Pages

Kamis, 05 Januari 2017

Top 6 Most Favorite Scenes 2016

Di hari ketiga dalam Book Kaleidoscope biasanya saya memposting Worst Book Covers, tapi berhubung tahun ini saya meniadakannya, saya menggantinya dengan Top 6 Most Favorite Scenes 2016, yap adegan-adegan di dalam buku yang cukup memorable dan sangat saya sukai. Mungkin ada yang akan mirip seperti quote saking singkatnya adegan tersebut, yah beda tipis lah, hehehe, tapi tetap saja menjadi bagian yang sangat berkesan bagi saya.

Awalnya saya ingin memasukkan adegan favorit dari buku-bukunya Pamela Clare atau Christina Lauren yang bikin kipas-kipas, tapi nanti malah nggak bisa dibaca untuk semua umur, ahak ahak ahak. Jadi walau mayoritas adegan favorit saya biasanya yang romantis-romantis, ada beberapa yang nggak bikin diabetes, kok. Nah adegan apa dan dari buku apakah yang saya pilih untuk Top 6 Most Favorite Scenes 2016 versi Kubikel Romance? Berikut listnya.

"Kalau ada kesempatan kedua, apa kamu bakal coba lagi?"
Arka mengangkat bahunya.
"Kayak kata mbak-mbak operator," lanjutku. Kemudian aku melanjutkan dengan suara datar, "'Cobalah beberapa saat lagi'."
Arka tertawa dan menggeleng. "Itu cuma buat kamu."
"Oh? Kalau Aisya apa?"
Arka berpikir sebentar. "Kalau Aisya itu 'pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan'," jawabnya.
Aku tertawa. "Kenapa?"
"Soalnya, saya enggak bisa nyoba lagi. Aisya terlanjur menutup diri dan saya menjauh," jawab Arka. "Kalau mau coba, saya harus beli pulsa -nyiapin mental dulu."
"Dan, kamu enggak mau beli pulsa?" tanyaku.
Arka berpikir sebentar kemudian menggeleng. "saya mau beli pulsa. Tapi untuk sekarang, bukan nomor Aisya yang mau saya hubungi."
"Aku nyata, Azura. Jadi setiap kali kamu merasa kalau segala sesuatu yang ada dalam hidup kamu nggak nyata, ingat aku. Aku nyata."
"Kamu tahu tipe teleskop luar angkasa kayak teleskop Hubble yang ukurannya sebesar bus? Itu tipe teleskop yang bisa nangkep gambar benda langit yang nggak bisa dilihat dari teleskop refraktor biasa. Teleskop Hubble pernah mengamati orbit Sirius yang kelihatannya aneh, kayak terhalang sesuatu. Berkelok-kelok gitu gerakannya. Bahkan intensitas cahayanya kadang meredup. Setelah diselidiki lebih jauh, baru ketahuan kalau Sirius itu punya kembaran. Yang namanya bintang kembar kan selalu mengitari satu sama lain. Waktu Sirius B kebetulan lewat di depan Sirius A, intensitas cahaya Sirius A meredup gara-gara ketutup Sirius B, kan?"
"Terus? Maksudmu apa?"
"Maksudku, butuh teleskop sekaliber teleskop Hubble buat bisa lihat bintang yang nggak akan kelihatan dengan teleskop biasa. Kalau Sirius B nggak terlihat, itu cuma karena kualitas teleskopnya yang jelek, bukan karena Sirius B itu nggak ada."
Wulan kembali tersenyum. "Jadi, cuma orang hebat yang bisa nyadar potensiku?"
Lintang mengangguk mantap. "Iya, orang hebat itu ada di depanmu sekarang."
3. November 9
Theodore menelengkan kepala, sepertinya terkejut dengan apa yang baru dia dengar. "Memikirkannya?" Dia menggeleng-geleng. "Aku tak punya waktu untuk omong kosong ini." Dia mulai berjalan ke arah berlawanan, tapi gumamannya masih bisa terdengar, "Lagian kau nggak cantik-cantik amat."
Aku masih mencerna hinaan itu ketika Ben berlari kencang melewatiku. Sebelum mataku bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi, tinju Ben melayang. Aku melihat Glenn bergegas menengahi, tapi... sebentar. Bukan. Glenn ikut meninju Theodore.
2. Archer's Voice
Aku menatap Archer, mengamati emosi yang tampak di wajahnya. Setelah sedetik, aku mengangkat tanganku. Aku tidak terlalu ingat kepada ibuku. Aku menggeleng sedikit. Dia meninggal karena kanker dan aku masih sangat kecil saat dia meninggal. Aku membasahi bibirku, terdiam. Tapi aku ingat dia membuat sulaman ini -gambar benang yang kusut.
Archer mengamati tanganku, mengangkat wajahnya untuk melihat wajahku di sela-sela perkataanku.
Suatu hari, aku mengambil salah satu sulamannya dan itu terlihat kacau -semua berantakan dengan ikatan dan sisa benang yang menggantung di mana-mana. Aku hampir tidak bisa mengenali gambar yang seharusnya dibuat. Aku terus menatap Archer, meremas tangannya dengan cepat sebelum mengangkat tanganku lagi.
Tapi kemudian, ibuku datang dan mengambil sulaman itu dari tanganku, lalu membaliknya -dan di sanalah mahakaryanya. Aku mengembuskan napas dan tersenyum. Ibuku menyukai burung. Aku ingat gambar itu -sarang yang penuh dengan bayi burung, dan mama burung baru saja kembali. Aku terdiam, berpikir. Terkadang aku ingat sulaman itu saat hidup terasa sangat kacau dan sulit dimengerti. Aku mencoba untuk memejamkan mata dan percaya meskipun saat itu aku tidak bisa melihat sisi lainnya, dan sisi yang kulihat sangat buruk dan berantakan, selalu ada mahakarya yang dijalin dari semua ikatan dan jalinan benang yang berantakan itu. Aku mencoba untuk percaya bahwa sesuatu yang indah merupakan hasil dari sesuatu yang buruk, dan akan datang waktunya saat aku bisa melihat apa itu. Kau membantuku melihat gambarku sendiri, Archer. Izinkan aku membantumu melihat gambarmu. 
"Kalo dipikir-pikir, kalian ini... mirip oksigen, ya," kata Romeo lagi. "Selalu ada, tapi baru kerasa penting waktu nggak ada."
Aku menatap Romeo yang sudah kembali menerawang.
"Tapi seperti oksigen, keluarga ada di mana-mana kan, Ro?" kataku, membuatnya kembali menatapku. "Seperti oksigen, keluarga ada di sekitarmu, di setiap tarikan napasmu, mengalir dalam darahmu. Walaupun kamu nggak selalu bisa lihat, tapi kamu tahu keluarga selalu ada bersama kamu. Ya, kan?"
Yak, itulah Top 6 Most Favorite Scenes 2016, nggak usah saya terjemahakan satu per satu atau ada di bagian apa adegan di atas, biar kalian baca dan temukan sendiri. Bagaimana menurut kalian? Apakah ada kesamaan atau ada adegan dari buku lain yang membuat kalian terkesima? Boleh banget berbagi pengalaman membaca kalian di kolom komentar di bawah :D

6 komentar:

  1. Bukunya belum ada yang kubaca hiks, tapi baca ulasan scene-scene itu aku jadi kangen baca romance kontemporer hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, aku lagi suka banget baca romance kontemporer, semoga nanti banyak yg kece lagi deh

      Hapus
  2. Yang adegan di Starlight itu nendang banget. Yang lainnya emang belum baca. Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dya Ragil emang jago bikin dialog yg berkesan dan nendang 😁

      Hapus
  3. Belum baca semua dan makin penasaran sama semuanya...hiks hiks

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*