Pages

Jumat, 17 Januari 2014

One More Chance

One More Chance
Penulis: Ninna Rosmina
Penyunting: Mita M. Supardi
Desain sampul: Dwi Annisa Anindhika
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-642-1
Cetakan pertama, April 2013
313 halaman
Buntelan dari @GagasMedia

Cintaku tak bisa habis untuknya.

Naif, tapi itulah cinta yang kurasa. Tak sepadan dengan waktu yang selalu tepat waktu.

Tapi tahukah kamu di mana letak ironisnya situasi ini, ketika menyadari cintaku ternyata berbanding terbalik dengan perjalanan waktu.

Pintaku ini nyaris mustahil. Tapi, jika memang bisa, sudikah waktu berhenti sejenak untuk mengabulkan inginku, agar bersamanya lebih lama lagi? Karena bersama dia selamanya pun sebenarnya tidaklah cukup….


Awal baca buku ini kesannya aneh dan membingungkan tapi malah penasaran. Alurnya flashback, di awali ketika Violina Dawai Martadipura bertemu dengan lelaki berambut panjang, salah satu personil band Dawai yang tampil di acara sebuah kampus. Tanpa malu-malu, Dawai bertanya jurusan apa yang diambil lelaki berambut panjang sepinggang tersebut dan bilang dia akan kuliah dan mengambil jurusan yang sama dengannya.

Perkataannya terwujud, dia berhasil kuliah di jurusan Arsitektur, tetapi sejak pertama menginjakkan di kampus Dawai tidak pernah bertemu dengan lelaki idamannya itu, dia sempat putus asa. Di kampus, Dawai menganti panggilannya dengan Vio, ingin memulai kehidupan yang baru, alasannya. Vio terkenal karena dia pemberani dan ceria, dia tidak sungkan berkenalan dengan senior dan menanyakan namanya, hal itulah yang membuat dia akrab dengan teman-teman sejurusannya walau beda angkatan. Suatu ketika, salah satu teman Vio berkata kalau ada senior yang ganteng, Vio hanya melihat sekilas dan bilang kalau dia tidak ganteng tetapi cantik seperti cewek. Lelaki yang dibicarakan itu mendengar perkataan Vio, beserta teman-temannya juga, alhasil dia menjadi bahan tertawaan. Ternyata, lelaki yang dibilang Vio cantik itu sebenarnya adalah lelaki berambut panjang yang dicari-carinya, Vio tidak mengenali karena rambut lelaki itu ditutup dengan topi sehingga tidak kelihatan, baru ketika dia mengurai rambut Vio langsung mengenali dan mengajak berkenalan, nama lelaki itu Anugrah Putra Cello. 

Cello tidak pernah kelihatan di kampus karena dia sudah semester akhir, alias hampir DO dan ke kampus hanya menyerahkan Tugas Akhir. Cello heran dengan Vio, baru kali ini ada adik tingkat yang agresif mendekati dirinya. Cello terkenal dengan keplayboyannya dan suka morotin, ketika dia melihat sosok Vio yang polos, ceria, dan apa adanya dia tidak sanggup kalau mau menyakiti hatinya. Apalagi ketika Vio berkata ingin jadi pacarnya, dia hanya menganggap Vio bercanda dan dia hanya terpesona akan rambut Cello yang panjang dan indah, nyatanya itu adalah salah satu impian Vio bisa memiliki seorang pacar.

Tidak ada yang tahu kalau sebelumnya, ketika Vio masih dipanggil Dawai adalah seorang yang memiliki julukan si 'Gunung Es'. Dia tidak mempunyai teman semasa di SMA, dia terkenal sebagai anak nakal walau prestasinya gemilang, suka kebut-kebutan, perebut pacar orang, penyebab kematian keluarga sopir dan anak karyawannya dan predikat jelek lainnya. Sosok Vio berbeda sekali dengan Dawai. Di kehidupan yang baru, Vio ingin mengabulkan 100 wishes-nya.

Pilihan penulis mengambil alur flashback sangat tepat, kesan misteriusnya kerasa banget, pembaca di buat bertanya-tanya tentang diri Vio, sebenarnya apa yang dilakukannya? Kenapa dia mengejar-ngejar Cello hanya karena dia lelaki berambut panjang? Rahasia apa yang disembunyikan? Masa lalu seperti apa yang dihadapinya? Saya penasaran setengah mati. Di bagian awal penulis sudah memberi sedikit clue tentang diri Vio, premis utamanya sedikit mirip dengan Tears In Heaven, kalau saya menyebutkan spoiler jadinya tapi susah juga ya karena menjadi salah satu bahan pertanyaan untuk buku ini. Jadi sebenernya bisa ditebak, hanya saja penulis memilih langkah yang berbeda dari buku yang lain.

Penulis sebenernya juga sudah berhati-hati akan gambaran kondisi Vio yang cukup hiperaktif membantu permasalahan orang-orang disekitarnya, tidak jarang menceritakan betapa lemah kondisinya tetapi ada beberapa bagian yang terasa dipaksakan, seperti ending buku ini, bagian Vio menjadi pimpinan perusahaanya ketika umurnya masih sangat muda, nggak menutup kemungkinan juga, bisa dikatakan Vio jenius, terasa aneh saja. Jenius, kaya raya, cantik, hanya satu kelemahannya, karakternya terlihat sempurna sekali. Dan saya masih penasaran kenapa dia memilih Cello? Nggak ada penjelasan lebih lengkap selain dia memiliki rambut yang indah, cinta pada pandangan pertamakah? Kalau ingin memiliki rambut seperti Cello saya paham, pengennya chemistry mereka lebih dalam lagi.

Tone buku ini cepat, apalagi masa lalu Vio yang bikin penasan ingin segera menyelesaikannya. Buku ini bercerita tentang selalu ada kesempatan kedua, selalu ada maaf, selalu ada impian yang bisa terwujud.

3 sayap untuk impian ke-100 :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*