Judul buku: Geekerella (Once Upon a Con #1)
Penulis: Ashley Poston
Penerjemah: Lisa Mahardika
Editor: ReseMia
Desain sampul: Aulia Rahmani
Penerbit: Spring
ISBN: 9786026682161
Cetakan pertama, Februari 2018
396 halaman
Elle Wittimer adalah penggemar Starfield, sebuah serial fiksi sains klasik yang selalu dia tonton bersama ayahnya yang telah meninggal. Jadi, saat dia tahu ada kontes kostum Starfield di ExcelciCon dengan hadiah yang menggiurkan, Elle bertekad untuk menang. Itu kalau kedua saudari tirinya tidak bertingkah macam-macam.
Darien Freeman tumbuh menjadi seorang aktor yang disukai banyak cewek. Perannya sebagai Carmindor membawa banyak tentangan dari para penggemar, termasuk seorang blogger yang menamai blognya RebelGunner. Karena itu, saat Darien harus pergi ke ExcelciCon, dia menolaknya, sampai dia membuat panggilan salah sambung dengan seorang gadis...
Geekerella adalah dongeng yang membuatmu percaya pada kekuatan fandom.
Danielle Wittimer bermimpi untuk segera keluar dari rumah, terlepas dari cengkrama ibu tiri dan kedua saudara kembar tirinya. Sejak kepergian ayahnya, Elle laiknya pembantu, keinginannya selalu dikesampingkan, dia terkekang. Saat dia merasa bebas adalah ketika dia mengurus blognya, Rebelgunner, yang berisi tentang Starfield, sebuah serial fiksi sains klasik yang dulu selalu ditonton bersama ayahnya. Ketika Elle tahu ada kontes kostum atau cosplay Starfield di ExcelciCon, dia bertekad untuk menang, hadiahnya bisa menjadi jalan keluar untuk hidup mandiri.
Darien Freeman adalah aktor muda yang kini sedang naik daun, terlebih setelah dia terpilih menjadi pemeran utama Reboot Starfield, Carmindor. Sayangnya, terpilihnya menjadi pro dan kontra, salah satu blogger yang sangat menggilai Starfield, tahu luar dalam akan serial tersebut tidak terima. Dia dianggap tidak kompeten, apalagi sempat main di serial Seaside Cove yang seperti mimpi p*rno remaja. Sehingga dia sempat menolak untuk menjadi juri dalam ajang ExcelciCon, sampai akhirnya tidak sengaja membuat panggilan salah sambung dengan seseorang. Dia membuat Darien nyaman, bisa menjadi diri sendiri, seseorang yang bisa berbagi bahwa dia sebenarnya juga penggemar Starfield.
Darien Freeman adalah aktor muda yang kini sedang naik daun, terlebih setelah dia terpilih menjadi pemeran utama Reboot Starfield, Carmindor. Sayangnya, terpilihnya menjadi pro dan kontra, salah satu blogger yang sangat menggilai Starfield, tahu luar dalam akan serial tersebut tidak terima. Dia dianggap tidak kompeten, apalagi sempat main di serial Seaside Cove yang seperti mimpi p*rno remaja. Sehingga dia sempat menolak untuk menjadi juri dalam ajang ExcelciCon, sampai akhirnya tidak sengaja membuat panggilan salah sambung dengan seseorang. Dia membuat Darien nyaman, bisa menjadi diri sendiri, seseorang yang bisa berbagi bahwa dia sebenarnya juga penggemar Starfield.
"Kupikir aku juga bukan siapa-siapa," balasnya. "Tapi kita salah. Kita adalah siapa pun yang kita inginkan. Siapa pun yang bisa kita perankan."
Kami semua boleh jadi berbeda -kami boleh menggemari hal yang berbeda atau berada di fandom yang berbeda- tapi kalau ada yang kupelajari dari 23 hari itu, dalam seragam yang terlalu-biru, memainkan karakter yang kupikir tidak akan pernah bisa kuperankan, bahwa hanya saat kami menjadi karakter itulah bagian-bagian dari diri kami bersinar seperti tongkat yang menyala di tengah malam. Bersinar. Kami bersinar. Bersama.
Butuh waktu lama menyelesaikan buku ini, harus diselingi berpuluh-puluh buku malah XD, baru bisa menyelesaikan. Bukan jelek, hanya saja di awal sedikit membosankan, bahkan bisa dibilang interaksi kedua tokoh utamanya lama, pada bagian awal mereka sibuk menceritakan kisah masing-masing. Baru ketika dipertengahan saya bisa mengikuti ritmenya, puncaknya ada di bab 'Ledakkan', sangat menikmati. Dengan kekuatan fandom, saya bisa menyelesaikan buku ini. Entah benar atau salah, saya menganggap Starfield itu seperti Star Wars, sebuah karya klasik yang punya penggemar fanatik tersendiri. Ketika membaca vibe-nya sama ketika saya menonton film Star Wars.
Yang seru dari buku ini adalah retelling-nya, kalau kebanyakan penulis membuatnya dalam wadah fantasy, Ashley Poston meng-makeover cerita dongeng (khususnya series Once Upon a Con) menjadi YA-contemporary romance. Sesuai judul, sangat mudah menebak kalau buku ini terinspirasi dari dongeng Cinderella. Penulis juga menyisipkan tentang cosplay dan fandom. Cukup seru karena kecintaan tokohnya pada hal yang disukai terasa sekali, serasa punya sahabat karib yang sangat tahu diri kita.
Yang seru dari buku ini adalah retelling-nya, kalau kebanyakan penulis membuatnya dalam wadah fantasy, Ashley Poston meng-makeover cerita dongeng (khususnya series Once Upon a Con) menjadi YA-contemporary romance. Sesuai judul, sangat mudah menebak kalau buku ini terinspirasi dari dongeng Cinderella. Penulis juga menyisipkan tentang cosplay dan fandom. Cukup seru karena kecintaan tokohnya pada hal yang disukai terasa sekali, serasa punya sahabat karib yang sangat tahu diri kita.
Elemen khas masih ada, ibu tiri yang jahat beserta dua saudara tiri kembar yang menyertai, ibu peri, pesta, kereta kencana sampai sang pangeran. Dan tentu saja si Cinderella, nasibnya yang nahas tak lekang jaman. Tentunya diubah Ashley Poston menjadi khasnya sendiri, dan untungnya tidak terkesan dipaksakan, melihat idenya dari cerita yang di luar nalar, makanya tidak heran kalau retelling lebih familier dengan fantasy.
Jadi, buku ini cocok banget bagi kalian yang sedang ingin baca YA romance rasa dongeng.
Sangat menantikan buku keduanya, kalau melihat dari sinopsis, kali ini berkliblat pada dongeng The Prince and the Pauper, dan sepertinya ada elemen LGBT. Semoga segera diterjamahkan :)
Jangan pernah putus asa terhadap mimpi kalian, dan jangan biarkan siapa pun memberi tahu kalian bahwa apa yang kalian cintai hanyalah omong kosong atau tidak berguna atau sekadar membuang-buang waktu. Memangnya kenapa kalau kalian mencintainya? Kalau OTP atau mainan kartu kanak-kanak atau serial singkat atau buku YA atau serial animasi itu membuatmu bahagia?
Itu bukanlah penyia-nyiaan waktu. Karena, pada akhirnya, kita semua hanyalah sepasukan orang aneh yang berdiri di depan orang aneh yang lain, menanyakan username mereka.
Jadi, seperti yang Carmindor katakan: Lihatlah bintang-bintang. Bidik. Ledakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*