Pages

Jumat, 06 Maret 2015

Pandemonium by Lauren Oliver | Book Review

Pandemonium (Delirium #2)
Penulis: Lauren Oliver
Penerjemah: Vici Alfanani Purnomo
Penyunting: Selviya HPM
Desain sampul: Erin Fitzsimmons
Penerbit: Mizan
ISBN: 978-979-433-772-1
Cetakan Pertama, Maret 2013
496 halaman
Harga: 25k

Lena Haloway bersumpah untuk mengubur masa lalunya dan Alex yang penuh kobaran api. Dia kini menjadi bagian dari Invalid dan pemberontak, berbaur dengan Alam Liar, menyusup dalam organisasi anti-deliria di New York. Misinya adalah mengacaukan organisasi tersebut dan mengembalikan perasaan cinta kepada orang-orang yang hidupnya sudah bagaikan mayat berjalan.


Dalam aksinya, Lena bertemu Julian, putra pemimpin organisasi yang masih rentan terkena deliria. Kebersamaan mereka menimbulkan kembali perasaan terlarang itu: cinta. Pada akhirnya, mampukah Lena memilih, antara membiarkan dirinya jatuh di pelukan Julian, mengkhianati cintanya kepada Alex ... atau terbunuh di tengah-tengah kebisingan dan ketidakpastian?

Delirium series:
2. Pandemonium

Setelah berhasil melarikan diri dari Regulator dan melompati pagar, kini Lena hidup di Alam Liar, berpuluh-puluh kilometer dari Portland, sendirian. Dia sangat terpukul, tidak ada yang dikenal, tidak ada tujuan. Lena sangat merindukan Alex dan selalu bermimpi tentangnya. Untung ketika sekarat Lena ditolong oleh Raven, salah satu pengungsi di Alam Liar, salah satu invalid seperti dirinya. Raven hidup berpindah-pindah tempat dengan rombongannya, mereka mencari cara untuk melanjutkan hidup karena tidak ada yang mudah di Alam Liar. Lena mulai meninggalkan identitasnya yang dulu, gempuran alam yang sangat ganas kala musim dingin dan gugur, rasa lapar, mencari tempat berlindung, dia beradaptasi layaknya para invalid yang lain, membuat dia menjadi sosok yang lebih kuat.
"Seperti apa pun dirimu dulu, kehidupan yang dulu pernah kau miliki, orang-orang yang kau kenal... semuanya adalah debu." Dia menggeleng dan berkata lebih tegas, "Tak ada lagi kata dulu. Yang ada hanyalah sekarang, dan apa yang akan terjadi nanti."
Lena memiliki identitas baru, bukan lagi Magdalena Holoway tetapi kini dia bernama Lena Morgan Jones. Raven menugasinya sebuah misi, berpura-pura menjadi DFA (Deleria Free America), memata-matai dan mengamati Julian Fineman, anak dari Thomas Fineman, sang pendiri DFA. Julian sudah berumur delapan belas tahun, belum disembuhkan, dia sering sakit-sakitan sejak kecil. Tetapi tidak lama lagi dia akan menjalani prosedur pasca kampanye akbar DFA. Julian cukup terkenal, dia adalah simbol, pahlawan sekaligus dewan presiden dari devisi kepemudaan di organisasi DFA, dia rela mengorbankan nyawa demi kepentingan DFA atau pun masyarakat. Julian adalah segala-galanya bagi: DFA, bagi pemberontak, bagi Simpatisan, bagi invalid.

Ketika kampanye akbar akan dimulai tiba-tiba terjadi pemberontakan. Lena sempat kehilangan Julian namun dia tetap mencari, ketika berhasil menemukan ternyata Julian tidak sendirian, dia bersama Gerombolan Burung Bangkai, Lena ikut diculik bersama Julian. Tidak ada yang tahu siapa yang membayar Burung Bangkai, yang jelas mereka bekerja karena uang, nyawa Julian sangat berharga, sial bagi Lena yang ikut terbawa. Tanpa disangka selama disekap mereka menjadi akrab, awalnya Julian takut dengan Lena karena dia belum disembuhkan, tetapi dengan berjalannya waktu Julian ingin merasakan 'penyakit' tersebut, ia ingin terjangkit deleria, dia sudah jatuh cinta pada Lena.
Seperti itulah aku yang dulu: terjungkal, tenggelam, dan tersesat dalam terangnya ruang dan cahaya. Masa laluku telah tersapu bersih, ibarat kanvas putih yang bersih tak bernoda.
Tapi, kau selalu bisa membangun masa depan dari ketiadaan atau apa pun yang tersisa. Dari serpihan atau sekerlip cahaya. Asalkan ada hasrat untuk terus maju, setapak demi setapak, kau dapat membangun kota yang tenang, luas, dan terbuka di atas puing-puing dan reruntuhan.
Seperti itulah kebencian. Kebencian akan memenuhimu sekaligus membusukkanmu di saat yang bersamaan.
Kebencian itu keras dan dalam dan kaku, menamengimu dari apa pun. Menyeluruh dan total.
Kebencian adalah menara yang tinggi menjulang. Di Alam Liar, aku mulai membangun dan memanjatnya. 
Mungkin memang ada baiknya jangan berharap terlalu besar akan lanjutan sebuah series, itulah yang saya rasakan ketika membaca buku ini. Sangat di luar dugaan saya, yang saya tunggu-tunggu tidak kunjung muncul, Alex sangat sedikit porsinya, membuat saya geregetan ketika membaca ending buku ini.

Tulisan Lauren Oliver masih menawan, masih puitis dan detail. Di buku kedua ini penulis membuat alur yang berbeda dari buku pertama, dia membuat alur maju-mundur, Kini dan Dulu. Pada bagian Kini, bercerita akan misi yang dilakukan Lena, misi yang berbahaya karena menyangkut simbol DFA, Julian. Sedangkan di bagian Dulu, menceritakan kehidupan baru yang dilalui Lena, bagaimana kerasnya Alam Liar yang coba dia taklukan, yang ternyata tidak mudah, banyak yang menyerah. Belum menghadapi bayang-bayang masa lalu dan harus move-on dari Alex. Ide alurnya cukup keren, walau awalnya membingungkan tapi lama-lama kita akan terbiasa. Ritmenya pun antara Kini dan Dulu tidak berbeda. Ketika konflik di masa Dulu menengang, maka di masa Kini pun ikutan memuncak.

Lena yang Dulu dan Kini cukup berbeda. Bagian Dulu masih menggambarkan Lena yang lemah, yang menye-menye, masih tergantung oleh orang lain. Sedangkan di bagian Kini, Lena jauh lebih kuat dan berani, ditunjukkan ketika Lena diculik bersama Julian, ketika dia berhasil menyelamatkan diri bahkan sendirian ingin menolong Julian ketika dia menjadi tahanan DFA yang akan dibunuh karena menolak disembuhkan. Sedangkan Julian sendiri adalah cerminan Lena ketika masih di Portland, takut merasakan cinta. Pemeran baru di buku ini pun sebenarnya cukup menyenangkan, Raven dan Tack menyedot perhatian saya, mereka keren!

Yah, tetap saja ketiadaan Alex membuat buku ini terasa hambar, saya ingin dia lebih banyak lagi! Oh ya, terjemahan Gerombolan Burung Bangkai sangat menganggu saya, sepertinya tidak perlu diterjemahkan, berasa aneh. Untung kali ini covernya sesuai cover asli, sedikit mengobati kekecewaan.

3 sayap untuk Alex Alex Alex


2 komentar:

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*