Pages

Rabu, 30 September 2015

Magic Hour by Tisa TS & Stanley Meulen | Book Review

Magic Hour
Penulis: Tisa TS dan Stanley Meulen
Penyunting: Kahfie Julianto
Pendesain sampul: Tim Desain Screenplay
Ilustrator: Noerma
Penerbit: Loveable
ISBN: 978-602-0900-27-8
Vetakan pertama, 2015
230 halaman
e-book
“Siapa yang paling sayang sama aku?”
“Aku.”

“Siapa yang paling sayang sama kamu?”
“Kamu.”

Sedalam itu persahabatan antara Raina dan Gwenny, yang bermula dari diangkatnya Raina menjadi anak Tante Flora, Ibu Gwenny. Sepuluh tahun, Gwenny menjadi bagian hidup Raina, belahan jiwanya, hingga muncul Dimas dalam hidupnya. Dimas yang seharusnya dijodohkan dengan Gwenny, malah berbalik mencintai Raina. Celakanya, sedalam itu Dimas mencintai Raina. Raina pun merasakan hal yang sama. Sementara Toby, sahabat Raina dari kecil, juga memendam cinta yang sama pada gadis pecinta hujan itu.

Raina bimbang. Dari Dimas ia belajar mengenai cinta sejati. Kedatangan Dimas dihidupnya, bagaikan magic hour, momen penuh keajaiban yang membuat Raina melupakan semua kesedihannya. Hingga sebuah rahasia terkuak, dimana Raina menemui kenyataan kalau Dimas adalah penyebab kecelakaan yang terjadi pada dirinya. Kecelakaan yang merenggut hal terpenting yang ia miliki, yaitu penglihatannya. Akankah Raina memaafkan Dimas? Apakah Persahabatannya dengan Gwenny bisa diselamatkan? Lalu, apa yang terjadi saat Raina buta dan tidak bisa menikmati keindahan magic hour untuk selamanya? Apakah Dimas akan menjadi satu cinta untuk selamanya bagi Raina?
Penasaran baca buku ini karena filmnya ngehits banget di kalangan anak muda jaman sekarang. Dari covernya kelihatannya sih bakalan menye-menye, sinetron banget, dan benar saja, ketika selesai membaca buku ini memang punya elemen cerita sinetron yang bisa menarik banyak penonton. Dari segi cerita biasa banget sebenarnya, sudah pasaran, kisah si kaya dan si miskin, gadis yatim piatu, ketemu cowok kece dan kaya raya, disukai sahabatnya yang keren, nasib nahas yang menimpa tokoh utama, kemudian terjadi keajaiban. Tidak ada formula baru di dalamnya. Mungkin peran pemainnya yang lagi happening menjadi salah satu aspek kenapa film ini disukai banyak anak muda.

Raina, atau yang lebih suka dipanggil Rain adalah gadis yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan, dia menyukai hujan dan magic hour. Suatu ketika saat dia berhujan-hujanan ada seorang gadis kecil yang menegurnya dan bilang gila karena malah menari-nari. Gadis kecil yang menegur tersebut bernama Gwenny, dia sedang berulangtahun pada saat itu dan merayakannya bersama anak yatim. Sejak saat itu Rain dan Gwenny tak terpisahkan, selain bersahabat mereka juga bersaudara, karena ibu Gwenny mengadopsi Rain.

Beranjak remaja, kehidupan Rain cukup bahagia, baik Gwenny maupun tante Flora sangat baik padanya, Rain bekerja di Flora Florist, toko bunga milik ibu Gwenny, dengan sepeda kesayangannya, setiap hari dia mengantarkan pesanan. Suatu hari Gwenny datang ke toko dengan marah-marah, dia sebel karena tante Flora ingin menjodohkan Gwenny dengan anak sahabatnya sewaktu sekolah dulu. Gwenny tidak ingin dianggap sebagai Siti Nurbaya modern, dia juga tidak ingin diledek oleh teman-teman segengnya, dia pun meminta Rain menyamar sebagai dirinya dan menemui Dimas, Gwenny ingin Rain membuat Dimas ilfil padanya sehingga perjodohan batal.

Belum sampai bertemu, Rain mengalami kecelakaan sehingga harus dirawat sementara di RS, begitu sadar dia langsung menuju lokasi namun cowok yang ingin dia temui sudah pergi. Sedangkan Dimas, sang penabrak kehilangan jejak Rain sewaktu dia mengurusi administrasi, hanya berbekal tape recorder yang tertinggal dan sepeda bertulisakan Flora Florist, namun dia akan mencari tahu dan meminta maaf. Tidak sulit bagi Dimas mencari tahu di mana Floral Florist, tidak membutuhkan waktu yang lama juga Dimas berkenalan langsung dengan Rain, kecelakaan tersebut malah membuat keduanya menjadi semakin dekat.

Mereka sama-sama tahu kalau saja Gwenny tidak menyuruh Rain menyamar sebagai dirinya, mereka tidak akan seperti sekarang ini, makin lama Rain semakin memiliki perasaan yang lebih pada Dimas, pun sebaliknya dengan Dimas, dia bahagia bila ada di sisi Rain. Lalu, bagaimana ketika Gwenny bertemu dengan Dimas dan dia langsung merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Bagaimana tanggapan Rain ketika Toby, sahabatnya mengatakan cinta? Apakah Rain harus mengalah demi orang yang sudah sangat berjasa bagi hidupnya dan harus kehilangan satu-satunya sahabat yang menjadi penyemangat selama ini?
"Kamu tau nggak sih, Dimas, magic hour itu apa?"
"Momen setelah matahari terbenam sebelum malam dan gelap tiba. Waktu langit lagi cakep-cakepnya. Itu bahasa gampangnya." Lalu Dimas tertawa.
"Itu bener, tapi arti magic hour buatku adalah waktu di mana semua keajaiban, keindahan langit tergambar di depan mata kita. Indah banget. Dan saat itu terjadi adalah momen di mana kita melupakan semua kekhawatiran hidup kita. Dan hanya rasa syukur pada Yang Mahakuasa yang kita rasakan."
"Aku gak ngerti. Terus, buat apa Tuhan ciptain hati kalo cuma buat dipatahin kayak gini?"
"Aku sayang kamu, kayak bintang yang gak akan ninggalin langitnya."
Dari segi cerita biasa, cukup menghibur sebenarnya cuma ada beberapa bagian yang hilang dan nggak ada jawabannya, banyak yang bisa dikembangkan lagi sebenarnya. Misalkan saja, latar belakang Rain, sejarah dia bisa masuk panti. Kemudian kehidupan Dimas sewaktu di London, dia dulu katanya playboy abis, tapi nggak kelihatan sama sekali, karakternya justru agak melow, terus siapa yang meneleponnya dari London? Dan sepertinya Dimas ini punya penyakit yang parah tapi nggak disebutin apa atau kenapa. Penyakit yang diderita Rain, siapa yang mendonorkan kornea kepadanya? Pasca mendapatkan donor baru, Rain merasa ada yang aneh dengan Dimas, dia merasa bukan Dimas, lalu siapa? Ceritanya memang mudah ketebak tapi seharusnya penulis juga memperhatikan kelogisan cerita, banyak sekali bagian yang menggantung dan saya menerka-nerka sendiri, sayang sekali sampai akhir tidak ada jawaban dari pertanyaan yang menggantung tersebut.

Buku ini cukup ringan, dan kekinian, bagi yang suka cerita sinetronis semacam ini bisa lah dibaca.

2 sayap untuk tape recorder.

8 komentar:

  1. Aku kemarin kaget pas kakak kasih dua bintang ke buku ini (yang setahuku kakak kalau kasih buku ratingnya enggak bagus itu artinya emang bukunya gak bakalan kena di aku). Dan aku sedang baca buku ini, jadinya penasaran gimana hasil akhirnya, apakah sama dengan kakak ataupun tidak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, selera kan beda-beda, sebenernya ceritanya bagus, menjual banget cuma karena banyak pertanyaan yang tak terjawab yah begitulah, nggak bisa lebih dari tiga sayap :)

      Hapus
  2. ((( menye-menye )))

    Hahahahaha

    Okay, cinta segi empat yang laris gegara pemeran di filmnya lagi digandrung anak muda. Gitu ya kesimpulannya? Hmm, dari kemaren ini rame banget, dan akika sempat penasaran. Tapi pas ada temen yang cerita kalau dia sampe ketiduran pas di bioskop nonton film ini, duh, aku jadi ngebayangin gimana versi bukunya? Bikin ngantuk juga atau nggak ya? Trus dapet review ini... ah, ya sudahlah. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha dicoba baca aja, ini aku dapat gratisan ebook, siapa tahu malah suka :p

      Hapus
    2. Gratisan ebook? Kok bisa? Dari mana tuh kak dapetnya? :O

      Hapus
    3. Dari penerbitnya dong, waktu itu ada promo beberapa ebook gratis di Google Play :)

      Hapus
  3. Nonton filmnya sih udah. Baca novelnya sih belum. :')
    Nggak begitu suka sih tampilan novelnya gegara fontnya. :((

    BalasHapus
  4. Kalau nonton film-nya pasti terjawab deh beberapa pertanyaan seperti siapa yang ditelpon Dimas, siapa pendonornya, Dimas ke mana, Dimas yang beda itu siapa. Dan itu semua udah ada di novelnya kecuali yang Dimas yang beda itu siapa emang ga dijelasin, wkwkwk.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*