Pages

Jumat, 24 April 2015

Seventh Son | Movie Review


Seventh Son (2015)
Sutradara: Sergei Bodrov
Produser: Basil Iwanyk, Lionel Wigram, Thomas Tull
Basil Iwanyk, Lionel Wigram, Thomas Tull
Basil Iwanyk, Lionel Wigram, Thomas Tull
Penulis Naskah: Max Borenstein, Charles Leavitt
Pemain: Jeff Bridges, Julianne Moore, Ben Barnes, Olivia Williams, Kit Harington, Djimon Hounsou, Alicia Vikander, Antje Traue
Produksi: Universal Pictures
Durasi: 102 menit
Rating: PG-13

Based on Joseph Delaney Book, The Spook's Apprentice.

Saya belum pernah baca bukunya, nyari sekarang pun bakalan susah karena penerbitnya sudah gulung tikar. Tertarik nonton film ini karena nggak bisa baca bukunya, hahahaha, lagian saya kesemsem sama pemainnya yang sekseh abis, lihat trailernya kok mengundang untuk ditonton juga. Saya nggak bisa membandingkan atau mencari perbedaan, nikmatin aja lah nggak usah banyak berpikir, itu yang saya lakukan ketika menonton film tentang pembasmi sihir jahat ini.

Cerita diawali dengan seseorang yang dikurung di dalam lubang yang dalam di tempat terpencil, seperti sumur oleh seorang lelaki. Bertahun-tahun kemudian, seseorang ini bisa keluar, ternyata dia adalah Mother Malkin (Julianne Moore), penyihir hitam paling hebat dan jahat, kekuatannya akan sempurna pada saat bulan merah, selama dikurung dia menghimpun kekuatan untuk balas dendam dan ketika bulan merah lah dia akan membalaskan dendam dan menghancurkan dunia. Setelah bebas, dia memanggil semua pengikutnya dan membangun kerajaannya kembali.



Master Gregory (Jeff Bridges) tentu sadar kalau segel yang dilakukan untuk Mother Malkin suatu saat akan hancur, ya, dialah yang mengurung sang penyihir jahat. Master Gregory adalah seorang Spook atau dukun, paranormal yang bertugas pembasmi penyihir, troll, boggart, atau makhluk gaib yang mengganggu kehidupan manusia. Dia yang terakhir dan yang terhebat. Master Gregory mempunyai masa lalu dengan Mother Malkin, dulu mereka mempunyai kisah cinta. Tahu kalau ternyata Master Gregory mempunyai keluarga, Mother Malkin cemburu dan tidak terima, dia pun membunuh semua keluarga Master Gregory. Tahu kejahatan yang akan mengancam masa depan, Master Gregory tidak berdiam diri begitu saja, dia mencari murid untuk meneruskan ilmunya, dia haruslah seseorang yang spesial, salah satu syarat wajib untuk menjadi seorang Spook adalah dia harus putera ketujuh dari putera ketujuh, gampangannya anak terakhir dari tujuh bersaudara. Sayangnya semua muridnya berakhir mengenaskan, mereka meninggal semua dan murid terakhir yang cukup berbakat dibunuh Mother Malkin setelah bebas.

Tom Ward (Ben Barnes) hidup di sebuah desa kecil dengan orangtua dan keenam saudaranya, dia merasa tidak puas dengan hidupnya karena kesehariannya diisi dengan beternak, memberi makan babi-babi, dia ingin menjadi seseorang, melakukan sesuatu yang hebat. Lalu suatu saat ada seorang lelaki yang mendatangi rumah mereka, dia ingin membeli Tom. Karena susahnya menghidupi keluarga, ayah Tom menyerahkan anak terakhir mereka, orang yang membeli Tom adalah Master Gregory. Ibu Tom tidak bisa berbuat banyak, dia tahu kejadian ini pasti akan terjadi, dia pun memberikan sebuah kalung yang akan melindungi Tom dari para penyihir.



Master Gregory melatih Tom dengan keras dan tanpa basa basi, dia ingin Tom kuat dan tidak mudah terpedaya, seorang penyihir bisa berubah menjadi apa saja sehingga Tom harus selalu waspada dan tanpa belas kasih. Sayangnya, Tom berbeda dengan Master Gregory, Tom mempunyai hati. Sewaktu dia mengunjungi sebuah desa untuk membasmi seorang penyihir, dia malah menolongnya. Penyihir muda dan cantik tersebut bernama Alice (Alicia Vikander), Tom sangat terpikat dan ingin mengetahui lebih jauh tentang dirinya, namun sang penyihir pergi dan berkata mereka akan bertemu kembali. Alice adalah anak dari seorang penyihir pengikut setia Mother Malkin, Alice ditugaskan untuk merebut kalung yang dipakai Tom dan membunuhnya. Di lain pihak, Master Gregory juga memerintahkan hal yang sama, jangan pernah sekali pun percaya pada penyihir, Tom harus melenyapkan semuanya.

Kedua belah pihak saling memburu dan saling membasmi. Tidak semua penyihir itu jahat, ada pula penyihir yang baik. Tom tahu apa yang seharusnya dia lakukan.

Meh. Itulah yang saya rasakan ketika selesai menonton film ini. Dari segi plot, film ini menarik sekali, mungkin saja kalau saya membaca bukunya terlebih dahulu pasti saya suka dengan ceritanya, sayang eksekusi filmnya jauh dari kata bagus. Bosan itulah yang saya rasakan sepanjang menonton film ini, untung saja ditolong oleh wajah cakepnya Ben dan cantiknya Alicia. Tidak ada adegan yang benar-benar wow, bahkan adegan yang menurut saya seharusnya keren jatuhnya datar. Seperti ketika Mother Malkin memanggil semua pengikutnya yang mempunyai kekuatan spesial atau ketika Master Gregory mengajari Tom cara membasmi penyihir, seharusnya dibuat lebih menarik dan bisa membuat penonton deg-degan. Ada sekali adegan yang cukup keren yaitu ketika Master Gregory dan Tom diserang oleh Troll, udah itu saja. Bahkan adegan perang di bagian pamungkas standar banget.

Untuk akting pemainnya tidak terlalu buruk-buruk amat sih sebenarnya, Julianne Moore cukup sukses memerankan pemeran antagonis, Jeff Bridges lumayanlah menjadi pembasmi hantu yang pemabuk dan slegekan, Ben dan Alicia juga berhasil memerankan dua kubu bersebrangan yang saling jatuh cinta. Mungkin dari segi sinematrografi atau visualisasinya aja kali ya, kalau filmnya dibuat lebih serius lagi cerita ini bakalan lebih keren. Film ini memiliki kemiripan dengan Hansel and Gretel, sama-sama bercerita tentang membasmi penyihir jahat dan mempunyai pesan bahwa nggak semua penyihir itu jahat, ada pula penyihir yang baik atau penyihir putih. Tapi jangan tanya bagusan mana, jelas Hansel and Gretel.

2 sayap saya berikan gara-gara Ben yang main XD.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*