Pages

Senin, 30 Juli 2018

Mamimoma by Rosemary Kesauly | Book Review

Judul buku: Mamimoma
Penulis: Rosemary Kesauly
Desainer sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020387437
Cetakan ketiga, Juli 2018
240 halaman
Buntelan dari @bukugpu
Empat cewek yang sama-sama sekolah di SMA Benedict I ini sekilas kelihatan bahagia, padahal mereka masing-masing menyimpan masalah.

Maggie anak orang kaya. Meski punya segalanya, dia benciiiii banget punya rambut keriting kaku yang nggak pernah bisa “jinak”. Dia jadi terobsesi menjadi cantik seperti cewek-cewek di majalah, sampai-sampai rela nyobain segala bentuk produk kecantikan.

Milly paling cantik di antara semuanya, tapi dia pincang. Hampir semua orang menatapnya dengan sorot mengejek. Tambahan lagi, dia hanya tinggal berdua sama kakeknya yang protektif banget. Jangan harap dia bisa jalan-jalan ke mal atau nongkrong bareng teman-temannya.

Molly cuek dan omongannya sering ketus. Lewat sifat kerasnya, Molly selalu berhasil menyembunyikan kesedihan karena punya mama yang hobi mabuk dan sering pulang pagi. Belakangan dia mulai ragu, apa benar mamanya pelacur seperti gosip miring para tetangga?

May gampang bosan dan seleranya suka berubah-ubah kalau naksir cowok. Hal itu bikin teman-temannya sering geregetan. Sekarang dia malah naksir Oscar, padahal kan Oscar playboy dan hobi nge-drugs. Setelah saling mengenal lebih dalam, bisa nggak ya persahabatan mereka bertahan?
Persahabatan empat cewek remaja ini bermula dari sebuah puisi karya E.E. Cummings yang memuat nama mereka semua, Maggie, Milly, Molly, dan May, disingkat Mamimoma. Sebuah puisi tentang persahabatan, Milly menganggap kalau kebetulan ini sebuah takdir, Maggie yang mengetahui hal itu langsung mengajak Milly bergabung dengan dirinya dan May, sahabat sekaligus tetangganya. Milly pun mengajak Molly, membuat formasi lengkap seperti puisi tadi.

Mereka berempat memiliki status dan sifat yang berbeda. Maggie berasal dari keluarga kaya raya, dia tidak pernah puas dengan dirinya, paling ribut masalah penampilan, kulitnya hitam dan rambutnya keriting, dia terobsesi agar rambutnya bisa lurus dan cantik, berbagai produk kecantikan sudah dia coba, dan kebanyakan tidak ada yang berhasil. Milly paling cantik diantara semuanya, dia pandai dan juga tidak seramai teman-temannya yang lain. Dia tinggal dengan kakeknya yang protektif dan kekurangan terbesar dari dirinya adalah dia pincang, yang membuatnya selalu disayangkan orang-orang karena menjadi cacat kecantikannya dan dibuang oleh keluarganya.

Molly yang paling kasar dan sinis di antara mereka, bicaranya selalu ketus dan kadang membuat marah, yang biasanya tersulut adalah Maggie karena Molly sering berterus terang akan rambutnya, di mana temannya yang lain tidak ada yang berani bicara jujur. May mungkin orang yang paling tidak konsisten, khususnya untuk idola maupun gebetan. Dia akan memburu berbagai informasi tentang aktor atau cowok yang dia taksir, tapi bisa juga tiba-tiba berhenti menyukai dan berpindah ke lain hati, seleranya suka berubah-ubah. Terakhir dia sedang naksir Oscar, cowok playboy dan hobi nge-drugs, membuat mereka berempat harus melanggar salah satu isi dalam 7 Perjanjian Persahabatan yang mereka buat.

Apakah ini awal dari kehancuran persahabatan mereka?
Asam klorida biasanya lebih memiliki efek merusak pada wadah tempat ia disimpan daripada objek tempat ia dituang. Seperti itulah efek kebencian pada hati. Kebencian hanya akan lebih menyakiti dan merusak hati kita daripada orang yang kita benci.
Persahabatan mereka dari luar mungkin tampak bahagia, tapi masing-masing memiliki luka tersendiri. Maggie yang memiliki segalanya ternyata tidak pernah puas, misalkan dalam hal penampilan, dia terobsesi untuk menjadi cantik seperti gadis sampul. Dia gampang marah kalau ada orang yang bicara sebenarnya, seperti Molly yang walau ketus dia berkata apa adanya, Maggie menjadi tidak alami dan tampilannya menjadi aneh. Dalam hal ini penulis mengusung tema menerima diri kita apa adanya, percaya diri dengan apa yang kita punya.

Hal tersebut juga dialami oleh Milly, kebalikan dengan Maggie, cewek cantik tersebut tidak pernah marah bila dikatai pincang, atau lebih tepatnya terbiasa dan punya tangkisan untuk membungkam orang yang mengejeknya. Yang membuat Milly bersedih karena kondisi fisiknya adalah dia dibuang oleh keluarganya, orangtuanya tidak mau mengajak dia ikut pindah, malah dititipkan oleh kakeknya. Beruntung tapi kadang sial, kakeknya snagat menyayangi Milly, tapi sayangnya berlebihan, kakeknya menjadi sangat overprotektif. Milly tidak pernah diijinkan menginap di rumah sahabatnya, bahkan kalau pergi ke suatu tempat ada batasan jam. Dalam hal ini penulis berpesan bahwa tidak ada yang sempurna, selalu ada cacat, dan bagaimana kita membuat cacat itu tidak menjadi kelemahan terbesar kita, kita harus berani dan percaya diri.

Molly mungkin anak yang tak diharapkan, dia tidak pernah bertemu dengan ayahnya, ibunya selalu pulang pagi bahkan ada selentingan kalau dia pelacur. Molly sudah kebal dengan omongan tersebut, dia menebalkan telinga, menyembunyikan kesedihannya dengan berbicara kasar dan bertindak semaunya. Namun, dia tidak sejahat yang orang kira, semua itu bentuk protes dari apa yang dialami oleh remaja yang memikul beban berat, dia setia kawan, dan dalam hatinya yang terdalam, dia menyayangi ibunya. Mungkin kamu berasal dari keluarga broken home, tapi itu bukan akhir dari segalanya. Kebahagiaan bisa diraih, bisa diusahakan, tergantung langkah apa yang ingin kita ambil.

Keluarga May sibuk dengan urusan masing-masing, ibunya sering liburan dan menjadi sosialita, ayahnya tidak pernah mau tahu urusan baik di rumah maupun anak-anaknya. Kakaknya juga sibuk dengan pacarnya, yang ngomong-ngomong abusive. Titik terendah May bermula ketika mereka melanggar salah satu perjanjian persahabatan, ke diskotek untuk melihat Oscar nge-DJ. Di sana dia mendapati kenyataan yang memilukan. Keluarga yang lengkap dan tampak dari luar bahagia ternyata siapa tahu dalamnya bagaimana? Mencoba menerima dan memaafkan, memberi kesempatan kedua, mencoba mendekatkan diri dengan orang di sekitar kita, lebih terbuka, mungkin sedikit membantu permasalahan yang dialami. Tidak semua masalah bisa ditanggung sendiri.

Masih khasnya Rosemary Kesauly, buku remaja dengan permasalahan yang khas, disajikan secara padat dan selalu ada solusi dalam tiap permasalahan yang ada, membuat Mamimoma semarak dan sayang kalau dilewatkan. Banyaknya karakter dan masalah mereka masing-masing, tidak membuat penulis kehilangan fokus, tidak ada yang benar-benar dominan, karena Mamimoma memang bercerita tentang Maggie, Milly, Molly dan May.

Kalau ditanya siapa karakter favorit saya, maka saya memilih Milly. Dia cewek yang kuat, dia tidak pernah malu dengan kondisinya, dia selalu tegar, dan dia tidak pernah kehilangan harapan, selalu percaya suatu saat akan terkabul, seperti ingin sekali bertemu dengan keluarganya. Saya suka ketika dia memberanikan diri mengikuti kontes Cewek Shiny, bukan hanya yang memiliki fisik sempurna yang bisa mengikuti kontes tersebut, seharusnya setiap remaja berkesempatan, karena cantik dan sempurna tidak hanya dilihat dari fisik semata.

Saya juga suka kehadiran X-Ray, penyegar di tengah gempuran para cewek di buku ini. Dia bisa dibilang potret remaja kebanyakan, melupakan jati diri agar bisa diterima lingkungan baru atau kelompok yang ingin dia ikuti. Terpaksa mengikuti aturan yang sebenarnya melanggar dan tidak sesuai dengan prinsip kita. Kita berteman agar terlihat keren atau memang kita membutuhkannya? Teman yang menerima kita apa adanya, teman yang bisa diajak susah maupun senang, memang tidak mudah, tapi kalau kita tulus, seorang teman sejati nanti akan hadir sendiri.

Mamimoma adalah buku remaja tentang persahabatan yang kaya akan permasalahan, bacalah, mungkin di antara kita memiliki kisah yang sama; tidak pernah puas dengan diri kita sendiri, tidak sempurna secara fisik, dianggap sampah masyarakat, pura-pura bahagia, atau menjadi orang lain agar diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*