Pages

Jumat, 21 November 2014

[Movie Review] Mockingjay Part 1


The Hunger Games: Mockingjay Part 1
Sutradara: Francis Lawrence
Produser: Nina Jacobson, John Kilik
Penulis Naskah: Danny Strong
Pemain: Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Philip Seymour Hoffman, Julianne Moore, Donald Sutherland, Mahershala Ali, Natalie Dormer, Woody Harrelson, Elizabeth Banks, Sam Claflin, Jeffrey Wright, Jena Malone
Studio: Lionsgate Film

Based on Suzanne Collins book, Mockingjay.

Ketika Katniss Everdeen  (Jennifer Lawrence) memanah pelindung arena Quarter Quell, Presiden Snow (Donald Sutherland) menganggap tindakan tersebut adalah pemicu sebuah pemberontakan. Dia membumi hanguskan Districk 12 kecuali Desa Pemenang. Katniss dan Peeta (Josh Hutcherson) tidak tahu akan rencana yang telah disusun oleh Haymitch (Woody Harrelson) dan Plutarch Heavensbee (Philip Seymour Hoffman) -sang perancang arena, ternyata mereka sudah merencanakan sebelum Quarter Quell dimulai, Katniss sibuk mencari siapa sekutu yang sebenarnya, sehingga ketika pemberontakan pecah Katniss terpisah dengan Peeta. Katniss, Finnick (Sam Claflin), dan Beetee (Jeffrey Wright) selamat, mereka dibawa ke Districk 13 yang selama ini bersembunyi di bawah tanah, dipimpin oleh Presiden Alma Coin (Julianne Moore) dan berencana menggulingkan Capitol. Sedangkan Peeta dan Johanna (Jena Malone) tidak diketahui nasipnya.



Kehancuran Districk 12 dan kehilangan Peeta membuat Katniss terpuruk, dia menyalahkan Haymicth kenapa tidak memberitahu  rencana pemberontakan tersebut, kenapa tidak membawa Peeta sekalian. Katniss sering bermimpi buruk dan menyalahkan diri sendiri, Katniss bukanlah sosok yang kuat lagi seperti ketika dia mengikuti The Hunger Games, banyak tekanan yang dia hadapi. Di lain pihak, Presiden Coin meminta Katniss untuk mengajak tujuh districk yang memberikan sinyal ingin memberontak juga, Districk 13 tidak akan bisa menghadapi Capitol sendirian, mereka perlu sekutu. Katniss adalah sang Mockingjay, simbol pemberontakan, Plutarch yakin kalau Katniss yang mengajak, semua yang ingin merdeka dari Capitol akan tersulut dan ikut melawan.


Kondisi Katniss yang labil tentu saja tidak memungkinkan dia untuk berbicara lantang kepada semua penduduk Panem. Baru ketika Katniss melihat Peeta diwawancarai oleh Caesar Flikerman, pembawa acara The Hunger Games dia merasa tenang, Peeta masih hidup, itu yang penting. Dia tidak peduli kalau Peeta justru melarang pemberontakan, mengajak penduduk Panem untuk hidup damai tanpa peperangan, Peeta hanya tidak ingin banyak yang meninggal lagi. Tapi wawancara tersebut justru membuat marah warga Districk 13, Peeta adalah penghianat.

Katniss pun setuju berbicara kepada warga Panem, tetapi dia memberikan syarat agar Peeta dan semua peserta dibebaskan. Awalnya Katniss akan bersuara di sebuah ruangan yang disetting sedemikian rupa, tetapi tentu saja gagal dan pidatonya tidak menarik, tidak menggugah. Haymitch menyarankan agar Katniss berbicara secara spontan, itu adalah gayanya. Bersama Cressida (Natalie Dormer) dan team-nya, mereka membawa Katniss melihat apa yang telah dilakukan oleh Presiden Snow ketika ada Districk yang mencoba memberontak, merekamnya, menunjukkan kepada warga Panem betapa kejinya Presiden Snow. Mereka pergi ke Districk 8, semua hancur di bom, menyisakan beberapa bangunan yang masih utuh, banyak korban yang meninggal, bahkan rumah sakit tidak mampu menampung korban luka. Kemarahan Katniss tersulut ketika ada pesawat tempur yang menghancurkan rumah sakit tersebut.

Saat itulah mereka merekam, berkat kejeniusan Beetee (Jeffrey Wright) yang berhasil meretas sistem komunikasi Capitol, dia menyebarkan rekaman Katniss ke semua Districk kecuali Capitol sendiri,  mengajak semua penduduk Panem untuk ikut bergerak. Districk 5 ikut melawan, tanpa rasa takut mereka memberontak dan menghancurkan sebagian sumber listrik Capitol, saat itulah Gale bersama relawan lain mencoba membebaskan Peeta dan lainnya.


Sejak ending film Harry Potter yang dibagi menjadi dua bagian, beberapa film pun ikut latah, menjadikan seri terakhir menjadi dua, membuat penonton harus bersabar setahun lagi untuk melihat klimaknya. Harry Potter sukses, bukan berarti semua film yang ikut-ikutan akan sukses juga. Misalnya adalah Mockingjay ini. Saya lebih suka kalau dijadikan satu film saja, karena ketika menontonnya alurnya terasa dipanjang-panjangkan. Hanya ada beberapa adegan heroiknya. Saya agak lupa dengan detail cerita Mockingjay di buku, sehingga ketika menonton saya ikut menebak-nebak, ada rasa penasaran akan jalannya cerita.

Bagian awal Mockingjay memang sangat lambat, Suzanne Collins mencoba mengenalkan sosok Katniss yang baru, yang rapuh, terluka karena kehilangan Peeta, sehingga banyak main perasaan. Selain itu pengenalan juga dengan Districk 13 di mana selama tujuh puluh lima tahun bersembunyi dan menyusun sebuah pemberontakan untuk Capitol. Sebenarnya hampir tidak ada perubahan yang besar dalam versi film, hanya ada beberapa bagian yang ceritanya agak dipanjangkan, dibuat dramatis dan dihilangkan. Bagian yang agak membosankan adalah ketika Katniss mengunjungi Districk 12, mengunjungi Desa Pemenang, sekali saja sudah cukup sebenarnya, adegan yang dihilangkan adalah ketika Katniss membuat persyaratan kepada Presiden Coin, tidak disebutkan kalau dialah yang harus membunuh Presiden Snow, bagian tersebut dibuat menjadi sedikit humoris. Trisulanya Finnick juga nggak diperlihatkan, padahal di buku terkesan keren banget T.T


Walau banyak cerita atau dialog daripada aksi, tetapi aksi yang sedikit ini benar-benar saya suka. Akting para pemainnya tidak usah diragukan lagi, saya beneran ikutan terharu ketika Katniss mengunjungi Districk 8, melihat korban perang dan mereka melakukan salam tiga jari, berbicara ke kamera yang ditujukan untuk Presiden Snow kalau dia mati, maka Presiden Snow pun juga harus ikut mati. Rasanya ingin bergabung dengan Katniss. Juga ketika Katniss menyanyikan lagu Hanging Tree, ketika Katniss memanah, ketika Districk lain ikut melawan tanpa memikirkan keselamatan mereka sendiri, benar-benar momen yang membuat hati kita akan tergetar melihat perjuangan agar mereka bebas dari tekanan Capitol.

Porsi Gale lebih banyak, dialah yang membuat Katniss agar tetap tegar, sedangkan Peeta dan Johanna, porsi mereka sedikit sekali. Saya suka banget dengan kostum pemainnya, visualnya, terlebih pas menggambarkan Districk-Districk, para korban perang dan sountracknya, keren mampus! Pas banget milih Lorde, aura kelamnya kerasa, sekelam cerita ini. Mendengarkan lagu Yellow Flicker Beat di akhir film membuat saya tidak ingin beranjak dari bioskop. Merenungkan apa yang sebenarnya ingin disampaikan Suzanne Collins lewat seri terakhir The Hunger Games ini, bahwa perang tidak membawa manfaat sama sekali.

Tidak sabar menantikan bagian kedua karena bagian tersebut adalah bagian terseru, banyak peperangan, buat penggemar Peeta juga tidak boleh melewatkan karena di bagian kedua lah dia lebih banyak muncul. Akan ada banyak bom, bom, bom dan kematian.

3 sayap untuk sang Mockingjay, Join With Us!

4 komentar:

  1. adegan Katniss syuting di studio juga jadi sedikit humoris :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, hahahahha, emang bukan gayanya Katniss yg gampang diatur :D

      Hapus
  2. Aku blm ntn :((
    Tp menurutku buku ketiga ini yg paling jelek dr yg lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, banyak yang bilang gitu juga mbak, mungkin karena arena Hunger Gamesnya nggak ada dan kental akan unsur politik, selain itu Katnissnya juga mengalami perubahan karakter, jadi buat yang nyari ketegangan di buku ini berasa kurang, tapi di sisi lain unsur perang politiknya kental banget, kita seperti disuguhkan realita keadaan perang yang sesungguhnya, banyak main perasaan dan di film sang sutradara menurutku cukup berhasil mengangkatnya dari segi visual.
      Kalau favoritku tetap Catching Fire :D

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*