Pages

Rabu, 22 April 2015

Pay it Forward by Emma Grace | Book Review

Pay it Forward
Penulis: Emma Grace
Editor: Tri Saputra Sakti
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-1501-0
Cetakan pertama, April 2015
256 halaman
Buntelan dari @emmagrac3
Tedjas
Astaga, gadis itu sudah gila. Pasti! Gue nggak pernah berminat untuk komentar di status orang di Facebook, apalagi ikut-ikutan dalam permainan apa pun. Tapi, gadis itu bilang apa tadi? Pay It Forward? Cih, permainan apa itu?

Gitta
Aku nggak pernah mengira bisa membenci seorang pria, seperti aku membenci Tedjas. Sejak pertama bertemu, dia selalu bersikap menyebalkan. Seakan belum cukup, dia juga menghinaku habis-habisan di depan banyak orang. Semakin jauh jarak terbentang di antara kami, itu semakin baik! Itu yang Tedjas dan Gitta pikirkan. Tapi ketika rasa cinta menggedor semakin kuat, sanggupkah mereka berdua tetap berpura-pura bahwa kedekatan itu tak pernah nyata?

"Kisah romansa dan keluarga dengan konsep yang unik. Eksekusinya apik, membuat kita tak ingin berhenti membaca. Dan ini juga merupakan cerita yang memberikan kehangatan di hati lewat hal-hal sederhana yang diungkapnya." –Winna Efendi, novelis–

Membaca status seorang teman di facebook, membuat Gitta tertarik untuk ikut ke dalam sebuah lingkaran permainan. Pay it forward namanya, permainan tersebut sangatlah mudah, Gitta hanya perlu menulis i'm in di kolom komentar pembuat status kemudian dia akan diminta memberikan alamat lewat personal messange, Gitta akan mendapatkan hadiah mengejutkan dari si pelempar permainan, hadiah yang bisa berupa apa saja, sebuah kejutan yang tentunya sangat menyenangkan. Setelah itu Gitta harus mengcopy paste status permaian temannya di akun facebook-nya sendiri, melanjutkan langkah-langkah sebagaimana yang dia lakukan.

Setelah mengcopy paste status permainan pay it forward, ada tiga teman Gitta yang ingin berpartisipasi. Nama pengomentar pertama sangat mengejutkan Gitta, benar-benar tak bisa dipercaya. Orang yang nyaris membuat kelompok mereka tidak lulus sewaktu orientasi dulu sebagai mahasiswa baru, orang yang melalaikan tugasnya sehingga Gitta kebagian sial menanggung tanggung jawab yang seharusnya diemban orang tersebut, orang yang mempunyai predikat preman kampus, jarang mengikuti kuliah dan hampir didrop out karena membuat temannya masuk rumah sakit. Orang pertama yang berkomentar adalah Tedjas Hadisukmana.

Gitta tak habis pikir kenapa Tedjas mengikuti permainan itu? Pay it forward adalah permainan sukarela, sedangkan hal wajib seperti tugas kampus saja tidak pernah Tedjas perhatikan. Selain itu, walau satu kampus, Gitta tidak pernah berpapasan ataupun berbicara dengan Tedjas, cowok tersebut sangat antisosial, bisa dibilang Gitta tidak berteman dengannya, hanya pernah tergabung dalam satu kelompok, alamat facebook-nya saja dia dapatkan sewaktu orientasi dulu untuk berbagi informasi, di mana jarang ditenggok dan sering diabaikan sehingga menyebabkan kelompok mereka nyaris mengulang masa orientasi. Namun, ketiga temannya yang berpartisipasi dalam permainan yang Gitta lemparkan adalah sebuah utang yang harus dipenuhi untuk Yunike, si pembuat permainan. Sebuah janji yang harus Gitta bayar, sebuah permainan yang membuat Gitta mengenal siapa sebenarnya Tedjas, sebuah permaianan yang menguak rahasia ayah Gitta akan keluarganya.
Secara umum, pay it forward berarti kebaikan yang kauterima dan kauberikan pada orang lain, alih-alih mengembalikan perbuatan baik tersebut pada si pemberi.
Meneruskan kebaikan pada orang lain di sekitar kita. Berusaha untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih menyenangkan. Entah bagaimana, pikiran bahwa ia dapat berpartisipasi dalam permaianan ini secara nyata telah menyentuh sesuatu dalam dirinya.
Beberapa waktu yang lalu saya juga pernah membaca sebuah status yang mirip dengan permaianan pay it forwad ini, sebuah status yang isinya memberikan sebuah buku yang bisa dipilih secara cuma-cuma dengan syarat harus melakukan hal yang sama juga, memberikan buku ke orang lain, meneruskannya. Saya tidak tahu dari mana permainan itu berasal, tapi sepertinya buku ini terinspirasi dari film Pay it Forward, yang dibintangi Hellen Hunt dan Kevin Spacey, tayang pertama kali pada tahun 2000 silam.

Saya suka ide ceritanya, menebarkan kebaikan dan mengajak orang lain meneruskan kebaikan tersebut, yang kemudian membawa tokoh utamanya menghadapi konflik keluarga dan orang yang sangat ingin dihindarinya. Janji yang telah dibuat Gitta mau tidak mau dia harus berhadapan dengan Tedjas, karena tidak merespon setelah menulis komentar, Gitta terpaksa menemui cowok tersebut, membuat mereka saling mengenal lebih jauh dan mengetahui permasalahan masing-masing, membuat Gitta sadar kalau di balik semua predikat jelek tentang Tedjas, dia bukanlah cowok seperti kebanyakan orang kira, ada sebab kenapa dia menjadi orang bermasalah di kampus, Gitta lebih bisa menerimanya, terlebih Tedjas sangat membantu ketika Gitta mempunyai masalah dengan ayahnya yang sangat protektif.

Selain menghadirkan kisah cinta, buku ini kental akan masalah keluarga. Kedua konflik tersebut disuguhkan dengan mengalir sekali, sangat berhubungan satu sama lain sehingga tidak terasa dipaksakan. Menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan bahasa yang sederhana, tidak akan membuat kita kesulitan mencerna ceritanya. Lewat konflik dengan Tedjas, Gitta belajar tidak memandang remeh orang lain, jangan memandang orang lain dari luarnya saja, kita tidak tahu permasalahan setiap orang. Sedangkan masalah dengan ayahnya, Gitta belajar memaafkan dan belajar menerima. Daniel, ayah Gitta, punya alasan kenapa dia menyembunyikan identitas keluarga ibunya dan sangat protektif, Gitta adalah segalanya bagi Daniel, sangat menyayanginya sehingga takut terjadi kenapa-kenapa, bahkan sesuatu yang dapat melukai perasaaanya. Daniel punya cara tersendiri untuk melindungi Gitta, di mana Gitta hanya perlu memahaminya.

Kekurangan buku ini sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, saya hanya merasa penulis kurang detail saja akan beberapa hal, seperti sosok Tedjas, kadang muncul kadang menghilang, ingin interaksi Tedjas dengan Gitta lebih banyak lagi sehingga perasaan saling suka yang mereka rasakan lebih terasa bagi pembaca. Kemudian perasaan Daniel kepada seorang perempuan yang dia inginkan menjadi ibu Gitta, entah kenapa saya rasa agak menggantung, tidak ada penyelesaian. Saya sempat berpikiran kalau perempuan tersebut adalah ibu Tedjas, bakalan jadi runyam deh XD.

Selebihnya saya cukup menikmati membaca buku ini, kalau disuruh memilih dari dua konflik besar buku ini, permasalahan dengan Tedjas atau ayah Gitta maka saya memilih dengan ayah Gitta. Terasa sekali rasa sayang dan ingin melindungi dari Daniel, kalau fokus ceritanya hanya antara Gitta dan ayahnya, sedangkan Tedjas hanya sebagai pelengkap, buku ini bisa menjadi salah satu rekomendasi buku bertema fatherhood atau buku tentang ayah anak :D. Bagian yang paling saya suka adalah ketika Gitta mendapatkan hadiah dari permaianan pay it forward, sangat menyentuh sekali :D
Setiap manusia memiliki hantunya masing-masing.
Pada sebagian orang, hantu itu bisa berupa ketakutan. Sebagian yang lain, hantu itu berupa kekhawatiran akan masa depan atau mungkin kenangan buruk akan peristiwa masa lalu yang tak pernah bisa mereka enyahkan dari ingatan.
"Semakin kuat kau mengenggam pasir, semakin banyak bulir-bulir yang keluar di sela jarimu." Oma Hellen menjelaskan dengan suara lembut. "Semakin kau menggenggam dan memagari putrimu, semakin cepat kau akan kehilangan dia, Daniel."
3.5 sayap untuk permainan pay it forward, mari menebarkan kebaikan :D


4 komentar:

  1. 1. Genre:Young Adult (genre bule)
    2. Judul: Pay It Forward (judul bule)
    3. Penulis: Emma Grace (nama bule)
    Kombinasi yang membuatku berpikir ini novel luar. Hehehe.

    BalasHapus
  2. Aku pernah ikutan ini jugak.. Dikirim buku, trus aku ngasih kembang ke orang lain yang jadi temen blogger ku :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seruuu, aku belum pernah ikutan sih, nyesel dulu g ikutan :(

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*