Judul buku: Haru no Sora (YARN #2)
Penulis: Laili Muttamimah
Penyunting: Anida Nurrahmi
Perancang sampul dan isi: Deborah Amadis Mawa
Penerbit: Ice Cube
ISBN: 978-979-91-0817-3
Cetakan pertama, Februari 2015
298 halaman
Buntelan dari @Laails
“Aku berharap musim dingin dapat membekukan rasa sakitku,” ujarku lirih.
“Begitu?” tanya laki-laki itu, asap putih yang hangat keluar dari mulutnya. “Kau pikir, ketika rasa sakit itu membeku, kau tidak akan merasakan sakit lagi?”
“Mungkin begitu.”
“Kurasa kau tidak akan bisa membekukan rasa sakitmu.”
“Kenapa?”
“Karena rasa sakitmu akan mencair ketika musim semi tiba.”
Tiap tahun, Miyazaki Sora selalu menantikan kedatangan musim dingin. Titik-titik putih yang jatuh dari langit berarti tiba waktunya untuk bermain di halaman bersama sang ayah, sementara si ibu akan menyiapkan hidangan lezat di meja makan. Di balik gunungan salju yang menumpuk di halaman, Sora menemukan kehangatan kasih sayang kedua orangtuanya. Namun itu dulu. Sebelum suatu rahasia yang terbongkar di musim dingin tiga tahun lalu merenggut nyawa ibunya. Sebelum judi dan alkohol menjerat perhatian ayahnya. Sebelum Sora memilih melanjutkan hidupnya dengan menapaki jalan yang salah.
Dulu, musim dingin menjadi musim favorit Miyazaki Sora ketika masih kecil, kebahagiaan serasa tidak pernah berhenti datang padanya pada saat itu, musim dingin adalah kenangan yang sangat berharga dengan orangtuanya. Kini, di usianya yang menginjak tujuh belas tahun, musim dingin menjadi musim yang paling dibenci, berharap dihapuskan saja, musim di mana mendatangkan kehancuran pada keluarganya. Dulu keluarga Sora hidup harmonis, ayahnya adalah seorang pengusaha sukses dan pekerja keras bahkan menjadi sosok favorit dalam hidup Sora. Kini ayahnya menjadi seorang pemabuk, menghabiskan harta keluarga dalam hutang judi dan berganti wanita setiap hari. Semua terjadi karena musim dingin tiga tahun yang lalu, memaksa Sora menanggung semuanya, menjadi tulang punggung keluarga, menjadi pekerja seksual untuk bertahan hidup dan membayar hutang-hutang ayahnya.
Tidak ada yang tahu akan pekerjaan Sora, hanya Ken, lelaki yang selalu mencarikan pelanggan. Sora layaknya memiliki dua kehidupan, di malam hari dia bekerja keras untuk melanjutkan hidup sedangkan di pagi hari menjadi siswi SMA. Sora terkenal cantik, populer, dan tukang bully. Dia memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya, Sae dan Risa. Karena pekerjaanya Sora tidak pernah belajar, ada seseorang dengan terpaksa tunduk akan ancaman Sora, gadis gendut berkacamata yang bernama Akiyama Airi. Awalnya kehidupan sekolah sangat membosankan, dia juga tidak bisa lagi menindas Airi sejak berubah menjadi kurus, cantik, kuat, percaya diri dan mulai berani padanya.
Semua berubah ketika ada anak baru di sekolahnya, seorang pemuda yang pernah memberinya mantel biru di malam yang bersalju, seseorang yang sedang mencari perenggut kebahagiaanya, Yoshida Haru. Haru selalu bersikap dingin dan terlihat tidak tertarik pada Sora, tapi setelah menghabiskan waktu dengannya, Haru mengubah cara pandang Sora, mengatakan kalau Sora harus mencari kebahagiaanya sendiri. Seseorang yang menyadarkan bahwa dia berada di jalan yang salah selama ini, seseorang yang selalu ada di hatinya, seseorang yang mencairkan rasa sakitnya atau malah membekukannya?
Namun aku tidak bisa, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku untuk menjadi gila dan memperburuk hidupku. Ada napas yang masih bisa kuhirup, ada kehidupan yang masih harus kulanjutkan.
"Kau tahu? Awan itu seperti manusia. Bentuk awan akan selalu berubah-ubah berdasarkan kecepatan angin, sama dengan sifat manusia yang berubah-ubah berdasarkan situasi. Awan juga tidak pernah sendirian di langit. Jika terpisah, awan akan langsung bergabung dengan awan lain yang ada di dekatnya. Sama seperti manusia yang tidak dapat hidup sendiri. Kita semua pasti bergantung pada yang lain."
"Karena sebesar apa pun rasa sayang seorang perempuan pada pasangannya, ayahnyalah yang menjadi cinta pertamanya."
"Menma... berjanjilah padaku, kau akan tumbuh menjadi gadis yang kuat!" Kusodorkan jari kelingkingku padanya. "Jadilah seperti sakura yang tidak pernah membenci angin yang membawanya jatuh maupun musim panas yang membuatnya berubahnya warna."
Sebelumnya saya ingin minta maaf yang sebesar-besarnya kepada penulis karena resensinya sangat lama sekali saya tulis, berselang tiga bulan lebih pasca membaca bukunya, ternyata tidak hanya Sora dan Haru saja yang mengalami depresi, pun dengan saya, hahahaha. Beberapa bulan ini memang sedikit kacau dalam hal membaca dan ngeblog. Saya sampai membaca ulang karena banyak detail yang terlupakan, walau sudah menandai apa yang ingin ditulis, tapi ada untungnya juga, saya lebih memahami Haru no Sora atau terjemahannya langit musim semi ini.
Tema ceritanya tidak jauh berbeda dengan seri YARN yang lain, berat tapi disuguhkan secara ringan. Sepanjang membaca aura dark dan suram mengiringi, kedua tokoh utamanya sama-sama memiliki masa lalu yang menyakitkan, dan mereka mencoba berdamai serta berusaha mencari kebahagiaan bersama. Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama, sehingga pembaca akan lebih mudah memahami apa yang dirasakan tokoh utamanya. Buku ini bersetting di Jepang, layaknya seri YARN yang lainnya juga, buku ini ditulis oleh penulis dalam negeri tapi memiliki rasa terjemahan, aroma Jepang sangat terasa. Penulis sangat baik dalam hal menyisipkan berbau Jepang, baik itu dari segi istilah atau kata-kata dalam bahasa Jepang (bahkan ada catatan kaki untuk menerjemahkannya), makanan, tempat-tempat, kebudayaan, sehingga terlihat menyatu dengan ceritanya, bukan asal tempelan semata.
Sae dan Risa adalah gambaran sahabat yang hanya membutuhkan keterbukaan agar kehadiran mereka terasa berarti. Menna gadis kecil yang kehilangan orangtuannya menyadarkan Sora bahwa setiap orang pasti punya kesedihan dan masalah tapi tidak lantas menghancurkan hidupnya. Kakek nenek Haru adalah gambaran orangtua yang hanya ingin cucunya memandang ke depan, berlapang dada untuk memaafkan. Ken yang hanya memilih pekerjaan salah untuk menyambung hidup layaknya Sora. Airi yang ternyata jauh lebih kuat daripada siapa pun, yang paling mengerti akan keadaan Sora. Ayah Sora yang tampaknya sampah tapi justru dialah yang paling menderita. Dan Haru, seseorang yang bimbang untuk balas dendam atau memaafkan kepada orang yang telah merenggut kebahagiaanya.
Haru sendiri, dia juga sama rumitnya dengan Sora, hanya saja dia lebih pendiam dan selalu menyimpan sendirian, tidak seekspresif Sora, yang bisa menertawai hidupnya dengan lantang di sisi lain menangisinya. Perasaannya yang cukup membingungkan melihat keadaan yang dia alami, serta mungkin bagi sebagian pembaca merupakan twist dari buku ini -karena saya bisa menebaknya- akan hubungan mereka yang sebenarnya, menjadi konflik utama. Walau nuansa romance tidak terlalu kental, chemistry antara Sora dan Haru terbangun dengan baik.
Bagian favorit saya adalah ketika Sora bersama dengan Haru, walau tetap saja terasa sendu, entah kenapa terasa hangat. Bagian paling favorit ada di bagian sinopsis di atas, ketika Sora dan Haru pertama kali bertemu. Dialog diantara mereka rasanya selalu penuh makna, dan favorit selanjutnya ada di bagian ini:
Tema ceritanya tidak jauh berbeda dengan seri YARN yang lain, berat tapi disuguhkan secara ringan. Sepanjang membaca aura dark dan suram mengiringi, kedua tokoh utamanya sama-sama memiliki masa lalu yang menyakitkan, dan mereka mencoba berdamai serta berusaha mencari kebahagiaan bersama. Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama, sehingga pembaca akan lebih mudah memahami apa yang dirasakan tokoh utamanya. Buku ini bersetting di Jepang, layaknya seri YARN yang lainnya juga, buku ini ditulis oleh penulis dalam negeri tapi memiliki rasa terjemahan, aroma Jepang sangat terasa. Penulis sangat baik dalam hal menyisipkan berbau Jepang, baik itu dari segi istilah atau kata-kata dalam bahasa Jepang (bahkan ada catatan kaki untuk menerjemahkannya), makanan, tempat-tempat, kebudayaan, sehingga terlihat menyatu dengan ceritanya, bukan asal tempelan semata.
"Ketika bertemu dengan seseorang, kau harus tahu kalau suatu saat orang itu akan pergi. Meski kenyataanya, kau tidak akan pernah bisa benar-benar mempersiapkan diri untuk merelakan orang yang kau sanyangi pergi," ujarku pada Haru.
Cinta yang sesungguhnya adalah perasaan yang mampu membuatmu menerima orang itu, bagaimanapun keadaanya, apa pun kesalahannya, seolah rasa benci sekalipun tak mampu membuatmu mengabaikannya.
"Kau tidak akan tahu caranya bangkit jika kau tidak pernah jatuh."Kelebihan yang paling terasa dari buku ini adalah karakternya yang kuat. Saya suka Sora, dia perempuan yang kuat walau memiliki banyak masalah, bahkan cenderung sinis dengan hidupnya, dia juga gambaran seorang pembully yang sebenarnya lebih membutuhkan pertolongan daripada sang korban. Latar belakangnya membuat dia iri dengan apa yang dimiliki Airi dan tidak tahan dengan kelemahannya, sehingga dia menindas perempuan tersebut. Saya suka bagaimana penulis menyuguhkan cara pandang yang berbeda untuk para tokohnya, ketika kita membaca kisah mereka, kita tidak akan langsung menilai betapa buruknya, tapi lebih kepada kenapa hal itu bisa terjadi. Sehingga tidak heran kalau pace atau tempo Haru no Sora sedikit lambat, selain deskripsi yang cukup detail, penulis mencoba memberikan bagian yang cukup berarti bagi para tokoh pendampingnya, sehingga peran mereka tidak sia-sia dan bermakna.
Sae dan Risa adalah gambaran sahabat yang hanya membutuhkan keterbukaan agar kehadiran mereka terasa berarti. Menna gadis kecil yang kehilangan orangtuannya menyadarkan Sora bahwa setiap orang pasti punya kesedihan dan masalah tapi tidak lantas menghancurkan hidupnya. Kakek nenek Haru adalah gambaran orangtua yang hanya ingin cucunya memandang ke depan, berlapang dada untuk memaafkan. Ken yang hanya memilih pekerjaan salah untuk menyambung hidup layaknya Sora. Airi yang ternyata jauh lebih kuat daripada siapa pun, yang paling mengerti akan keadaan Sora. Ayah Sora yang tampaknya sampah tapi justru dialah yang paling menderita. Dan Haru, seseorang yang bimbang untuk balas dendam atau memaafkan kepada orang yang telah merenggut kebahagiaanya.
Haru sendiri, dia juga sama rumitnya dengan Sora, hanya saja dia lebih pendiam dan selalu menyimpan sendirian, tidak seekspresif Sora, yang bisa menertawai hidupnya dengan lantang di sisi lain menangisinya. Perasaannya yang cukup membingungkan melihat keadaan yang dia alami, serta mungkin bagi sebagian pembaca merupakan twist dari buku ini -karena saya bisa menebaknya- akan hubungan mereka yang sebenarnya, menjadi konflik utama. Walau nuansa romance tidak terlalu kental, chemistry antara Sora dan Haru terbangun dengan baik.
Bagian favorit saya adalah ketika Sora bersama dengan Haru, walau tetap saja terasa sendu, entah kenapa terasa hangat. Bagian paling favorit ada di bagian sinopsis di atas, ketika Sora dan Haru pertama kali bertemu. Dialog diantara mereka rasanya selalu penuh makna, dan favorit selanjutnya ada di bagian ini:
"Jadi menurutmu, setiap pertemuan dan sesuatu yang mustahil yang terjadi di hidup ini adalah sebuah kebetulan?"
"Ya."
Aku mendengus. "Kau salah, Haru."
"Tidak ada keajaiban di dunia ini, Sora," tegasnya lalu menatapku. Mata hitamnya sejajar persis dengan mataku. "Aku bertemu denganmu karena sebuah kebetulan."
"Kau bertemu denganku karena takdir."
Ini adalah kali pertama saya membaca karya Laili Muttamimah, entah apakah buku debutnya, Inseparable, sekelam dan sesendu ini, saya rasa dia adalah penulis yang tidak mudah membuat para tokoh rekaanya hidup bahagia dan pembacanya senang dengan mudah, hahahaha. Namun, saya pecinta kisah yang penuh lika liku tapi dalam perjalannya selalu memberi makna bahwa hidup memang tidak mudah untuk dijalani, tidak lantas kita menyerah dan berhenti begitu saja. Saya menantikan karya Laili selanjutnya :D
Haru no Sora adalah bacaan yang cukup depresif tapi tidak memberatkan untuk dicerna. Bercerita tentang para tokohnya yang sama-sama memiliki luka, berusaha saling menyembuhkan dan mencari kebahagiaan. Tentang memaafkan. Tentang hubungan ayah dan anak. Recommended bagi siapa saja, khususnya yang akan beranjak remaja.
Haru no Sora adalah bacaan yang cukup depresif tapi tidak memberatkan untuk dicerna. Bercerita tentang para tokohnya yang sama-sama memiliki luka, berusaha saling menyembuhkan dan mencari kebahagiaan. Tentang memaafkan. Tentang hubungan ayah dan anak. Recommended bagi siapa saja, khususnya yang akan beranjak remaja.
4 sayap untuk langit musim semi.
Banyak juga seri YARN yang diterbitkan Ice Cube. Tapi belum satu judul pun yang saya cicipi. Dan membaca review ini, saya makin penasaran. Hanya, apakah seri ini memang mengambil tema depresif?
BalasHapusTema utama sih realistic fiction, beberapa ttg mental illness, yg jelas sebagian besar yg udah aku baca recommended 😁
HapusIni ada di gramed tidaak ya ?
BalasHapusBagus sih tapi sayang ga ada nama syp aj yg lgi ngomong, soal nya buat tugas sekolah
BalasHapus