Pages

Jumat, 11 Mei 2018

Book Review: Lunar Eclipse by Nindya Chitra

Judul buku: Lunar Eclipse
Penulis: Nindya Chitra
Editor: Dion Rahman
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020454900
Cetakan pertama, 19 Februari 2018
416 halaman
Buntelan dari @sagirangisme
(Jangan datang ke sekolah pada bulan purnama. Atau, kamu tak akan pernah bisa pulang.)

Serena Aldyathena tak pernah menyangka mimpi buruk yang kerap hadir dalam tidurnya merupakan pertanda terbukanya gerbang kegelapan. Sebuah kecelakaan menghentikan mimpi-mimpinya, lantas menukarnya dengan kemampuan berinteraksi dengan mereka yang berdiri di ambang hidup dan mati. Kenzie Reynand Praditama menyandang gelar indigo di belakang predikat most wanted di SMA Prisma Jaya.

Dia memanfaatkan kemampuan tak wajarnya untuk mendapat perhatian semua orang dan menjaili hantu-hantu penghuni sekolah. Sebuah tragedi melibatkan Serena dan Ken dalam pencarian kebenaran atas kematian sesosok hantu misterius. Satu per satu tabir tersingkap. Pencarian mereka bermuara pada satu titik di mana jawaban atas mimpi buruk yang pernah menghantui Serena menunjukkan bahwa mimpi tersebut bukan bunga tidur belaka.

Dia memperkenalkan diri sebagai sesuatu yang lebih pekat dari kegelapan, lebih mengerikan dari kematian, dan lebih menyeramkan dari hantu mana pun tapi tak dapat disingkirkan tanpa meninggalkan bekas. Sebab, manusia dan emosinya bisa menjadi kombinasi paling merusak yang pernah ada.
Serena selalu memimpikan hal yang sama setiap kali dia memejamkan mata, bertemu serigala yang siap menerkamnya. Mimpi tersebut mulai hilang ketika dia mengalami kejadian yang memilukan saat kunjungan wisata SMP, sahabatnya meninggal dan Serena sempat koma selama lebih dari satu bulan. Sejak kejadian tersebut, mimpi Serena hilang, tidak pernah muncul sekalipun. Namun, digantikan dengan Serena yang bisa melihat mereka yang tak kasat mata.

Selepas ibunya meninggal, Serena tinggal bersama Tante Risma di Bandung, selain itu dia juga mendapatkan beasiswa di sekolah swasta bergengsi di sana, di SMA Prisma Jaya. Kekuatan yang dimiliki Serena tentu pada awalnya cukup mengganggu, tapi dia mencoba beradaptasi, bahkan tidak jarang dia meminta bantuan pada teman-teman barunya untuk menyelidiki kejanggalan yang ada di sekolah.

Bukan hanya Serena saja yang memiliki kekuatan indigo, ada satu lagi dan dia tidak segan menunjukkan kemampuannya. Dialah Ken, cowok tampan, anak penyumbang terbesar dan paling populer di Prisma Jaya, dia bahkan sering sesumbar akan latar belakang hantu yang pernah ditemuinya, membuat dia dimusuhi para hantu sekaligus menjadi idola di sekolahnya. Serena tidak pernah menyukai Ken karena dia terlalu sombong dan perbuatannya pada para hantu bisa dibilang tidak berperasaan.

Sebuah kejadian membuat mereka harus bekerjasama. Kinan, kembaran Karen -sahabat Serena, tiba-tiba saja menghilang. Dia meninggalkan sebuah buku catatan, awal mulanya dipegang oleh Ken, tapi catatan tersebut hilang. Karen sangat yakin kalau adiknya hanya menghilang, dibuktikan tanda-tanda dia akan mengikuti pertemuan klub astral project. Namun, Serena sangat yakin kalau Kinan sudah meninggal, dia melihat sendiri hantu Kinan menghampirinya.
"Yang mahal di hidup ini tuh waktu sama niat," balasnya tenang. Aku memandangnya diam.
"Lo harusnya bersyukur... Biarpun secara ekonomi lo di bawah gue, setidaknya lo punya satu: niat." Dia menjentikkan jari. "Dan satu lagi, tujuan. Nggak semua orang yang punya duit punya niat dan tujuan yang jelas. Contohnya gue."
Satu hal yang terlihat jelas dari buku debut Nindya Chitra, dia bisa menulis dengan bagus. Padahal dia sudah mengurangi dua puluh ribu kata, saya nggak bisa membayangkan bagaimana naskah awalnya kalau sebanyak itu, hahaha. Yang kedua, cukup diapresiasi dia mengusung genre horor, genre yang tidak banyak dipilih oleh penulis muda, genre yang cukup sulit karena harus bisa membangkitkan indra pembaca.

Genre horor bagi saya bisa mengarah ke dua subgenre, antara misteri atau thriller, bahkan bisa menggabungkan keduanya. Kalau hanya misteri, biasanya ada muatan emosional, hubungan dengan para hantu, kisah masa lalu mereka. Sedangkan thriller, sama seperti namanya, berujung pada pembunuhan. Semua itu ada di buku ini. Misterinya sangat dapat sekali, penulis cukup rapat menyimpan apa yang sebenarnya terjadi, dan plot twistnya benar-benar tidak bisa saya tebak.

Saya punya syarat khusus ketika membaca buku horor, harus bisa membuat saya penasaran dengan misterinya dan bisa membuat saya ketakutan, penulis harus bisa mendeskripsikan wujud makhluk tak kasat mata tersebut, sehingga saya bisa membayangkannya sendiri, membuat bulu kuduk merinding. Dalam hal ini penulis harus jago bernarasi, deskripsinya harus detail, dan Nindya Chitra punya itu.

Saya biasanya menyukai cerita horor yang melibatkan emosi, hubungan antara para hantu dan manusia, misalkan saja seperti dua penulis horor favorit saya, Eve Shi dan Risa Saraswati. Sehingga saya cukup kaget dengan eksekusi yang dipilih penulis, jujur saya tidak menyukainya. Namun, berbeda kalau kalian penggemar cerita perklenikan atau berbau paranormal, atau contoh mudahnya seperti Pengabdi Setan, kalian akan sangat cocok dengan buku ini.

Buku ini sangat detail, saking detailnya menjadi salah satu kekurangan. Penulis terlalu berbelit-belit, kelamaan dengan kode-kode yang dia tebarkan sehingga kesabaran saya berada di puncak kejenuhan. Berdampak pada penyelesaian yang terlalu terburu-buru. Coba lebih di padatkan lagi pada bagian awal, dan diperbanyak pada bagian akhir, di bagian penjelasan atau latar belakang 'lunar eclipse' mungkin bisa lebih bisa saya terima. Misalkan saja bagian taruhan basket itu, saya rasa tidak begitu penting.

Bagian favorit adalah ketika penulis mendatangkan sosok hantu, itu aura menakutkannya kerasa sekali, contohnya hantu di gua, saya bahkan males mau baca di malam hari, hahaha. Bukan debut yang buruk, hanya beda ekspektasi saja, yang jelas saya menantikan karya Nindya Chitra selanjutnya, tulisannya enak dibaca, dan saya berharap dia tetap di genre horor atau turunannya, tidak banyak penulis muda memilih di jalur ini, karena memang tidak mudah.

Bagi kalian yang ingin membaca buku remaja beraroma paranormal yang sedikit sentuhan romance, kalian bisa mencoba membaca buku ini. Bagi kalian pecinta buku horor, siap-siap ketakutan :D

2 komentar:

  1. Saya jarang banget membaca buku perhantuan. Tapi pernah membaca yang serial darklit milik penerbit tetangga. Memang rasa misteri itu beda-beda antara penulis satu dengan penulis lainnya.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*