Pages

Jumat, 29 Juli 2016

Resensi: Crazy Rich Asians Karya Kevin Kwan

Judul buku: Crazy Rich Asians (Kaya Tujuh Turunan)
Penulis: Kevin Kwan
Alih bahasa: Cindy Kristanto
Editor: Meggy Soedjatmiko
Sampul: Martin Dima
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-1443-3
Cetakan pertama, 20 Juni 2016
480 halaman
Buntelan dari @gramedia
Ketika Rachel Chu, dosen ekonomi keturunan Cina, setuju untuk pergi ke Singapura bersama kekasihnya, Nick, ia membayangkan rumah sederhana, jalan-jalan keliling pulau, dan menghabiskan waktu bersama pria yang mungkin akan menikah dengannya itu. Ia tidak tahu bahwa rumah keluarga Nick bagai istana, bahwa ia akan lebih sering naik pesawat pribadi daripada mobil, dan dengan pria incaran se-Asia dalam pelukannya, Rachel seperti dimusuhi semua wanita.

Di dunia yang kemewahannya tak pernah terbayangkan oleh Rachel itu, ia bertemu Astrid, si It Girl Singapura; Eddie, yang keluarganya jadi penghuni tetap majalah-majalah sosialita Hong Kong; dan Eleanor, ibu Nick, yang punya pendapat sangat kuat tentang siapa yang boleh—dan tidak boleh—dinikahi putranya.

Dengan latar berbagai tempat paling eksklusif di Timur Jauh—dari penthouse-penthouse mewah Shanghai hingga pulau-pulau pribadi di Laut Cina Selatan—Crazy Rich Asians bercerita tentang kalangan jet set Asia, dengan sempurna menggambarkan friksi antara golongan Orang Kaya Lama dan Orang Kaya Baru, serta antara Cina Perantauan dan Cina Daratan.
Nicholas Young dan Rachel Chu telah menjalin hubungan selama hampir dua tahun, ketika Nick diminta sahabatnya untuk menjadi pengiring pengantin, dia sekalian ingin mengundang Rachel untuk mengunjungi kampung halamannya, Singapura dan berlibur keliling Asia mengunjungi tempat-tempat favorit Nick. Awalnya Rachel bimbang karena dia tidak bisa meninggalkan pekerjaan sebagai dosen di New York, tapi Nick tidak jera, selain itu Rachel beranggapan kalau perjalanan ini mungkin untuk hubungan mereka lebih jauh lagi, yaitu memperkenalkan Rachel kepada keluarga Nick. Selama ini hanya Astrid, sepupu Nick yang pernah Rachel temui, sebelumnya Nick tidak pernah bercerita tentang keluarganya bahkan mengajak bertemu.

Seharusnya Nick mengikuti saran sepupunya agar dia mempersiapkan Rachel menghadapi keluarganya, penyesalan memang datang belakangan. Rumor Nick pulang ke Singapura bersama tunangan langsung menyebar luas, bahkan ibunya, Eleanor Young menyewa detektif untuk menyelidiki siapa pacar anak tunggalnya tersebut. Nick dan Rachel tidak tahu kalau kalangan jet set Asia membicarakan mereka, menyelidiki siapa wanita yang dibawa salah satu pewaris keluarga Young tersebut, membuat sebagian besar wanita cemburu dan berniat memusuhinya.

Nick yakin kekhawatiran Astrid tidak akan berdampak besar pada hubungannya dengan Rachel, bahwa Rachel akan bisa menerima 'kejutan' di Singapura nanti dengan baik. Namun, apakah benar demikian? Bagaimana setelah Rachel mengetahui siapa keluarga Nick sebenarnya malah merasa tidak mengenal sama sekali pacarnya tersebut? Bahkan informasi yang berlebihan tentang dirinya malah membawa rahasia masa lalu kelam keluarga Rachel ke permukaan?
"Aku tidak tahu siapa orang-orang ini. Tapi aku dapat memberitahumu satu hal -- orang-orang ini lebih kaya daripada Tuhan."
Bisa dibilang Carzy Rich Asians merupakan buku yang sangat menarik walau ceritanya sendiri tidak mengagetkan bagi saya, sebelumnya saya pernah mendapatkan cerita serupa dari serial Hanafiah karangan Sitta Karina yang bercerita tentang orang-orang jet set di Indonesia khususnya Jakarta. Buku ini menarik karena ada sentuhan sejarah, kebudayaan, bahasa, kehidupan orang-orang Cina kaya khususnya di Singapura, bahwa status yang sama-sama orang Cina saja masih juga dibedakan, Orang Kaya Baru dan Orang Kaya Lama, Cina Perantauan dan Cina Daratan. Konon buku ini terinspirasi dari kisah nyata, jadi, orang kaya tujuh turunan itu sebenarnya ada di dunia ini, realitas yang tak terjamah bagi  rakyat jelata seperti saya ini, hehehe.

Tema ceritanya sebenarnya sederhana, kisah cinta si kaya dan si miskin. Nick bukannya menyembunyikan identitas dirinya yang konglomerat, dia hanya tidak pernah membahasnya, selain itu Nick juga tidak sombong layaknya orang kaya kebanyakan sehingga Rachel memandang Nick sama seperti teman-temannya yang lain, sama seperti dirinya yang hanya orang biasa, bekerja keras hanya untuk sesuap nasi. Realitas yang Rachel temukan ketika berada di Singapura memang membuatnya shock, orang yang dia temui kaya semua, bahkan temannya, Peik Lin, yang terkenal sangat kaya bukan apa-apanya dibanding keluarga Young dan para kerabatnya yang lain, membuat saya yang membaca bagaikan keceran gabah. Buku ini dibuka dengan prolog yang menggaungkan kekayaan orang Cina, tentang isu rasis yang selama ini dialami oleh orang Cina, bahwa seberapa kaya pun dirimu, kalau orang Cina tetap saja dipandang sebelah mata oleh orang barat.

Ketika para istri keluarga Young sudah memesan kamar hotel mewah di Inggris jauh-jauh hari, eh si manager bilang kamar sudah penuh karena ternyata yang memesan orang Cina, padahal anak mereka pada rewel (Nick, Astrid, Eddie kecil), langsung saja salah satu istri ini menelpon sang suami, apa yang terjadi? Sang suami langsung membeli hotel tersebut! Rumah nenek Nick yang berada di jalan Tyersall Avenue, yang luas tanah lebih dari 20 hektar (padahal tanah di Singapura merupakan salah satu tanah termahal di dunia) hanya terlihat sebagai lahan kosong pada layar topografi, rumah tersebut tidak muncul di Google Earth, dan GPS tidak bisa menemukan alamatnya. 'istana' tersebut dijaga oleh para Gurkha, tentara paling mematikan di dunia. Kegilaan ini tidak ada apa-apanya, masih banyak lagi pamer kekayaan mulai dari transportasi, sandang, pangan, interior, dan gaya hidup kaum jet set lainnya, apa saja bisa mereka lakukan asal punya uang.

Buku ini memiliki banyak sekali tokoh, bahkan di bagian awal kita akan disodori pohon keluarga dari klan Young, T'sien, dan Shang. Awal membaca saya bolak balik melihat silsilah keluarga tersebut agar tidak bingung siapa yang sedang dibicarakan, agak menganggu sebenarnya tapi lama kelamaan terbiasa dan hapal sendiri. Memang fokus utama ceritanya tentang kisah cinta antara Nick dan Rachel, tapi banyak subplot yang membahas hal lain, misalkan saja ketika frame cerita berpindah ke ibu Nick, Eleanor Young, menegaskan bahwa sebuah pernikahan ditentukan dari siapa dan dari mana kamu berasal, materi dan latar belakang keluarga sangat penting, cinta bukanlah hal pertama yang menjadi pondasi sebuah pernikahan, dan bagaimana gaya hidup ibu-ibu sosialita.

Ada juga cerita tentang Astrid dan suaminya -yang lebih miskin dari istrinya tersebut, bagaimana rasa tertekan dan tidak dihargai bila sang istri bisa melakukan apa saja tanpa perlu bantuannya, ego seorang lelaki digambarkan dengan baik di sini. Lalu cerita tentang Eddie, sepupu Nick yang lain, dia sudah menikah, memiliki beberapa anak dan tinggal di Hong Kong. Eddie terobsesi dengan kesempurnaan, dia menuntut keluarganya untuk melakukan hal yang sama, di mana sebenarnya tidak disukai istri maupun anak-anaknya. Eddie juga digambarkan seorang suami kaya yang bisa melakukan apa saja, misalkan saja memiliki beberapa selingkuhan walau istrinya tanpa cela dan berasal dari keluarga terpandang juga. Kevin Kwan menggambarkan bahwa orang kaya tujuh turunan pun bisa merasakan ketidakbahagiaan walau sudah menggenggam dunia.

Saya sangat menantikan lanjutannya, bagaimana kisah antara Nick dan Rachel akan berakhir. Di buku ini lebih banyak perkenalan, baik dari karakter para tokoh sampai kegilaan yang bisa dilakukan oleh orang-orang kaya, saya berharap di seri kedua porsi hubungan kedua pasangan beda kasta ini lebih ditonjolkan lagi, latar belakang Rachel juga diceritakan lebih detail lagi dan berharap Astrid akan memiliki porsi yang sama besar juga, ceritanya sendiri tidak kalah menarik dari kisah Nick dan Rachel. Saya cukup terharu dengan mantan pacar Astrid -yang sama-sama kaya, mencoba memperbaiki hubungan mantannya tersebut dengan suaminya.

Buku ini sangat recommended kalau kalian ingin mengetahui dunia kaum jet set. Tidak ada adegan dewasa yang eksplisit. Cara berceritanya juga seru, lebih ke humor sehingga hal-hal berat yang kita dapatkan di buku ini akan terasa ringan dan mudah dimengerti, jangan khawatir dengan banyaknya istilah, bahasa Cina atau Kanton, karena ada catatan kaki yang menjelaskan hal tersebut. Sedikit kekurangan menurut saya adalah banyaknya subplot sehingga kisah Nick dan Rachel terasa singkat, semoga di buku selanjutnya lebih seru lagi, karena walau buku ini terkesan receh, ceritanya tidak mudah untuk dilewatkan.

3.5 sayap untuk Kaya Tujuh Turunan.

10 komentar:

  1. Ihh, kepo jadinya :3 kayaknya seru, kak.

    BalasHapus
  2. Hana sukaaa novel ini :D karakterisasi nya keren banget :D tokohnya banyak tapi sifatnya beda dan punya ciri khas masing2 :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, salah satu kelebihan novel ini, padahal tokohnya banyak banget tapi mengena semua :)

      Hapus
  3. Wah aku suka nih buku2 yang pamer kekayaan gini hehe. Thanks for the review :)

    BalasHapus
  4. Saya mau ambil buku ini sebagai judul skripsi saya. Bagaimana ya, apa yang harus saya ambil sebagai subject penelitian. Mohon sarannya. Thanks

    BalasHapus
  5. Kak Hana membaca yang versi terjemahan atau yang versi bahasa inggris kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hah kak Hana? Nggak salah blog nih? hehehehe. Kalau beneran tanya sama aku, aku bacanya yang terjemahan :)

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*