa melahap banyak genre. Butuh proses memang, karena selera tidak bisa dipaksa, dia akan menemukan sendiri zona nyamannya. Sama halnya dengan kisah perjalanan Kang Steven menyukai fiksi, terlebih sastra Indonesia, semua tak terduga. 

Perkenalan pertama saya dengan sastra Indonesia juga tidak jauh-jauh dari bumbu romance. Kala itu saya mendapatkan sebuah buku gratis dari Goodreads dalam event resensi pilihan setiap bulannya, Pulang dari Leila S. Chudori, salah satu buku yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk dibaca. Saya menghadiri talk show-nya ketika penulis singgah di Solo, kemudian membacanya dan saya jatuh cinta dengan tulisan beliau, sangat menyukai kisah cinta di dalamnya walau bukan tema utama yang diusung. Sejak itu saya mencari semua karyanya, membacanya, meresensinya dan ketagihan, ingin mencoba apakah sastra Indonesia yang lain sama asiknya dengan buku-buku beliau? Dan saya tidak lelah mencari, salah satunya dengan cara membaca resensi dari Kang Steven karena dia banyak melahap buku sastra Indonesia.

Lima buku rekomendasi di atas tentu patut saya coba, saya penasaran dengan Eka Kurniawan, dia digadang-gadang salah satu sastrawan hebat Indonesia yang memiliki masa depan cerah. Kebetulan saya punya buku Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, bisa berkenalan dengan tulisannya lewat kumpulan cerpen tersebut, dan semoga berjodoh dengan buku Cantik Itu Luka dan Manusia Harimau, novel dari penulis yang menjadi wishlist saya. Setelahnya mungkin saya bisa mencoba membaca buku terbitan Marjin Kiri, salah satu penerbit indie yang menerbitkan buku-buku 'kelas berat', baik sastra dalam negeri maupun terjemahan, ekonomi, sejarah, filsafat, sosial dan politik. Mungkin bisa dimulai dengan membaca karya terbaru A.S Laksana yang berjudul Si Janggut Mengencingi Herucakra: Kumpulan Cerita, cukup penasaran. Ingat, pembaca juga berkembang :D

Terakhir, terimakasih sekali untuk Kang Steven karena mau saya repotkan menulis pengalaman membaca dan rekomendasi yang sangat informatif untuk Kubikel Romance. Semoga sukses selalu dan banyak buku kece yang dibaca. Kalau ingin bertanya-tanya silahkan saja, nanti biar saya paksa lagi untuk menjawab-nya, hahahaha.

Sampai jumpa lagi di Guest Post selanjutnya, berikutnya ada seorang penulis yang akan berbagi cerita. Siapa dia? Nantikan, karena bakal ada hadiahnya juga :p

Tentang Blogger:
Steven Sitongan, lahir di Ambon pada tanggal 30 Mei 1991, sempat menimba ilmu di Jogja, kini dia kembali ke kampung halaman, berdomisili di Ambon, Maluku. Menyukai genre non fiksi populer serta mistery-thriller. Penulis favoritnya adalah Prof Rhenald Khasali dan Eka Kurniawan. Steven bisa dijumpai:
Blog: www.h23bc.com
Twitter: @sitongan dan @h23bc
Surel: stevensitongan@gmail.com.


12 komentar:

  1. Lihat rivewnya bagus-bagus mba. Jadi pengen baca yang Anak-anak masa lalu. ada ditoko buku nggk ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaaa, kemungkinan masih ada kecuali yang Marjin Kiri, setahuku hanya via online :)

      Hapus
  2. Wah noted banget semua rekomendasi bukunya. Thanks :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, semoga nanti ketularan suka baca buku 'berat' ya :D

      Hapus
  3. Wah Mind Map juga saya suka banget pas kuliah, itu buku yang membuatku dulu keranjingan baca buku-buku nonfiksi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kyaaaa, aku jadi penasaran nih kayak apa bukunya :D

      Hapus
  4. Setelah menikah dan punya anak, selera membaca fiksinya berubah nih. Ga bisa yang berat2, paling baca buku2nya Asma Nadia aja hehehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, Asma Nadia kok kayaknya berat ya mbak buat aku, hihihi, mungkin bukan genre favorit kali ya :D

      Hapus
  5. Wah, saya juga ngefans sama karya-karya Eka, tapi belum baca yg kumcer Perempuan Patah Hati itu, cuma pernah baca cerpennya di lakonhidup.wordpress.com :D
    Mbak Sulis, coba baca Cantik Itu Luka, deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Okey, makasih rekomendasinya ya, aku juga pingin banget baca semua karyanya :)

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*