Pages

Rabu, 29 Mei 2013

Satu Masa di Cielo

Satu Masa di Cielo
Penulis: Nugraha Sugiarta
Penyunting: Sandria Komalasari & Sundea
Ilustrasi Sampul dan Isi: Tiara Risa Primaresti
Penerbit: Denu Publishing
Cetakan pertama, 2012
119 halaman
Pinjem @Okeyzz


Dari kelahiranku yang sederhana, aku kemudian mengembara menyusuri berdepa-depa kehidupan. Pada pengembaraanku itu lahir beribu-ribu cerita. Aku tidak pernah meminta apalagi memaksa untuk menjadi inti dari segala perjalanan yang mereka telusuri. Manusia-manusia itu dengan kesadaran penuh memilihku. Sebagian menggugat, sedang sebagian lainnya menganggapku bagian dari romantika penggalang terang dalam persilangan garis-garis yang telah sedemikian hebat menjerat gurat hidupnya.

Aku lalu mengayun. Melangkah setengah berlari menemui pagi cerahmu, bertahan di sengat siangmu, mampir ke dalam petualangan mimpimu. Perkenankanlah aku memperkenalkan diri. Namaku cokelat...

Kemaren baca sebuah majalah yang bertema popular writing atau biasa disebut pop writing, seperti yang dibilang Sitta Karina dalam tips menulis fiksi di salah satu artikel tersebut, popular writing adalah isi dan latar cerita yang sedikit banyak dipengaruhi oleh kejadian yang saat ini sedang diperbincangkan banyak orang. Ada beberapa editor yang mengatakan kalau tahun lalu bahkan tahun ini, genre romance dan kumcer merajai pasaran. Contoh nyatanya adalah maraknya buku-buku berlattar Korea yang booming tahun lalu, seperti yang kita ketahui tahun lalu musik dan drama korea selalu wara wiri di televisi, banyak penerbit yang menerjemahkan buku-buku dari Korea, tak sedikit juga penulis Indonesia yang menulis ala k-drama. Bahkan muncul satu genre lagi yaitu twitteratur, buku yang diambil dari twit atau dikembangkan dari twitter seseorang, biasanya para selebtwit yang melakukan ini. Tak dipungkiri, issue yang sedang panas saat ini bisa menjadi sebuah cerita yang menarik dan menjual, banyak sekali penulis baru berunculan, penerbit baru yang khusus menerbitkan genre-genre tertentu, dan self publishing atau indie publishing mulai banyak dikenal orang.

Bisa dibilang buku ini adalah salah satu contoh dari popular writing, sebuah kumcer (omnibook) yang ditulis oleh penulis baru dan diterbitkan secara indie. Temanya pun juga sering kita temukan, tentang cinta, tentang patah hati, tentang passion kita. Membaca buku ini saya jadi teringan akan buku Blue Romance, kumpulan cerpen yang disatukan oleh benang merah, dan benang merah di buku ini adalah cokelat.

Kumcer ini dibagi menjadi dua bagian; Inside dan Outside. Tidak ada keterangan kenapa dikelompokkan menjadi dua.

Inside
From Chocolate With Love
Bercerita tentang seorang gadis yang alergi cokelat, semasa kecil dulu dia sangat menggemari cokelat, entah kenapa lama-lama dia merasa gatal dan kulitnya memerah kalau makan cokelat. Sejak itu dia tidak pernah lagi makan cokelat. Kemudian ada seseorang yang menantang dia untuk mencicipi hot chocolate di sebuah cafe yang diantarkan oleh seorang pelayan penggerutu.

Cokelat di Matahari Barat
Seorang lelaki yang ingin memberikan kejutan kepada seseorang yang diam-diam dia cintai, sekotak cokelat dengan pita merah jambu.

Satu Masa di Cielo
Seorang pelayan cafe Cielo, cafe cokelat yang cukup tua dan ternama di tengah kota tempat dia tinggal heran kenapa hot chocolate sangat diminati pengunjung. Mengapa tidak cinnamon hot chocolate? Mengapa harus cokelat panas?

"Yang terpenting adalah bukan produk apa yang hedak dijual. Namun, apa yang diinginkan pembeli, maka jadilah itu produk utama."

Teman kerjanya membuat lelaki itu berpikir lagi kalau dalam bekerja sangat dibutuhkan passion, kecintaan terhadap sesuatu yang perlu dia pahami.

Sang Petualang Cokelat
Bercerita tentang Pardi, seorang lelaki desa yang menjadi buruh cokelat. Dia sering mendapatkan ketidakadilan oleh mandornya, gaji yang tidak seberapa selalu dipotong dengan alasan yang nggak jelas. Baginya, cokelat adalah kebahagiaan, hidupnya, bercengkrama setiap hari dengan cokelat membuat dia betah dengan pekerjaan tidak terlalu menghasilkan itu. Lalu suatu hari ada atasan barunya menyempatkan diri berkunjung untuk mengetahui kondisi perkebunan dan mengenal para pertani yang menggarap cokelatnya. Pardi hanya bisa meringis ketika mendengar wanita tersebut juga mempunyai kecintaan yang amat besar terhadap cokelat, padahal dia belum pernah turun tangan langsung, merawatnya, melihatnya tumbuh. Wanita tersebut menjawab tantangan Pardi.

The Beginning of Cielo
Sudut pandangnya dari perempuan yang mempunyai nama lengkap Ratna Wulan Sartikadewi, pemilik perkebunan cokelat, pemilik cafe Cielo. Orang tuanya suka memanggil dia dengan nama tengahnya, Wulan, seperti bulan yang mengagumkan dan cantik. Tapi dia tidak suka dipanggil Wulan, lebih suka dengan nama Ratna, sama seperti nama neneknya. Ratna merasa tidak cantik karena dia tidak sempurna.

Outside
Mengejar Cokelat
Tentang seorang ayah yang ingin mewujudkan mimpi anaknya memiliki sebuah tas yang berwarna cokelat, yang pernah dilihatnya di sebuah toko. Sayangnya, Naryo, tidak memiliki uang, harga tas cokelat tersebut terlalu mahal, penghasilannya yang hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, seringnya malah kurang, belum untuk membayar kontrakan dan hutang, Naryo hanya bisa menyuruh Linar untuk bersabar.

From Chocolate With(out) Love
Cerpen ini adalah lanjutan dari cerpen Cokelat di Matahari Barat, tentang patah hati :).

Dua Ratus Sepuluh Ribu
Tentang teman Naryo yang bernama Kasmin. Lelaki yang bekerja di pabrik cokelat itu sangat terharu akan Naryo yang berusaha membelikan tas cokelat untuk Linar, dia ingin membantu tapi langkah yang dia ambil untuk membantu Naryo malah membuat rencananya melamar Isah berantakan.

Lelaki dari Pabrik Cokelat
Kali ini ceritanya gantian dari sudut pandang Isah, tentang penantian yang tak berujung.

"Strength is the ability to break a chocolate bar into four pieces with your bare hands and then eat just one of those pieces." - Judith Viorst

Kesaksian Cokelat
Sudut pandangnya unik banget, dari cokelat, iya makanan atau minuman yang enak itu :). Sesuai judulnya bagian ini menceritakan atau bisa dibilang merangkum semua isi cerpen di buku ini, tentu dari kaca mata si cokelat. Di awali dengan menceritakan sejarah hidupnya kemudian beralih ke lika-liku kehidupan di Cielo. Bertemu laki-laki yang menggugat cokelat, bersentuhan langsung dengan petarung sekaligus pecinta cokelat paling gigih yang pernah ditemuinya, yang mengantarkan dia pada seorang perempuan yang memaknai cokelat karena rasa kehilangan sehingga membuat mereka mengagumi satu sama lain tanpa perlu adanya cinta, wanita yang diam-diam mencintai seseorang sehingga menolak lelaki yang membawakannya sekotak cokelat berpita merah jambu. Cokelat juga melihat sebuah harapan dari seorang anak kecil dan ayahnya, tentang seseorang yang ingin membantu Naryo dan menyenangkan Linar. Cokelat juga melihat sebuah harapan yang memudar tetapi tidak dengan cintanya.

Awalnya saya kira pembagian Inside dan Outside ini berdasarkan benang merah lagi yang terdapat di setiap cerita. Seperti di bagian Inside hampir semua cerpen berhubungan dengan cafe Cielo dan di bagian Outside benang merahnya adalah tas cokelat. Tapi saya menemukan satu cerpen di Outside (From Chocolate With(out) Love) yang merupakan lanjutan dari cerpen di Inside (Cokelat di Matahari Barat). Sedangkan untuk cerpen terakhir; Kesaksian Cokelat, bercerita tentang keseluruhan isi cerita. Dan saya menebak pabrik cokelat tempat Kasmin bekerja pun adalah pabrik milik Ratna. Masih menjadi pertanyaan terbesar saya ketika selesai membaca buku ini, kenapa harus ada Inside dan Outside?

Saya sangat suka ide ceritanya, rasanya belum pernah menemukan satu buku yang full bercerita tentang cokelat, bahkan ada satu cerpen dari sudut pandang cokelat itu sendiri. Mangginggatkan saya akan buku Ketika Daun Bercerita yang juga mengambil sudut pandang unik, sebatang pohon. Untuk plotnya sendiri sebenernya juga tidak jauh berbeda dari buku Blue Romance, saya berharap buku ini mempunyai kerangka yang sama, satu benang merah tetapi semua saling berhubungan, ditampilkan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Contohnya, boleh lah benang merah pokok adalah cafe Cielo kemudian ada sub benang merah lagi yaitu cokelat. Lah, kenapa malah jadi mirip Blue Romance di mana yang menjadi benang merah sebuah kafe dan bermacam-macam kopi --". Intinya terstruktur atau bisa juga membuat dua bab tersebut berdiri sendiri, tidak ada cerita yang berhubungan di Inside yang tiba-tiba nonggol di Outside, begitu juga sebaliknya, tetapi jangan juga melupakan benang merah terbesar di buku ini, cokelat.

salah satu ilustrasi yang ada di tiap cerpen
Baru pertama kali ini baca tulisannya Nugraha Sugiarta, gaya berceritanya cenderung puitis dan baku, minim sekali typo. Kesan pertama yang tidak mengecewakan, apalagi saya suka sesuatu yang baru, cerpen-cerpen di buku ini sangat menyegarkan walaupun temanya sudah sering kita temukan di buku lain, cara berceritanya yang berbeda membuat buku ini tidak membosankan. Cerpen paling favorit adalah Sang Petualang Cokelat dan Kesaksian Cokelat.

Di setiap pergantian cerpen kita akan mendapati ilustrasi yang kece banget dan beberapa quote tentang cokelat. Salah satu contoh quote yang paling dikenal banyak orang juga nangkring di sini:

"Life is like a box of chocolates... You never know what you're gonna get." - Forrest Gump.
 
Buat kamu penyuka cokelat atau pun bukan, tidak ada salahnya mencoba membaca buku ini, nikmati kisah rasa manis dan pahitnya cokelat :D. Oh ya, buku ini hanya bisa kamu dapatkan di dongengdenu.blogspot.com.

3 sayap untuk sang petualang cokelat :D

11 komentar:

  1. Tahu buku ini dari Oky, baca review ini langsung mutusin beli :)

    Cerita2 tentang cokelat, selalu berhasil memikatku.

    BalasHapus
  2. mau coklat #eh #salahfokus

    BalasHapus
  3. entah kenapa aku jadi craving coklat abis baca reviewmu lis :D sekarang banyak ya kumcer terbitan indie..harus pilahpilih mana yg bener2 bagus..kayaknya yg ini bagus ya lis..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, kalau aku biasanya lihat nama penulis yang karyanya pernah aku baca belum atau baca review yang udah ada biar nggak kecewa dikemudian hari :)

      Hapus
  4. kyaaa, jadi pengen baca mbak, kayaknya enak.. :D

    BalasHapus
  5. @jody @tezar @annisa hihihi cokelat emang menggoda untuh dimakan eh dibaca :p

    BalasHapus
  6. Oh, ternyata ini kumcer. Sempet mikir apaan tuh Cielo, setelah dibaca reviewnya ternyata Cielo itu nama sebuah kafe. Ilustrasi dibukunya juga menarik dan bagus, bisa jadi penyegar mata juga setelah bermenit-menit atau berjam-jam ngelirik teks

    BalasHapus
  7. Nah, ini baru namanya kisah coklat
    Suka deh sambil baca buku trus ngemil coklat
    Apalagi quote-nya bagus "Yang terpenting adalah bukan produk apa yang hedak dijual. Namun, apa yang diinginkan pembeli, maka jadilah itu produk utama."

    BalasHapus
  8. Penasaran sama ilustrasinya.... pasti menggugah selera mam coklat... sayang rada tipis ya...

    BalasHapus
  9. ooow... makasih peri hutan, brb beliiiiii

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*