Pages

Selasa, 13 Januari 2015

Emma by Jane Austen | Book Review

Emma
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Istiani Prajoko
Penyunting: Tim Redaksi Qanita
Desainer sampul: Windu Tampan
Penerbit: Qanita
ISBN: 978-602-1637-44-9
Cetakan II, September 2014
740 halaman
Buntelan dari @penerbitmizan
Bisa dibeli di @bukupediacom
Cantik, pintar, kaya—dan lajang—Emma Woodhouse begitu puas dengan kehidupannya, sampai-sampai dia merasa tidak membutuhkan cinta maupun pernikahan. Satu-satunya hal yang menyenangkan dirinya adalah mencampuri kehidupan cinta orang lain.

Namun, ketika dia mengabaikan peringatan teman baiknya, Mr. Knightley, dan berusaha mengatur perjodohan Harriet Smith, anak didiknya, semuanya menjadi kacau-balau. Ternyata Emma dan Harriet menyukai pria yang sama, hanya saja Emma terlambat menyadari perasaannya sendiri… Haruskah dia mengalah? Atau mengejar kebahagiaan tanpa memedulikan perasaan Harriet?

Berlatar belakang di Desa Highbury, Inggris tahun 1815, dengan karakter yang tidak sempurna tapi menarik, dan penggambaran yang jenaka serta tajam, Emma seringkali dianggap sebagai karya terbaik Jane Austen. Novel ini juga telah diangkat ke layar lebar pada tahun 1996, dibintangi oleh Gwyneth Paltrow.
Saya tidak menyangka kalau perkenalan pertama dengan Jane Austen adalah dengan membaca Emma, padahal dari dulu saya ingin memulai dengan Pride and Prejudice. Saya bukan pecinta klasik dan ingin mencoba karya yang tersohor tersebut, melihat saya cukup menggemari kisah cinta si kaya dan si miskin serta benci jadi cinta :D. Tentu saja saya tidak kecewa kalau Emma lah yang pertama saya baca, saya menguatkan diri ketika melihat ketebalan dan label klasiknya, semoga menjadi perkenalan yang manis dengan karya Jane Austen ini, toh penulisnya sama, yang bisa dibilang nenek moyangnya penulis kisah cinta :D.

Emma bercerita tentang Emma, sesuai judulnya :p. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu tinggal di Hartfield, di desa Highbury bersama ayahnya yang duda dan kaya raya, Mr. Henry Woodhouse. Emma mempunyai kakak, Isabella, yang sekarang menetap di London setelah menikah dengan John Knightley, ibunya meninggal ketika Emma masih kecil sehingga bisa dibilang dialah nyonya rumah di Hartfield. Emma Woodhouse adalah seorang yang cantik, pandai dan kaya, dia juga mudah bahagia, penuh kasih sayang dan suka memanjakan orang lain. Tapi dibalik semua kebaikannya tersebut Emma juga punya kekurangan, dia tidaklah sempurna seperti di mata orang-orang yang mengenalnya. Keras kepala, melakukan apa saja semaunya sendiri, lebih suka meyakini pendapatnya sendiri, kecenderungan terlalu menganggap tinggi dirinya sendiri.

Mr. George Knightley adalah salah satu orang yang bisa melihat kekurangan Emma dan satu-satunya orang yang berani mengatakannya, Emma menganggap Mr. Knightley senang mencari-cari kesalahannya. Mr. Knightley adalah pria berumur tiga puluh tujuh atau tiga puluh delapan tahun. Dia tidak hanya teman dekat Emma, dia juga kakak ipar Isabella. Mr. Knightley orang yang bijaksana juga kaya raya, tinggal di estate elite Donwell Abbey, yang tidak jauh dari desa Highbury. Walau suka mengkritik Emma, sejatinya Mr. Knightley sangat memperhatikan Emma. Mr. Knightley juga menasehati agar Emma mengurungkan niatnya mencari target yang akan dijodohkan selanjutnya

Sukses menjodohkan pengasuhnya, Emma merasa dia sangat ahli menjadi makcomblang, dia pun mencari target lain, si cantik Harriet Smith. Emma merasa Miss Smith sangat cocok disandingkan dengan Mr. Elton, pendeta muda di Highbury. Emma pun mendekati Miss Smith dan mengundangnya ke berbagai acara, juga mendekatkan dirinya dengan Mr. Elton. Bahkan, Emma sampai membujuk agar Miss Smith menolak lamaran dari Mr. Martin, dia tidak pantas untuk Miss Smith yang cantik karena berasal dari keluarga tidak terpandang, padahal mereka berdua sebenarnya saling cinta. Mengetahui hal tersebut membuat Mr. Knightley sangat marah, dia menuduh Emma telah merenggut kebahagiaan orang lain, dia terlalu mencampuri urusan orang lain, merasa lebih tau apa yang terbaik untuk orang lain.
"Aku membuat pedoman dasar, Herriet, bahwa jika seorang wanita bimbang dia harus menerima seorang laki-laki atau tidak, maka sebaiknya dia menolak. Jika dia masih sangsi untuk berkata 'ya', dia harus langsung menjawab 'tidak'. Tidak baik untuk memasuki perkawinan dengan perasaan ragu-ragu, dengan setengah hati. Aku menganggap sudah tugasku sebagai seorang teman, apalagi aku lebih tua daripadamu, untuk menjelaskannya kepadamu. Tapi, aku tidak ingin mempengaruhimu."
Emma tidak ingin menikah, dia lebih suka melihat orang lain menikah bahagia. Tetapi ketika ada dua pendatang di Highbury, Emma harus memikirkan kembali ucapannya. Dia terpesona dengan ketampanan Frank Churchill, mereka saling mengoda, dia pun mencoba untuk jatuh cinta padanya. Sedangkan Jane Fairfax yang bertalenta membuat Emma iri, dia juga tidak suka kedekatannya dengan Mr. Knightley. Belum lagi Herriet memberitahu Emma kalau dia menyukai Mr. Knihgtley sejak lama dan merasa perasaannya berbalas. Walau sebenarnya kabar gembira, Emma merasakan kecemburuan. Ternyata Emma salah akan banyak hal, seharusnya dia mendengar perkataan Mr. Knightley untuk tidak mencampuri urusan orang lain.

Banyak yang bilang kalau Emma bercerita tentang keangkuhan masa muda, saya setuju, melihat sifat Emma yang tidak menerima saran dari orang lain dan melakukan apa yang dia suka. Selain itu, yang menjadi kelebihan buku ini (sekaligus kekurangan) adalah penulis sangat detail menceritakan kehidupan pada masa lalu, bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain, bagaimana posisi atau status mereka sangat mempengaruhi kehidupan sosial, si kaya ya menikahnya dengan si kaya, begitulah seharusnya, walau tidak semua orang berpendapat yang sama, misalnya saja Mr. Knihgtley yang bisa melihat tulusnya perasaan Mr. Martin pada Herriet. Karakter Emma sendiri sebenarnya cukup unik, dia baik hati dan sangat peduli pada orang miskin tapi dia juga sangat menjunjung tinggi kelas sosialnya. Dia senang menjodohkan orang lain tapi dia sendiri anti pernikahan. 

Kadar romance di novel ini sangat sedikit, yah walau sebenarnya agak ruwet juga, entah cinta segi berapa saking banyaknya tokoh yang terlibat. Interaksi antara Emma dan Mr. Knightley sangat minim, lebih banyak membahas kehidupan di Highbury, di mana status sosial sangatlah penting. Contohnya saja ketika Emma menganggap Mr. Martin tidaklah pantas untuk Herriet karena dia hanyalah seorang petani biasa atau Mr. Elton yang menyukai Emma dan berharap kelas sosialnya naik setelah menikahinya. Banyak juga tokoh-tokoh pendukung cerita, yang membuat saya kesulitan menghafal dan membedakannya XD. Alurnya bisa dibilang lambat sekali, karena menceritakan hampir semua orang dan apa saja yang mereka lakukan di Highbury tadi, sehingga cukup membuat saya bosan.

Bukan berarti menjadi perkenalan yang buruk dengan Jane Austen, setidaknya saya mendapatkan gambaran kehidupan jaman dulu, walau berharap kisah cinta Emma dan Mr. Knightley lebih ditonjolkan :p. Saya juga ingin mencoba karya lainnya, terlebih Pride and Prejudice. Rasanya tidak lengkap pengalaman membaca genre romance kalau tidak mencicipi masterpiece Jane Austen itu :D

3 sayap untuk ramainya Highbury.



5 komentar:

  1. Hmm...jadi akhirnya Emma jadian ama Mr. Knightley ya? Haha...Aku curiga jangan2 tante Austen ini plotnya hampir2 mirip buku 1 dan yg lain. Aku udah baca Sense & Sensibility, dan... *eh ntar spoiler, gak jadi deh :P*

    Banyak yang bilang Emma ini yang paling bagus dari Austen, meski P&P yang paling terkenal. Entah sih, setelah baca S&S kok kayaknya aku ogah balik ke Austen lagi, hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weh, mbak Fanda belum baca Emma? Mungkin karena Jane Austen lebih bergenre romance classic kali ya makanya mbak Fanda kurang berminat, hehehehe. Baru tahu nih kalau Emma buku Jane Austen paling bagus, makasih infonya ya :)

      Hapus
  2. Walau udah nonton Sense & Sensibility, Persuasion, Emma, Mansfield Park, Pride & Prejudice, baru satu buku Austen aja yg udh pernah sy baca... yaitu Pride & Prejudice. ^^ abis buku2nya tebel jadi agak serem mau baca. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehehe, kalau film aku malah baru nonton Pride and Prejudice aja dan aku kurang puas dengan film tersebut, nggak suka sama pemeran Mr. Darcy :)

      Hapus
  3. kalau saya sangat suka dgn pride and prejudice,sampai brkali kali saya tonton,novel romantis classis yg slalu enak di tonton,amazing

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*