Pages

Kamis, 16 April 2015

Almost 10 Years Ago by Trini | Book Review

Almost 10 Years Ago
Penulis: Trini
Penyunting: Anida Nurrahmi
Perancang sampul: dtchn
Penerbit: Ice Cube
ISBN: 978-979-91-0725-1
Cetakan pertama, Juni 2014
328 halaman
Buntelan dari @IceCube_Publish
Bisa dibeli di @bukupediacom
“Mana mungkin aku tertarik padanya? Dia membuatku takut.”

“Itulah masalahmu. Kau jarang telihat bahagia. Karena saat kau menyesapnya, kau langsung menguburnya secepat perasaan itu datang.”

“Kau sepertinya sangat ahli tentangku,” kataku datar.

“Jika kau tidak mau terlihat mendung sepanjang waktu, mulailah dengan hal kecil seperti berterima kasih saat orang memujimu, bukan malah menatapnya curiga.”



Jangan salahkan Anna Mollan yang selalu memandang sinis kehidupan. Sepuluh tahun lalu, umurnya baru sembilan. Di musim panas yang seharusnya menyenangkan, ibu dan kakaknya meninggal dalam kecelakaan. Ayahnya memang selamat, tapi mengalami gangguan kejiwaan. Itu sebabnya Anna tidak percaya lagi pada kebahagiaan, termasuk yang hadir dalam bentuk cinta. Tidak pada Joshua Madison—psikiater tampan yang menangani ayahnya, tidak juga pada Nolan Vervain—bassist keren yang tergila-gila padanya. Tidak pada siapa pun sampai pria misterius itu datang memberinya bunga setiap hari, lalu tiba-tiba menghilang saat Anna mulai membuka diri, dan kembali hanya untuk membuat hidup Anna terhempas sekali lagi.
Sebenarnya saya agak susah mau memulai review ini dari mana, gara-gara baca buku ini saya kehilangan nafsu membaca, mood baca saya hilang. Iya, salahkan buku ini karena saking bagusnya saya nggak bisa move on. Sudah lama sekali saya tidak menemukan karya dari penulis debut yang namanya belum pernah saya dengar, penulis yang benar-benar baru menetaskan karya sekali ke pasaran tetapi tulisannya WHOAAAAA, terakhir kali membaca buku dari penulis debut tidak terkenal yang karyanya bikin sesak napas adalah Blue Romance.
Ketika orang-orang mempertanyakan keputusanku, aku beralasan tidak membutuhkan laki-laki untuk memperpanjang daftar drama kehidupanku. Namun sesungguhnya yang muncul di benakku adalah rasa takut. Aku takut untuk hidup bersama seseorang yang tidak bisa berjanji bahwa dirinya tidak akan meninggalkan dunia ini lebih dulu. Aku takut untuk mencintai seseorang yang suatu saat akan pergi dan membuatku bereuni dengan luka-luka lamaku.
Saya mulai saja dengan nama tokoh utamanya, Abrienda Banez, memakai sepatu booth kekecilan, rambut brunette bergelombang serta mempunyai aroma parfum yang memuakkan. Tunggu, sebenarnya itu bukan nama dan penampilan yang sebenarnya dari sang tokoh utamanya. Setiap mengunjungi rumah sakit tempat ayahnya dirawat, sang tokoh utama selalu menjadi orang baru, dengan nama dan penampilan yang berbeda-beda. Nama aslinya adalah Ayanna Molan, tapi lebih suka disingkat menjadi Anna Molan, berumur sembilan belas tahun, sepuluh tahun yang lalu keluarganya yang lain mengalami kecelakaan, ibu dan kakak laki-lakinya meninggal seketika, ayahnya selamat namun koma selama beberapa saat, setelah siuman dia histeris ketika melihat Anna atau mendengar namanya, sejak itu dia dirawat di rumah sakit jiwa. Anna terpaksa menjadi orang lain agar bisa menemui keluarga satu-satunya yang tersisa, ayahnya tercinta. Keadaan membuat Anna menjadi pribadi yang kuat sekaligus keras, dia tidak mempercayai lagi apa itu cinta, dia takut kehilangan lagi.

Walau bisa dibilang Anna hidup sebatang kara, ada Ellie Mitchell sahabatnya dan Nolan Vervain yang sangat tergila-gila padanya, mereka berdua mewarnai hidup Anna yang kelam di Southgate, London Utara. Berkat Nolan, selama musim panas Anna mendapat pekerjaan di The Flo, sebuah toko bunga milik wanita paruh baya bernama Mrs. Price, wanita yang selalu menggunakan riasan tebal ini sangat mengagumi Nolan sehingga mau menerima Anna bekerja di tokonya. Ellie tidak pernah bosan menyadarkan Anna kalau Nolan teramat baik padanya dan sebaiknya dia menerima perasaan Nolan yang terang-terangan menyukai Anna, tapi Anna hanya menganggap Nolan sebagai temannya, karena dia tidak sanggup kalau harus kehilangan Nolan. Namun bukan berarti Nolan tidak mempunyai cewek lain, dia sering bergonta ganti pasangan tetapi hatinya hanya untuk Anna. Nolan adalah seorang basis di band yang cukup terkenal, dia dipuja banyak wanita, Nolan juga merupakan anak dari desainer ternama, di mana ibunya sangat tidak menyukai Anna yang hanya mengantungkan perasaan anaknya.
Senyumnya sangat damai, jenis yang dapat menghentikan sebuah perang. Kuamati wajahnya sekali lagi. Selain matanya yang ramah, dia memiliki rambut cokelat kastanye yang dicukur pendek, tubuhnya ramping juga tinggi, dan bisa kutebak dia lebih tua lima hingga delapan tahun dariku.
Aku mendongak dan mendapati matanya menatapku lurus-lurus. Warna matanya sejernih laut di hari yang cerah. Namun saat dia makin mencondongkan badannya di tepi meja, warna birunya lebih terlihat kehijauan. Pemandangan ini rasanya seperti berenang di samudera yang dalam, kemudian menepi ke pinggir pantai berlumut.
Aku menatap langkah pincangnya menjauh dengan bingung. Pria aneh bermata indah itu baru saja membeli bunga dariku, hanya untuk menyerahkannya kembali padaku.
Dia lebih terlihat seperti robot yang hanya datang menyelesaikan misi, tanpa perasaan. Dan pada saat aku bertanya apa sebenarnya maksud dari semua perbuatannya, dia hanya mengangkat bahu sambil berkata kalem, "Kan aku sudah janji," seolah-olah itu bisa menjadi alasan yang cukup. Memangnya aku ini seperti kuis Tepati Janjimu, dan diakhir periode siapa yang sukses melakukannya akan dilimpahkan hadiah? 
Lalu suatu saat, ada orang yang berani mengenalkan Anna kepada rasa cinta. Pria aneh itu mengaku bernama Danny Branson. Setiap hari dia pergi ke The Flo dan membeli bunga untuk Anna. Setangkai sehari, jenis bunga berbeda setiap harinya. Awalnya Anna terganggu dengan sikap anehnya tetapi menguntungkan juga karena tokonya tidak sepi pembeli. Lama-lama mereka tidak hanya sebatas penjual dan pembeli bunga, mereka saling mengobrol, melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti melihat kembang api di Ivy Road, menonton film bersama dan membahasnya, bahkan ikut menjenguk ayah Anna, menerima keadaanya, membuat Anna selalu menantikan kehadiran Danny, pria asing yang tiba-tiba saja membuat hari-hari Anna bahagia.

Namun, apakah kebahagiaan yang dirasakan Anna bisa bertahan lama ketika Ellie marah pada Anna dan pergi tanpa kabar, Nolan memutuskan pindah mengikuti ayahnya setelah tahu kalau Anna mencintai pria lain, ayahnya menjadi semakin gila dan mengetahui rahasia yang Danny simpan? Apakah Anna bisa merasakan apa itu kebahagiaan dan cinta?
Kenapa harus takut pada hantu jika hantu adalah masa depan kita semua di kepala orang-orang yang diberi kesempatan hidup lebih lama? Kenapa harus takut kepada mereka yang kehilangan akal sehat jika kebanyakan orang sekarang ini tidak memilikinya bahkan sebelum menghilangkannya?
Cinta itu seperti menemukan gundukan sereal terenak sedunia. Yang kau pedulikan awalnya hanya terus menjejalkannya ke mulutmu tanpa repot-repot memikirkan keuntungan dan kerugian dari mengonsumsi itu. Tidak ada yang bisa menghentikanmu sampai kau menyadari sendiri efeknya.
Kita kan teman. Dan teman itu bukan seseorang yang memberimu sesuatu karena wajib melakukannya, tapi karena memang bahagia melakukannya. 
Jika kau merindukan mereka, cukup tutup matamu. Rasakan apa pun yang tersisa dari mereka di ingatanmu. Kalian akan berpapasan jalan di memori itu.
Seberapa pun dewasanya seorang perempuan, dia tetap akan kembali menjadi gadis kecil lagi saat dipeluk ayahnya.
Buku ini memang quoteable, jadi jangan heran banyak kalimat yang saya suka. Whoaaaaa, itulah kesan pertama ketika saya menutup buku ini, benar-benar nggak nyangka akan menemukan tulisan yang sangat sangat saya suka, bagus sekali. Sejak membaca Diary Princessa, saya tahu kalau seri Bluestroberi rata-rata bukan kisah yang menyenangkan, lebih terkesan dark, justru itu yang saya suka, terkecuali bagian sad ending, saya sangat membencinya, ingat, saya pecinta happy ending garis keras XD. Bukan berarti ending cerita ini sad ending, yang jelas saya cukup puas dengan penyelesaian yang penulis pilih.

Kalau saya tidak melihat nama penulis dan hanya membaca isinya tanpa melihat cover mungkin saya akan menganggap buku ini adalah buku terjemahan. Setting ceritanya di luar negeri, pun dengan para tokoh-tokohnya. Dijelaskan sedikit kalau Anna adalah orang keturunan Indonesia, tapi secara garis besar buku ini rasa luar negeri. Dan yang perlu diacungi jempol adalah cara penulis bercerita. Sudut pandangnya orang pertama yang nggak sok tahu, kita akan dibuat penasaran juga dengan siapa sebenarnya Danny, pembaca berperan layaknya sang tokoh utama. Mengunakan teknik bercerita show dengan baik sekali, penuh detail, kalimat-kalimat yang indah, dialog yang menyenangkan, serta menyimpan beberapa kejutan yang akan disuguhkan di akhir, membuat kita terlena akan ceritanya, tidak sabar menamatkannya. Walau ada twist yang bisa ditebak dengan mudah, tetap saja tidak membuat kecewa, yang terpenting adalah bagaimana penulis menjalin cerita yang tanpa celah, tanpa bolong-bolong, plotnya begitu rapi.

Selain itu, kita akan dibuat sangat menyukai karakternya, kita tidak hanya akan jatuh cinta dengan ketulusan Nolan yang tidak pernah berhenti mencintai Anna, tetapi juga dengan kebaikan Danny. Kita akan memahami sifat keras dan sinisnya Anna karena hidupnya memang tidak mudah, menjadi satu-satunya orang yang waras di keluarganya, bertahan hidup dengan kesendiriannya. Pemeran pembantu yang lainnya pun juga mempunyai porsi yang pas, melengkapi jalannya cerita. Lewat Ellie kita akan melihat contoh 'kebutaan' akan cinta, lewat Mrs. Price kita akan melihat ketulusan cinta seseorang. Lewat Joshua, seberatnya beban hidup yang kita tanggung, ada orang yang akan ada di belakangmu, menyokongmu, membuatmu bisa berdiri tegak menghadapi cobaan hidup.

Bagian favorit saya adalah waktu Danny mengajak Anna merasakan tertubruk cahaya ketika berdiri disekitar bangunan 30 Street Mary Axe. Kok bisa banget sih bikin adegan seperti itu? Pengen ngrasain juga! Bagian Anna dipeluk dari belakang sama Nolan ketika sedang mencuci piring juga romantis banget atau ketika Anna dan Danny berdiskusi tentang film favorit mereka. Banyak sekali adegan indah dan memorable. Kalau ditanya siapa karakter favorit saya maka jawabannya adalah Nolan! Kenapa nggak Danny? Dilema juga sih milihnya, tapi Nolan keren lah, cintanya sama Anna itu loh yang bikin terharu :D
"Dad mengatakan bahwa aku hanya punya dua pilihan saat ini, tapi dia lupa bahwa semua pilihan tidak selalu berhenti di pilihan kedua. Kadang-kadang kita dihadapkan pada alternatif lainnya. Memilih melangkah dengan sepatu yang elastis, atau melangkah dengan sepatu baja, atau..." Air mataku kian meleleh seiring tarikan napasku. "... berhenti melangkah."
Buku ini bercerita tentang proses memaafkan, tentang proses mendapatkan kebahagiaan.
Buku ini recommended bagi siapa aja, khususnya pecinta young adult yang pengen baca cerita beda dengan biasanya dan nggak menye-menye. Yakin kamu bakalan suka dengan buku ini :D

4.5 sayap untuk Samuel Louisandie.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*