Pages

Jumat, 28 Desember 2012

Un Soir du Paris

“Sejak Agustus 2007, situs lesbian online www.sepocikopi.com mulai memajang cerpen-cerpen bertema LGBT yang pernah dimuat di media massa. Dalam pencarian cerita bertema LGBT, terdapat beragam cerpen baru dan cerpen lama yang dipublikasikan lebih dari sepuluh tahun lalu, hingga cerpen-cerpen “tersembunyi” yang hanya dipublikasikan di buku kumpulan cerpen.
Dua belas cerita pendek terpilih dalam Un Soir du Paris (Satu Petang di Paris) ini hanyalah embrio, jejalin mungil untuk merentas jalan sastra lesbian di Indonesia. Rangkaian ini mungkin bisa menjadi pendorong momen bagi para penulis lainnya untuk berani menghasilkan banyak karya sastra LGBT di wajah literature masa depan.”




Bukan pertama kali ini saya membaca cerita bertema LGBT (Gay, Lesbian, Bisexual, Transgender), untuk cerita bertama Gay, Lelaki Terindah dan beberapa cerpen pernah saya cicipi, sedangkan untuk lesbi saya pernah membaca Dicintai Jo sayangnya tidak ada yang menyentuh saya. Sedangkan untuk Transgender, saya pernah membaca Luna by Julie Anne Peters dan sangat tersentuh sekali. Jujur, saya bukan orang yang mendukung “cinta terlarang” seperti ini, bukan juga sok suci karena agama saya melarang perilaku seperti ini, saya hanya menganggap itu urusan mereka kalau emang mereka mau begitu, itu hidup mereka, hak mereka, hanya saja jangan sampai menyakiti orang lain dan bagi saya pribadi memang sedikit tabu, terlebih saya belum pernah menjumpai keadaan ini disekitar saya. Tapi ketika dulu (entah waktu masih SMA atau awal kuliah) saya membaca buku Luna, perasaan saya sangat-sangat tersentuh, saya seperti menjadi adik Luna, memahami bagaimana perasaannya dan apa yang sebenernya diinginkan oleh kakaknya itu. Yang coba saya temukan dalam membaca cerita bergenre seperti ini adalah memahami perasaan mereka, merasakan kembali perasaan saya tersentuh akan apa yang mereka inginkan, alur kisah mereka dan bagaimana mereka mengatasi semua issue yang masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat.

“Kenapa perempuan bisa jatuh cinta pada perempuan? Kenapa Tuhan menciptakan perempuan yang jatuh cinta juga pada perempuan? Kenapa ada orang-orang yang begitu membenci perempuan-perempuan yang mencintai perempuan? Benarkah Tuhan marah pada perempuan yang bergairah pada perempuan? Kalau manusia bisa berbuat salah, mungkinkah Tuhan juga bisa berbuat salah? Kenapa manusia yang mencintai sesame jenis kelamin tidak dapat tempat? Cukuplah beragam upacara yang dililitkan pada tubuh perempuan-perempuan itu bisa mengantar mereka pulang dan “kembali ke jalan benar” menjadi manusia hetero? Manusia yang benar dan “tidak salah jalan” dan tersesat” (Oka Rusmini).”

Biasanya saya lebih sering menemukan cerita bertema gay daripada lesbian, entah karena emang kaum cowok lebih berani atau kaum cewek yang terkesan lebih baik diam-diam dalam menunjukkan hubungan mereka atau karena kalau sepasang cewek bersama itu udah umum, emang kebiasan mereka saling kumpul, beda dengan cowok yang kalau berduaan saja pikiran orang udah macem-macem. Dan udah saya katakana juga di awal tadi, beberapa kali baca cerita bertema seperti ini respon saya hanya biasa, contohnya dalam kumcer Cerita Sahabat yang lumayan banyak mengangkat cerita tentang orientasi seksual manusia,  tidak ada cerita yang menarik, tidak ada cerita yang membuat saya trenyuh akan apa yang mereka alami, intinya biasa aja. Bahkan saya cenderung bosan karena alurnya tidak ada yang special.
Nggak sengaja juga beli buku ini, waktu itu saya habis baca buku Perkara Mengirim Senja, yang membuat saya penasaran akan karya Seno Gumira Ajidarma lainnya, sayangnya waktu berkunjung  ke sebuah toko buku saya tidak menemukan buku-buku beliau. Kemudian saya melihat namanya bersanding dengan nama berbagai penulis yang turut berkontribusi dalam buku ini. Waktu baca sinopsisnya, wuih, bisa puas nih bagi orang yang ingin mendapatkan cerita yang nggak biasa, apalagi khusus cerita tentang lesbian. Saya harap bisa menemukan cerita yang nggak biasa, terlebih dalam alurnya, menemukan cerita seemosi Luna. Berikut ringkasan ke dua belas cerpen dalam Un Soir du Paris ini:

Cahaya Sunyi Ibu by Triyanto Triwikromo
Sudut pandangnya dari seorang anak yang mengatahui kalau ibunya mempunyai hubungan gelap dengan sahabatnya, terlebih ketika sahabat ibunya itu meninggal. Sang anak itu juga mendapatkan fakta dari orang-orang yang dekat degan ibunya di panti wreda, tempat di mana ibu dan sahabatnya itu tinggal.

Danau by Linda Christanty
“Aku bahkan berpikir  bahwa pembuat rumus segitiga sama sisi adalah seseorang yang terlibat cinta sama besarnya dengan dua kekasih. Danau itu bukan kekasihku, tapi ia menjadi jembatan rahasiaku untuk menjumpai seseorang, yang juga bukan kekasihku.”
Agak susah memahami cerpen ini, hehe. Sepenangkapanku, bercerita tentang seorang perempuan yang mengagumi seorang perempuan yang lain, mereka malu-malu dan kadang-kadang bertemu secara kebetulan di sebuah taman. Mereka masih tidak bisa mengungkapkan perasaan masing-masing sampai mereka menikah. Perempuan yang dikagumi itu akhirnya bercerai karena dia merasa tidak bergairah pada suaminya.

Dua Perempuan dengan HP-nya by Seno Gumira Ajidarma
Ada dua perempuan yang sedang memadu kasih di sebuah pantai, HP mereka sama-sama berbunyi dengan berbagai permasalah di kehidupan pribadi mereka.

Hari Ini, Esok, dan Kemarin by Maggie Tiojakin
Seorang perempuan yang menikah berselingkuh dengan seorang perempuan, dan si selingkuhan sudah capek menyembunyikan hubungan mereka dan meminta untuk dia jujur pada suaminya. Seorang istri yang tidak tega meninggalkan suaminya dan di sisi lain dia ingin bersama orang yang dicintainya.

Lelaki yang Menetas di Tubuhku by Ucu Agustin
“Mengapa kalian member kata depan ‘jenis’ , untuk kelamin? Mengapa bukan ‘macam’ atau ‘tipe’ saja? Siapakah yang mula-mula menyebut pembedaan itu dengan jenis kelamin? Kenapa kalian hanya membaginya Cuma menjadi dua? Kenapa kata itu hanya untuk lelaki dan perempuan saja? Jawablah!
Seorang gadis berumur delapan tahun melihat adegan sepasang wanita sedang saling berbagi kesedihan, sejak itu membangkitkan pribadi dirinya yang lebih menyukai perempuan daripada laki-laki.

Mata Indah by Clara Ng
Bercerita tentang seorang kakak yang sangat membenci adiknya karena kecantikannya, dia iri karena semua orang memujanya, padahal adiknya itu tidak pernah tertarik dengan pengagumnya.

Menulis Langit by Abmi Handayani
Seorang gadis yang dari kecil sangat ‘mengagumi’ guru-guru wanitanya hingga dia sampai dewasa rasa itu tetap ada.

Potongan-Potongan Cerita di Kartu Pos by Agus Noor
Saya bingung sama cerita ini, ehehe.

Saga by Shantined
Seorang istri yang tidak bahagia dengan suaminya, sering mendapatkan perilaku kasar. Hidupnya mulai bahagia ketika berkenalan dengan Aini. Mereka pun mengkamuflasekan hubungan pertemanan di mata semua orang.

Sebilah Pisau Roti by Cok Sawitri
Seorang perempuan yang cemburu dengan perempuan yang dicintainya karena memiliki pacar ‘sungguhan’. Dia berharap perempuan itu mau memutuskan pacarnya dan menjadi miliknya seorang.

Tahi Lalat di Punggung Istriku by Ratih Kumala
Seorang suami sangat mengagumi tahi lalat yang ada di punggung istrinya, dia sangat memujanya. Kemudian suatu hari karena sang istri merasa hanya tahi lalat itulah yang selalu dipedulikan suaminya, dia menghilangkannya. Sejak saat itu sang suami tidak pernah bergairah lagi.

Un Soir du Paris by Stefanny Irawan
Dua perempuan asing bertemu di suatu malam di kota Paris, mereka saling tertarik pada pandangan pertama dan tidak butuh lama untuk memadu kasih.

Dari kedua belas cerpen di atas, ada beberapa alur yang mirip hanya saja diracik dengan bumbu berbeda, sebut saja kegalauan seorang istri yang merasa salah ketika menikah dengan seorang pria, lalu dia mendapatkan kebahagiaan dengan secara sembunyi-sembunyi berhubungan dengan orang lain, dengan sahabatnya, dalam cerpen: Danau. Dua Perempuan dengan HP-nya. Hari Ini, Esok, dan Kemarin. Saga. Tahi Lalat di Punggung Istriku.

Ada juga beberapa cerita yang sangat jarang saya temui, seperti Cahaya Sunyi Ibu diambil dari sudut pandang seorang anak yang mengetahui kalau ibunya memiliki orientasi seksual yang berbeda, yang selama ini tidak pernah disadarinya. Mata Indah, berbau dark seperti dongeng si cantik dan si buruk rupa, kebencian sang kakak sangat terasa, bagaimana semua orang sangat mengagumi adiknya, bahkan ibunya lebih menyayanginya daripada dirinya sehingga dia ingin menghancurkan keindahan yang dimiliki adiknya. Menulis Langit di mana seorang gadis dari kecil hingga dewasa selalu mengagumi guru perempuannya dan yang terakhir Tahi Lalat di Punggung Istriku, seorang suami yang sangat terobsesi pada sesuatu yang dimiliki istrinya sehingga dia sangat memujanya bahkan bisa membuatnya bergairah.

Ada juga cerita yang berbau psikologis cukup kental seperti cerita Saga dimana karena sering mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya, sang istri berlari ke seorang yang sangat menyayanginya, yang tidak pernah membuat dia terluka lagi. Lelaki yang Menetas di Tubuhku, dimana katika gadis itu berusia delapan tahun menjumpai sepasang kekasih yang saling berbagi suka dan duka membuat pikiran dia tercetak kalau sesama perempuan bila bersama bisa bahagia dan tidak salah. Dan Menulis Langit di mana dari yang awalnya mengagumi kebaikan gurunya bisa berkembang menjadi obsesi.

Walau ada beberapa cerpen yang membuat saya berpikir keras dan ada yang tidak saya mengerti, ada beberapa cerpen yang menjadi favorit saya, yaitu: Dua Perempuan dengan HP-nya Seno Gumira Ajidarma, simple banget ceritanya tapi ngena, mereka berjalan bersama menerima telpon dari dunia mereka sesungguhnya dengan berbagai permasalahan yang ingin mereka hindari ketika sedang berduaan, di dominasi dengan dialog membuat cerpen ini tidak terasa membingungkan berbeda dengan sebagain besar penulis dengan permainan kata yang membuat saya sulit mencernanya, terlalu berbelit-belit, tidak ada efek kejut di akhir cerita karena mayoritas berending sama dan mudah ditebak. Kedua adalah Mata Indah-nya Clara Ng, lain daripada yang lain, kita seperti membaca dongeng Grim bersaudara, aroma horornya kerasa sekali. Dan yang terakhir yang menjadi favorit saya adalah Tahi Lalat di Punggung Istriku punyanya Ratih Kumala, saya sangat suka bagaimana sang suami memuja istrinya, bahkan dalam cerpen ini dan Mata Indah saya hanya sedikit mendapatkan aroma ‘lesbinya’ tapi saya mendapatkan karakter tokoh yang kuat sehingga tidak membuat saya bosan ketika membacanya. Si buruk rupa yang sangat membenci adiknya dan sang suami yang sangat terobsesi dengan tahi lalat istrinya.

Apakah saya puas dengan buku ini? Apakah menjawab penasaran saya akan cerita bertema LGBT yang tidak biasa? Walau sebagaian besar masih sama saja, tidak banyak cerita yang berani ‘jujur’ dan menyuguhkan ending yang tidak menyelesaikan masalah, saya cukup puas dengan ketiga cerpen favorit di buku ini.

Buat kamu yang pengen mencoba mencicipi cerita bergenre LGBT, buku ini bisa menjadi pilihan karena semua ceritanya bertema sama yang disuguhkan dari sudut pandang berbagai penulis.
3 sayap untuk sepoci kopi :D


Penulis: Cok Sawitri, Shantined, Abmi Handayani, Ucu Agustin, Stefanny Irawan, Linda Christanty, Clara Ng, Triyanto Triwikromo, Ratih Kumala, Agus Noor, Seno Gumira Ajidarma, Maggie Tiojakin
Editor: Ratih Kumala
Cover: Mulyono
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-6208-7
Cetakan pertama, September 2010
127 halaman


NB: baca bareng BBI untuk buku bergenre LGBT

16 komentar:

  1. lis, kadang kumcer indonesia itu terlalu membingungkan buatku, terlalu sastra sampe kadang ngga ngerti maksudnya apa hihi. aku lebih suka yang to the point sih. tapi banyak nama2 terkenal di kumcer ini, jd penasaran juga pengen baca =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap, ak juga lebih suka yang to the point mb, kayak Clara Ng, Seno Gumira Ajidarma cara berceritanya g mbulet, simple tapi intinya ngena banget

      Hapus
  2. Wah.. kirain yang nulis member di situs tadi. Ternyata penulis-penulis terkenal yg nulis ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ak taunya cuma Seno, Clara, Agus, Ratih, Maggie, lainnya g tau, pas baca profil mereka ternyata sastrawan indonesia :)

      Hapus
  3. Ini penulis2nya terkenal ternyata. Clara Ng itu juga banyak novel2 nya yg nyerempet2 cerita model begini. Reviewnya panjang Sulis, tp saya berhasil membaca sampai selesai karena tulisanmu gurih ...yes

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehehe, masih belajar mendiskripsikan kata bukan hanya sekadar 'suka' bang :)

      Hapus
  4. aiik, aku punya buku ini. Hadiah dari giveawaynya mbak sulis kemarin. Mau baca juga ^_^

    BalasHapus
  5. oowww, ini cerpen toh. Kupikir cuman satu cerita. Eh aku agak trauma ma cerpen yang dibuat ma penulis Indonesia. Sering sengaja dibuat gantung akhirnya. *sighed

    BalasHapus
  6. kumcer yah? rada ngga suka sama kumcer.. reviewnya juga sering bingung >_<

    BalasHapus
  7. luar biasa bisa cerita begitu panjang dan sangat mendetil, lagi jalan2 nih salam kenal yah kaka

    BalasHapus
  8. lihat tag LGBT-nya mbak sulis :v ini kira-kira beli dimana ya awawawaw kayaknya udah lama (´―`)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah, padahal dulu udah aku giveawain loh :(
      coba aja cari di diskon gramedia, aku dapet diskon 40% kalau nggak salah waktu itu.

      Hapus
    2. weeee aku kan newbie, aku gak tahu klo mbak sulis GA-in buku ini (´・_・`)

      aku masukin list dulu aja kali ya biar gak lupa, aku lagi gak mau beli demi mengurangi timbunan buku gak kebaca (^~^;)ゞ

      Hapus
    3. hahahaha, semoga suatu saat nemu buku ini dengan harga yang mereehhh, kalau nemu lagi aku juga niat mau ngoleksi, ada beberapa yang jadi favorit soalnya :)

      Hapus
  9. Kisah lesby dan gay itu memang banyak terjadi
    Tapi bingung saja kok mereka bangga yg dg lesby dan gay? *aneh
    Btw, seperti biasa aku selalu mencari-cari quote dari setiap review.
    Aku suka banget dg quote ini “Aku bahkan berpikir bahwa pembuat rumus segitiga sama sisi adalah seseorang yang terlibat cinta sama besarnya dengan dua kekasih. Danau itu bukan kekasihku, tapi ia menjadi jembatan rahasiaku untuk menjumpai seseorang, yang juga bukan kekasihku.”

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*