Pages

Sabtu, 11 Januari 2014

Tears In Heaven

Tears In Heaven
Penulis: Angelia Caroline
Penyunting: Alit Tisna Palupi
Desain sampul: Levina Lesmana
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-661-8
Cetakan pertama, 2013
346 halaman
Buntelan dari @GagasMedia

Aku akan merindukanmu.

Tak sedetik pun hatiku luput dari denyut perih karena kehilanganmu. 



Kau tinggal terlalu sebentar, pergi terlalu cepat. Seperti rahasia ilahi lainnya yang tak benar-benar kumengerti, terkadang aku bertanya-tanya mengapa Tuhan hanya memberi waktu sedikit untuk kita. Tapi aku tidak menyesalinya. Karena sejak awal pun aku tak pernah berusaha menghindari kebersamaan kita.



Aku akan merindukanmu. 

Dan aku tahu, mulai hari ini, perasaan ini akan senantiasa menyiksaku. Tapi tak apa, sungguh tak apa. Sakitnya masih tak seberapa... ketimbang harus melupakanmu.

Kesalahan terbesar adalah ketika saya membaca review buku ini di Goodreads dan nggak taunya ada yang spoiler, errrrrr, bener-bener mengurangi keasikan membaca, udah nggak ada kejutannya lagi padahal yang dibocorkan itu salah satu yang terpenting di buku ini. Saya pun mencoba nggak mengulangi kesalahan yang sama, emang sulit tapi tetep dicoba tanpa mengutarakan bagian yang paling penting.

Nathan adalah anak yang aktif dan pandai, dulunya dia kapten tim basket di sekolah, dia tinggal di Bali hanya dengan ibunya. Hingga cobaan paling berat menerpanya, memaksa dia ke Jakarta untuk menemui ayah kandungnya yang kini mempunyai keluarga baru. Tidak ada pilihan lain, walau membenci ayahnya karena pergi meninggalkannya dan membuat dia merasakan kehilangan seorang ayah di masa pertumbuhan, hanya dia yang bisa menolong dirinya. Nathan divonis menderita kanker myeloid akut atau dikenal juga dengan AMS (Akut Myeloid Leukimia), keadaan di mana pertumbuhan sel darah putih yang tidak normal di tulang belakang dan menyerang eritrosit. Selain pindah rumah dan sekolah, tujuan Nathan ke Jakarta adalah untuk melakukan pengobatan, ayahnya adalah seorang ahli onkologi.

Di sekolahnya yang baru, Nathan bertemu dengan teman-teman yang mewarnai hidupnya, Tania yang semeja dengannya, kapten modern dance di sekolah, kemudian ada Marvin dan Brian yang selalu mendapat nilai jelek di kelas dan berisik. Nathan tidak terlalu banyak bergaul dengan teman yang lain, dia sangat tertutup dan tidak ingin teman-teman yang lain mengetahui penyakitnya. Namun, ada satu teman yang selalu membuatnya ceria dan bersemangat, yang selalu mendukung dan menyemangati ketika dia melewati hari-hari yang menyakitkan akibat kemoterapi, seorang gadis mungil yang suka menyendiri dan menggambar, Kayla.

Sebenarnya dari segi cerita cukup menarik, penggambaran karakternya pun cukup sukses, saya bisa merasakan kesedihan yang dialami Nathan. Sayangnya ada beberapa kesalahan yang membuat saya bertanya-tanya. Yang pertama adalah berhubungan dengan spoiler yang saya ketahui terlebih dahulu. Saya menanti-nanti bagian yang menjelaskan semuanya, yang saya tebak pasti ada di bagian akhir, dan benar. Namun, di bagian tengah penulis agak kecolongan, dia mengambarkan suasana hati Kayla dengan 'jantungnya berdebar-debar' sangat aneh menurut saya, dan mengira spoiler yang saya dapat salah. Kemudian fakta kalau Kayla dan Kezia sangat mirip bahkan seperti saudara kembar, masak Nathan nggak menyadarinya? Padahal dia sangat dekat dengan Kayla dan beberapa kali bertemu dengan Kezia. Masih ada beberapa hal yang janggal lagi, tapi dua itu yang tidak bisa saya terima dan selesai menutup buku ini saya hanya bisa melengos.

Cukup disayangkan memang, ide cerita yang begitu menarik dan cover yang cakep, dari segi deskripsi bercerita pun penulis sebenarnya bagus juga tapi eksekusinya kurang sukses. Untuk ukuran debut, cukup diacungi jempol memilih tema cerita yang cukup jarang dilirik, semoga kedepannya lebih bagus lagi :D

Buku ini berasa teenlit banget, mengabaikan masalah yang dihadapi Nathan. Tentang persahabat dan lika liku kehidupan remaja yang umum dilakukan. Mungkin dengan buku ini penulis ingin mengutarakan kalau apa pun masalah yang kita hadapi, seberapa berat cobaan yang kita alami ada seseorang yang selalu mendoakan dan bersama kita, untuk menopang bahu kita agar tetap tegar menghadapi masalah yang ada. Itu yang didapati Nathan bersama sahabat barunya, dia tidak sendirian. Juga memberi kesempatan kedua dan memaafkan untuk ayah dan keluarga barunya.

2.5 sayap untuk semangat Nathan.



7 komentar:

  1. Balasan
    1. semacam itu, hahahaha, trauma dengan endingnya ya?

      Hapus
  2. aku biasanya kalo abis baca teen lit suka ngomel2 ahaha, tapi, iya loh, covernya cakep :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. lah kenapa? kalo ak tergantung ceritanya, biasanya yang nggak sesuai selera baru deh ngomel-ngomel :D. Iya, cover dari gagas memang selalu keren

      Hapus
  3. Kirain ada hubungannya dengan lagu Tears in Heaven nya Eric Clapton :D
    #ketahuan jadulnya

    BalasHapus
  4. Wah teenlit? Padahal judulnya udah keren banget hehehe

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*