Pages

Jumat, 07 November 2014

[Book Review] Love the One You're With by Emily Giffin

Love the One You're With: Cintai Dia yang Bersamamu
Penulis: Emily Giffin
Penerjemah: Nadia Andwiani
Editor: Tim Esensi
Cover: Foetry Novianti
Penerbit: Esensi
ISBN: 978-979-075-833-9
Cetakan pertama, 2011
515 halaman
Buntelan dari @BukuErlangga

Berawal di sebuah persimpangan jalan, Ellen bertemu kembali dengan Leo secara tak sengaja. Cinta lama yang pernah menguasai dunianya berkobar kembali. Leo yang tampan, penuh gairah, liar, dan tak tergapai. Pesonanya dapat membuat wanita mana pun jatuh pingsan.

Di lain pihak, Ellen sudah menikah dengan Andy. Pria kaya raya yang cukup tampan, baik hati, dan sangat mencintainya. Ellen bahkan sudah bersahabat dengan adik Andy, Margot, sejak masih sekolah. Keluarga Andy pun sudah seperti keluarganya sendiri. Kehidupan Ellen rasanya sudah sempurna.

Sekarang, di persimpangan jalan, Ellen harus memilih: kembali pada cinta lamanya atau kembali pada kehidupan yang mencintainya.

Saya tidak menyangka akan sangat menyukai buku ini, bisa dibilang favorit Emily Giffin setelah Something Borrowed. Layaknya buku chick lit yang ceritanya berfokus akan kehidupan perempuan di kota metropolitan, Emily Giffin menambah kekhasan tulisannya dengan menyorot komitmennya. Dia pun juga sukses membuka jalan cerita yang sangat epic, saya suka sekali ketika tokoh utama buku ini, Ellen, bertemu mantan pacar yang sangat dicintainya di sebuah persimpangan jalan.

Emily Giffin sukses mentrasfer emosi Ella kepada pembaca, saya langsung bisa merasakan bagaimana Ellen sangat mencintai Leo. Setelah pertemuan tidak sengaja tersebut, Ellen memikirkan hubungan lamanya disebuah kafe, apakah keputusannya tepat melepas Leo? Apakah Dia menyesal menikah dengan Andy? Sewaktu kuliah dulu, Ellen bersahabat dengan Margot, adik Andy. Persahabatan mereka terus berlangsung pasca lulus, tinggal bersama di sebuah apartemen yang dibelikan ayah Margot, seorang pengacara kaya raya di kampung halamannyanya. Margot tidak meyukai ketika Ellen menjalin kasih dengan Leo, Ellen terlalu tergantung padanya dan tidak bisa lepas. Margot jugalah yang menyemangati Ellen untuk bangkit setelah putus,menyuruhnya untuk mendalami serta mengambil pekerjaan yang sesuai dengan passion Ellen, fotografi.

Alasan Ellen meminta putus dengan Leo karena Leo adalah tipe lelaki yang anti komitmen, Ellen ingin hubungan lebih, dia pun tanpa berpikir panjang mengakhiri hubungan mereka dan Leo langsung menyetujuinya. Berbulan-bulan Ellen terpuruk patah hati sampai dia menemukan apa yang dia suka, mencoba hubungan baru sampai akhirnya Margot mengenalkannya kepada keluarganya dan bertemu dengan Andy. Ellen tidak pernah menyangka kalau Andy menyukai sahabat adiknya, dirinya. Andy cukup tampan, seorang pengacara handal, sangat mencintai Ellen dan kaya raya. Ellen juga mencintai Andy, pernikahannya yang berumur belum ada satu tahun tersebut cukup bahagia, mereka tinggal di apartemen yang tidak mewah, sama-sama mempunyai pekerjaan yang mereka cintai di New York, Andy selalu menuruti keinginan Ellen.

Perasaan galau menghinggap Ellen ketika Leo mencoba menghubungi dia lagi, memastikan kalau nomor teleponnya tidak ganti. Leo ingin bertemu dengan Ellen, dia ingin menawarkan sebuah pekerjaan, yaitu memfoto seorang aktor yang artikelnya akan ditulis oleh Leo sendiri. Awalnya Ellen bingung, sangat bingung. Andy tahu kalau Leo adalah mantan pacar yang sangat berarti, dia tidak akan menyukai bila berhubungan lagi. Tetapi Ellen ingin memastikan perasaanya, sekali saja, apakah perasaan yang dulu dia alami bersama Leo masih sama? Tanpa sepengetahuan Andy dan Margot dia pun menerima tawaran Leo.

Masalah mulai mencul ketika Andy memberitahukan keinginannya untuk pindah ke Atlanta, ke kampung halamannya, dia ingin mendirikan firma hukum bersama ayahnya. Berat bagi Ellen untuk memilih karena dia sangat mencintai profesinya, dia sangat mencintai New York, tetapi dia tidak ingin mengecewakan Andy dan keluarga Graham. Sejak mengenal keluarga Margot, Ellen tahu kalau uang bukan masalah untuk mereka. Ellen merasa banyak berhutang budi, bahkan ibu Andy menghancurkan impian ayahnya ketika ingin membelikan gaun pengantin, di mana uangnya tidak cukup untuk membeli gaun pilihan dirinya dan ibu Andy. Ellen tahu kalau status sosialnya suatu saat akan menjadi batu sandungan hubungannya dengan Andy. Puncaknya adalah ketika tetangganya menghina daerah asal Ellen, Andy malah diam saja tidak membelanya dan mengganggap kalau Ellen tidak sopan. Ellen marah besar, dia tidak menyukai Atlanta, Andy selalu sibuk dengan pekerjaanya, tidak pernah mau mengerti apa yang diinginkan Ellen. Dia muak. Ketika Leo menawarkan pekerjaan untuk kedua kalinya, Ellen langsung menerima. Kali ini dia memberitahu Andy, semuanya. Andy pun memberi pilihan, tetap tinggal atau jangan pernah kembali.

Sukaaaaaaa banget, buku ini emosional banget dan sangat manusiawi, kalau kita ada di posisi Ellen, percaya deh akan mendukung apa yang dia lakukan. Inilah yang saya suka lagi dari tulisan Emily Giffin, dia selalu memaparkan realita kehidupan, memandang sesuatu jangan hanya dari satu sisi saja. Ketika Ellen menerima panggilan dari Leo setelah sekian lama tidak bertemu, seseorang yang dulu amat dicintainya, ingin mengetahui apakah perasaanya masih sama, nggak ada salahnya kok. Leo seperti obat bagi Ellen yang sedang mengalami berbagai macam tekanan kehidupan pribadinya. Mulai dari keputusan Andy untuk pindah selamanya ke Atlanta yang berarti dia harus melepaskan profesi yang amat dicintainya, penghianatan sahabatnya, Margot, di mana dia tidak memberitahu kalau Leo pernah kembali dan ingin bertemu lagi dengan Ellen dengan alasan dulu dia baru saja menjalin hubungan dengan kakaknya, sampai masalah ekonomi yang membuat dirinya seperti tidak dihargai di mata keluarga Graham. Ellen merasa sendirian. Andy yang diharapkannya terlalu senang dengan urusannya, dia bahkan memusuhi, kalau jadi Ellen, saya akan melakukan apa yang dilakukannya.

Saya suka dengan kehadiran Suzanne, kakak Ellen. Dia adalah si objektif, dia tidak menyalahkan atau membenarkan tindakan Ellen, dia hanya sebagai penonton, memberikan obsi sebaiknya bagaimana, sebagai pengontrol. Dia juga sangat memahami perasaan Ellen, tahu apa yang terbaik baginya. Saya sebenarnya sangat menyukai karakter Andy, dia pengertian, dia pengalah, hanya saja sikapnya ketika di Atlanta emang agak menyebalkan. Dia tidak langsung memutuskan sendiri apa keinginannya tetapi bertanya dulu kepada Ellen, kalau Ellen setuju baru dia melaksanakan rencananya.

Buku ini seperti berpesan kalau masa lalu bisa menjadi batu sandungan untuk masa depan, hanya saja tergantung bagaimana kita memilih untuk bangkit. Berdiri dengan menangis atau tetap kuat menahan rasa sakit?

Buku ini saya rekomendasikan bagi yang memnyukai kisah cinta, percaya deh kalian juga akan ikut menyukainya juga, akan terbawa kacaunya emosi Ellen :D

4 sayap untuk si mantan.


2 komentar:

  1. aku malah kurang suka sama novel ini :\

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita kebalikan nih :p mungkin karena sang tokoh utama mencoba untuk tidak setia jadi susah disukai, manusiawi sih karena kalau kita sempat jatuh cinta setengah mati kemudian dia melukai pasti sakit banget, eh ini ketemu lagi dan ternyata masih ada sisa perasaan yang bikin pemeran utama galau, kembali ke masa lalu dan menyongsong masa depan yang udah indah. aku suka konsep cerita penulis :)

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*