Pages

Selasa, 16 Juni 2015

Parahyangan 147 by Mita Miranti, Moemoe Rizal, dkk | Book Review

Parahyangan 147
Penulis: Mita Miranti, Moemoe Rizal, Rezza Brahma, Tita Rosianti, dan Bisma Dwibangga
Editor: Fanti Gemala
Desainer kover & ilustrasi: Dyndha Hanjani Putri
Penerbit: Grasindo
ISBN: 978-602-251-761-0
Cetakan pertama, Desember 2014
249 halaman
Buntelan dari @mitamiranti_
Apartemen Parahyangan 147, cara baru berkehidupan harmonis karena dilengkapi perlindungan paling kokoh untuk menghadapi segala kesulitan Anda. Cocok bagi Anda yang meninggalkan ibukota demi kehidupan baru penuh skandal, merencanakan keturunan, hingga berbagi kisah di dalam lift bersama orang asing. Atau bagi Anda profesional muda yang aktif, memiliki ketegaran yang tinggi meski terjebak di tempat publik dalam balutan handuk semata.



Kami juga menawarkan nuansa yang mendukung untuk semua karakter yang hidup dari tulisan-tulisan Anda. Dilengkapi fasilitas canggih yang dapat membantu Anda membunuh diri atau melahirkan kehidupan baru. Bahkan, Anda bisa tinggal bersama majikan Anda, menggoyang-goyangkan ekor di sepanjang koridor, atau menjulurkan lidah seraya menyaksikan kehidupan majikan Anda yang berada di ambang perpecahan. 

Tunggu apa lagi! Segera dapatkan unit terbaik dan mulai kisah hidup Anda yang memukai di sini!
Saya kira buku ini adalah buku horor, yang bercerita tentang hantu penghuni apartemen Parahyangan, ternyata isinya lebih mengulik tentang kehidupan para penghuninya, hahaha. Saya nggak membaca sinopsinya dulu, karena akhir-akhir ini genre horror agak ngehib jadi bisa menyimpulkan seperti itu. Ada lima cerita yang ditulis oleh lima penulis, benang merahnya adalah apartemen Parahyangan 147 sendiri, cerita berdiri sendiri namun ada dua cerita yang sedikit bersingungan.

Parahyangan 147 digambarkan sebagai hunian yang ekslusif dan serba canggih. Sistem keamanannya terkomputerisasi, bangunannya antigempa serta berdesain artistik. Harganya tentu saja tidak main-main, lokasinya terletak di kilometer 147, dilalui jalan tol dan hanya dengan mobil kita bisa ke sana. Bisa dibilang jauh dari keramaian, jauh dari pusat kota, sangat cocok bagi yang mencari hunian yang tenang tanpa gangguan. Walau demikian, fasilitas di apartemen sangat lengkap seperti mal, kita bisa mencari apa saja di sana.

Unit 1032 oleh Mita Miranti
Bercerita tentang seorang wanita yang bernama Fira, bersama suaminya, dia menempati apartemen yang sebelumnya tidak pernah mereka tempati. Awalnya mereka pindah karena tidak ingin berpisah, Genta mendapatkan pekerjaan di Bandung, sehingga Fira dengan terpaksa meninggalkan pekerjaannya di Jakarta. Bukannya hubungan mereka menjadi lebih harmonis, pertengkaran demi pertengkaraan selalu mewarnai biduk rumah tangga, masalah anak, mereka sudah lama meikah namun belum juga dikaruniai momongan, berbagai cara sudah di tempuh sampai memeriksakan ke dokter. Lalu suatu hari Genta tidak tahan dengan keadaan tersebut dan pergi meninggalkan Fira. Dari sinilah cerita di mulai.

Ketika Fira ingin menghadiri rapat di kantor, hujan deras mengguyur kota Bandung, dan dia terjebak di lift ketika ingin turun. Untungnya Fira tidak sendirian, ada seorang laki-laki yang seumuran dengannya. Beda dengan Fira yang lebih banyak diam, lelaki bernama Danur ini lebih ceria dan lebih ingin menghidupkan suasana sepi di antara mereka. Ketika menunggu bantuan inilah mereka mencurahkan perasaan masing-masing, tentang penyesalan-penyesalan yang pernah mereka alami, tentang makna dari sebuah hubungan.
"Ya, kalau menurut kamu cinta itu sesuatu yang bergerak, berarti saat sepasang manusia terikat oleh hubungan, apa yang mereka rasakan itu seharusnya sama, bukan?"
"Ada jeda beberapa saat sebelum Fira akhirnya menjawab. "Ya... kecuali kalau salah satunya tiba-tiba berbalik, atau keluar dan mengambil jalur lain..."
"Apa yang kamu bilang waktu itu benar... selama manusia masih terikat cinta, apa yang mereka rasakan seharusnya sama."
Cinta memang selalu bergerak, tapi bukan berarti kita tidak bisa membuatnya menetap.
Unit 808 oleh Moemoe Rizal
Bercerita tentang salah satu penghuni yang bernama Kevin, seorang playboy yang terjebak hujan, banjir dan kamarnya sendiri. Karena apartemen Parahyangan mempunyai sistem komputer untuk apa saja, termasuk pintu masuk kamar, sehingga kalau mati listrik tetap saja tidak bisa dibuka. Ceritanya Kevin ini punya gebetan di apartemen, si cewek penghuni kamar 707. Sewaktu mandi ada orang yang mengedor-gedor pintunya, ternyata sang gebetan. Karena tidak ingin kehilangan kesempatan, hanya dengan berbalut handuk dia membuka pintu kamar namun si cewek misterius sudah tidak ada. Dicari-cari ternyata dia sudah pergi. Sewaktu ingin kembali, apartemen mati listrik, dia terkunci di luar, tubuhnya hanya berbalut handuk.

Ketika menyusuri apartemen untuk mencari bantuan, tak sengaja dia bertemu dengan si cewek misterius, yang ternyata terkunci di luar kamarnya juga. Dari sinilah Kevin lebih mengenal Yasmin, mengetahui masa lalunya yang kelam. Bukan itu saja, mereka juga harus menghindar kejaran hantu wanita dan Tante Tisha, tetangga Kevin yang menguber-nguber dirinya.
"Aku selalu menghargai apa yang sudah terjadi. Baik itu menyenangkan, atau aku membencinya. Karena itulah jalan yang sudah kita ambil, dan... akan selalu ada pelajaran berharga dari semua itu."
Unit 1020 oleh Rezza Brahma
Jujur saja, dari semua cerita yang ada di buku ini, cerita inilah yang sangat membuat saya bingung. Mengambil konsep cerita di dalam cerita. Karakter utamanya bernama Aldy, dia mengajukan naskahnya kepada editor, Lydia. hampir sebagian besar naskah yang dutilis Aldy ini dalam bahasa Inggris, namun cerita yang dia buat tidak sesuai dengan tema buku yang akan Lydia terbitkan. Lalu Aldy mengajak Lydia makan malam sambil mengoreksi kembali naskah yang akan dia buat ulang. Intinya itu saja, dan saya sangat tidak mengerti dengan inti dari cerita ini.

Unit 701 oleh Tita Rosianti
Cerita inilah yang sedikit memiliki hubungan dengan cerita Unit 808. Ada bagian Ami dan Mira membicarakan cewek penghuni unit 707 yang ditaksir oleh seorang fotografer kenalannya, Yasmin. Singkat cerita Mira sedang patah hati, dia ingin mengobati dengan tinggal bersama sepupunya Ami. Karena sepupunya pergi, dia mencari teman, ya si Yasmin ini, mereka ngobrol ke sana kemari, menjadi lebih akrab dan saling terbuka. Ketika kembali ke unitnya, ternyata mati listrik, Mira terkunci di dalam kamar tidak bisa keluar, tidak bisa menghubungi siapa pun. Karena sangat kelaparan dan tidak ada makanan yang bisa di lahap, Mira pun dengan nekat mengunjungi tetangga sebelah lewat balkon. Setelah berhasil sampai dengan susah payah, kejutan menghampiri Mira. tetangganya akan segera melahirkan! dan mereka terkunci di dalam kamar!

Unit 525 oleh Bisma Dwibangga
Cerita di bagian ini cukup unik, sudut pandangnya dari seekor anjing. Dia bercerita tentang kehidupan majikannya yang awalnya sukses menjadi bangkrut, ditinggalkan oleh istrinya sehingga dia sekarang tinggal dengan tuan dan anak perempuanya yang masih kecil.

Secara keseluruhan cerita yang ada di buku ini cukup menarik. Lewat cerita yang ditulis oleh Mita Miranti kita akan mendapatkan pesan moral untuk lebih menghargai apa yang kita punya, entah itu suami atau kekasih. Saya sangat berharap mbak Mita menulis cerita bergenre domestic drama, mbak Mita mempunyai kelebihan menggambarkan hubungan suami istri dengan sangat baik (di Bitter Winner pun penulis sukses menggambarkan hubungan ayah dan anak), percakapan Fira dan Danur di lift adalah bagian favorit saya. Sedangkan lewat cerita yang ditulis oleh Moemoe Rizal, bagi pembaca setianya kalian masih akan mendapatkan komedi yang cukup kental dan sedikit tentang pesawat. Kali ini ditambahkan sedikit suasana mistis, jadi agak horor ketika membaca bagiannya. Bagian cerita ini adalah yang paling tebal tapi kita tidak akan bosan membacanya.

Sedangkan bagian cerita yang ditulis oleh Tita Rosianti, tidak jauh berbeda dengan Moemoe Rizal, ada kesan komedi di dalamnya. Ini adalah kali ketiga saya membaca tulisannya setelah Brondong dan Kitten Heels, saya rasa penulis punya bakat menulis cerita yang bergenre komedi romantis, ayo nulis lagi, mbak! :D. Untuk cerita terakhir, tidak terlalu buruk, saya cukup menyukainya dan endingnya bagus. Walau disuguhkan dari sudut pandang seekor anjing, kesedihan majikannya bisa terasa sekali. Sangat disayangkan membaca bagian Rezza Brahma, sedikit sekali cerita yang berhubungan dengan apartemen Parahyangan, hanya disebutkan sebentar sekali malah, tokoh utamanya memasuki kamarnya dan sudah. Jujur saja saya banyak meng-skip bagian ini karena selain membosankan, saya bingung akan fokus cerita yang penulis tulis.

Konsep ceritanya sebenarnya bagus, para penghuni terjebak di apartemen Parahyangan 147 karena hujan dan banjir. Padahal apartemennya sangat canggih, tetap saja tidak berkutik kalau sudah kehendak alam. Alangkah baiknya kalau semua ceritanya tidak hanya memiliki benang merah tinggal di satu atap, cerita bisa berdiri sendiri namun para tokohnya bersingunggan. Sama halnya dengan Yasmin yang muncul di cerita Unit 808 dan 701, saya berharap semua tokoh utamanya saling mengenal, atau malah melanjutkan cerita dari satu penulis ke penulis berikutnya.

Buku ini cocok di baca ketika suntuk sendirian, yang sedang terjebak hujan. Siapa tahu kamu juga akan mendapatkan kejadian yang menarik dan tak pernah terbayangkan :p

3 sayap untuk para penghuni apartemen Parahyangan.

6 komentar:

  1. Covernya bagus banget ya. Boleh deh kalo ada kelebihan uang dibeli buat jadi koleksi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, aku juga suka sama covernya :)

      Hapus
    2. Eh tapi karena covernya, ini buku pernah gue temuin di rak arsitektur di salah satu gramedia jakarta :))

      Hapus
    3. Wakakaka, asal banget petugas toko bukunya, mungkin terkesan artistik kali ya banyak yang salah sangka :)

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*