Pages

Jumat, 17 Januari 2014

The Way We Were

The Way We Were
Penulis: Sky Nakayama
Editor: Mita M. Supardi
Desain sampul: Cecillia Hidayat
Ilustrasi isi: Wening Insani
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-536-7
Cetakan pertama, 2013
257 halaman
Buntelan dari @GagasMedia

Aku tahu kamu ragu.
Namun, pertemuan pertama kita... selalu berkesan buatku.

Kamu yang lugu, selalu sibuk dengan pikiranmu.

Laut, ada aku di sini.

Laki-laki yang selalu suka dengan tawa dan ceritamu.

Juga galaknya kamu, waktu awal ketemu.

Bebaskan hatimu.
Karena air mata, tak pernah membuatmu lucu.
Kemarilah dan genggam tanganku.
Untuk segala rasa dan cinta yang ingin berlabuh.


Laut pertama kali bertemu dengan Oka ketika dia sedang naik bus pulang ke Bandung, dia mendapati Oka yang waktu itu sedang mengamen memandangi dirinya, karena jengah dia mengabaikan. Ketika sampai di kos, Laut ternyata kecopetan dan beberapa saat kemudian si pengamen gadungan (waktu itu Oka sedang menggalang dana untuk kampusnya) dengan muka babak belur mengembalikan dompet Laut, sejak itu mereka berteman akrab.

Oka mempunyai masa lalu yang pedih akan cinta, dia ditinggal mati oleh pacarnya, sejak saat itu dia tertutup akan cewek lain. Baru ketika melihat Laut dan sangat nyaman dengan sifatnya yang lucu, dia ingin memberi kesempatan kedua untuk hatinya, membuka lembaran baru. Sahabatnya, Kei, takut kalau Oka akan patah hati lagi, dia baru mengenal Laut, jangan impulsif. Sedangkan Laut sendiri dia mempunyai masalah keluarga yang menyedot pikirannya, tidak ingin terlalu memusingkan kisah cinta, dia hanya ingin menghadapi hidup dengan damai.

Laut selalu merasa menjadi anak yang tidak dianggap, terlebih ibunya. Kakak-kakaknya sangat sempurna dan apa yang selalu dia lakukan selalu salah di mata ibunya. Dia lahir di waktu yang tidak tepat, ketika orangtuanya akan bercerai, karena dia, rumah tangga orangtuanya selamat, karena dia melihat ayahnya bersama selingkuhannya, rumah tangga orangtuanya hancur kembali.

Saya setuju dengan salah satu review di Goodreads yang mengatakan kalau buku ini tidak memiliki tujuan yang jelas. Awalnya cerita berpusat tentang Laut dan Oka, kemudian hadir Kei dan sahabatnya Laut, Alin, yang mendukung terjadinya cinta segiempat. Dan yang tak disangka, konflik keluarga Laut malah menjadi fokus utama buku ini, sangat disayangkan sekali, karena saya berharap akan kisah cinta Laut dan Oka yang menjadi sorotan. Saya bingung dengan premis utama buku ini.

Soal karakter, sebenernya cukup tergambarkan dengan jelas, hanya saja itu tadi, ceritanya ngalor ngidul. Saya suka karakter Oka dan Laut yang ceria, kocak, Kei yang kalem dan menenangkan dan Alin yang selalu ada dan siap membantu Laut. Justru karakter keluarga Laut yang minim, saya heran aja, masalah keluarga Laut cukup serius dan seharusnya kakak Laut yang saya tangkap sangat menyayangi Laut (khususnya Denis) seharusnya mendapinginya karena dia dianggap sumber masalah orangtuanya, dia yang paling kecil dan yang paling membutuhkan support, tapi malah cuek, rasanya kasian banget Laut ini, sendirian menghadapi peliknya kehidupan.

Karena masalah keluarga Laut tersebut, fokus yang awalnya saya kira menjadi utama jadi runyam. Sebelumnya ada Alin yang selalu mendampingi, kemudian ketika Laut melarikan diri malah Kei yang menjadi pemeran utama, kemudian laut jatuh cinta dengan Kei, padahal Laut tahu kalau Alin menyukai Kei dan Kei tahu Oka menyukai Laut. Alin tahu kalau diam-diam Laut suka Kei dari Oka, marahlah dia. Dan Oka yang mendapati sikap Laut berbeda ketika melihat Kei, jadi sakit hati. Jadi, saya nggak mendapat chemistry antara Laut dan Oka sedikit pun.

Untungnya, saya suka karakter Oka, saya suka apa yang dilakukannya untuk Laut, saya suka ilustrasi di buku ini, kerennnnnn banget. Mungkin kalau buku ini mempunyai premis cerita yang kuat akan lebih menarik lagi, melihat karakter tokohnya juga menarik dan cara bercerita penulis cukup nyaman buat saya.

"Karena nggak peduli seberapa kerasnya elo berusaha, kalau memang udah waktunya seseorang untuk terluka, dia akan terluka. Don't feel bad for them, because their problems are not going  to continue for the rest  of their lives."

"Seseorang yang benar-benar mencintai elo bakal nerima elo apa adanya, sekalipun elo lagi nyebelin senyebelinnya, Laut," bisiknya tepat di telinga Laut. "Life doesn't require ideals. It requires actions. Jangan manjain hati elo. Biarkan dia luka sesekali, supaya dia bisa belajar untuk menghargai kebahagiaan. Supaya dia bisa belajar untuk bangkit kembali setelah sesuatu membuatnya terluka. Biarkan dia dewasa."

3 sayap untuk ilustrasinya yang kece badai.


3 komentar:

  1. Sempet pengen beli kemaren ni, cuma ragu2.... ternyata ada ilustrasinya ya mba..., aku suka novel yg ada ilustrasi2 gitu... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ilustrasinya kereeennnn banget, pengen aku tampilkan juga tapi hp mati, biar penasaran deh ilustrasinya kayak apa, yang jelas aku suka banget :D

      Hapus
  2. Sempet pengen beli ini karena nama pengarangnya lucu banget (lah?), terus karakternya juga namanya unik ya, Laut :D

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*