Pages

Jumat, 28 Juli 2017

[Book Review] Happy Tummy by Mariska Tracy

Judul buku: Happy Tummy
Penulis: Mariska Tracy
Editor: Jumali Ariadinata & Alaine Any
Desainer sampul: Amanta Nathania
Ilustrator isi: Asyraful Umam
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 978-780-815-7
Cetakan pertama, 2015
204 halaman
Hasil swap di IRF
Siapa yang happy kalau dapat makanan gratis? Hayo, ngacung!

Oke, gue juga, kok.
Hobi gue itu makan-dengan-porsi-banyak.
Nah, demi menyalurkan hobi gue tersebut, gue suka ikutan lomba makan.
Ini artinya, gue bisa makan gratis sebanyak-banyaknya dan dapat hadiah pula!

Lomba makan? Iya, lomba makan yang kayak di TV Champion itu.

Menurut gue, jadi competitive eater itu merupakan cita-cita yang keren.
Coba bayangkan bagaimana bangganya saat lo bisa menghabiskan makanan
enak dalam waktu singkat?! Lo nggak hanya bisa menikmati makanan
superenak, tapi bisa terkenal kayak gue.
Hahaha…. Yang penting, gue happy ketemu makanan.

Yuk, ikuti cerita seru gue yang kata orang “Jago Makan” ini.
Selamat makan, eh, selamat membaca!
Ketika membaca buku ini, saya jadi tahu kalau ada profesi yang namanya competitive eater alias orang-orang yang sering ikutan lomba makan! Tahu gitu dari dulu saya ikut bergabung, hahahaha, secara juara bertahan lomba makan kerupuk tingkat RT/RW, LOL. Penulis yang biasa dipanggil Uung awalnya terinspirasi dari program acara di Jepang yang sempat booming pada tahun 90an dulu, generasi yang sama pasti pada tahu deh, yap TV Champion. Dulu saya juga suka mantengin, enak banget kerjaanya, udah makan enak, kalau menang dapat hadiah lagi, siapa yang nggak mau?

Buku ini bercerita tentang pengalaman Mariska Tracy, seorang wartawan majalah Gadis yang suka mengikuti berbagai lomba makan, nggak melulu menang, banyak yang kalah juga, tapi urusan gender, Mariska Adalah satu-satunya cewek yang sering menjuarai lomba makan. Untuk detail lombanya tidak perlu saya jabarkan (ada lomba makan bakso, chicken wings super pedas, sushi, wasabi, hotdog, piza, roti, es krim, dll), baca sendiri karena lebih menyenangkan, lucu dan penulis menceritakannya dengan cukup detail, seperti bagaimana rasanya memakan banyak makanan mulai dari yang rasanya pedas, susah ditelan, tanpa ditelan dan membuat perut begah serta mules pada akhirnya. Cara berceritanya juga santai dan asik, tidak jarang menyisipkan humor, dasarnya orang jurnalis, tentu pintar nulis.
Tapi, ada juga komunitas yang isinya orang-orang yang suka ikutan lomba makan dan menjadikan hal itu sebagai lahan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, bahkan sebagai bagian penting dari hidupnya.
Lewat cerita Mariska juga, ternyata mengikuti lomba makan itu nggak seenak bayangan kita. Selain timbangan bertambah dan kadang mual karena kebanyakan makan, harus memakan sebanyak-banyaknya makanan dengan waktu paling cepat, tidak jarang hitungan detik! Kadang harus memuntahkan makanan sehabis lomba karena perut rasanya nggak karuan. Harus mengenali para pesaing, dalam hal ini Mariska akan menghindari pesaing yang otomatis tidak bisa dikalahkan, dia akan memilih lomba yang lain, contohnya peserta yang pernah mejeng di World Record, Owen Gozali. Ada juga pesaing yang tidak setia kawan, diam-diam mengikuti lomba tanpa memberi tahu para member LMI (Liga Makan Indonesia) lain, bahkan ada manager dalam dunia perlombaan makan, hahaha. Sampai pernah dilarang ibunya karena perempuan tidak cocok mengikuti lomba makan.

Yang saya suka, ternyata mengikuti lomba makan perlu latihan juga, seperti lomba-lomba yang lain. Mariska sering melihat video lomba makan Owen Gozali, bahkan juara makan dari Jepang yang sudah sampai ke kancah internasional, Takeru Kobayashi, untuk latihan ketika mengikuti lomba makan tertentu. Ketika Mariska akan mengikuti lomba makan es krim, sebelumnya dia latihan mengunyah es batu dan memakai pasta gigi anti linu. Penulis juga belajar dari kesombongannya, kadang dia meremahkan orang lain, ternyata orang lain tersebut lebih hebat daripada dirinya, misalkan saja ketika mengikuti lomba makan roti, Mariska sering tidak menang.
Waktu gue nulis cerita ini pun, gue jadi sadar bahwa musuh yang terberat bukanlah monster yang sudah profesional makan telur ayam tanpa dikunyah, bukan ketiga juara yang masih amatir, bukan juga Jefri. Tapi, musuh yang terberat adalah diri sendiri. Gue sulit menerima kekurangan diri sendiri dan melepas ego gue untuk jadi cewek kurus. Ujung-ujungnya merugikan diri gue sendiri.
Buat gue, karbohidrat itu lebih jahat ketimbang ibu tiri, sudah membuat begah, gendut pula! 
Jadi, masih mau ikut lomba makan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*