Pages

Kamis, 13 November 2014

[Book Review] The Darkest Minds by Alexandra Bracken

The Darkest Mind: Pikiran Terkelam
Penulis: Alexandra Bracken
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Abduraafi Andrian
Pewajah sampul: Defi Lesmana
Penerbit: Fantasious
ISBN: 978-602-0900-05-6
Cetakan pertama, September 2014
586 halaman
Buntelan dari @FantasiousID

Ketika Ruby terbangun pada ulang tahunnya yang kesepuluh, sesuatu tentang dirinya telah berubah. Sesuatu yang cukup mengkhawatirkan untuk membuat orangtuanya mengunci dirinya di garasi dan menelepon polisi. Sesuatu yang membuat dirinya dikirim ke Thurmond, 'kamp rehabilitasi' milik pemerintah yang kejam. 


Dia mungkin telah selamat dari penyakit misterius yang membunuh sebagian besar anak-anak Amerika, tapi dia dan anak-anak lainnya harus berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih buruk: kemampuan menakutkan yang tidak dapat mereka kendalikan. Sekarang, saat berumur enam belas tahun, Ruby termasuk salah satu anak yang memiliki kemampuan paling berbahaya.Dan ketika kebenaran terungkap, Ruby pun berusaha mati-matian untuk meloloskan diri dari Thurmond.



Tapi, ada pihak lain yang bekerja, orang-orang yang tidak akan berhenti untuk menggunakan Ruby dalam perjuangan mereka melawan pemerintah. Ruby akan menghadapi pilihan demi pilihan yang buruk, yang mungkin akan berarti menyerahkan satu-satunya kesempatannya untuk hidup.

Pasca blog tour Finale dulu, pihak Fantasious mempersilahkan untuk memberi masukan atau evaluasi seputar event tersebut, saya bilang sudah cukup bagus, bahkan blog tour yang lumayan beda karena menampilkan bagian prolog untuk diintip pembaca. Saya malah menyarankan untuk menerjemahkan buku fantasy yang pengen banget saya baca, ratingnya pun cukup bagus, The Darkest Mind karya Alexandra Bracken. Betapa seneng kejernya saya ternyata buku pertama dan kedua sudah diterjemahkan dan dalam beberapa bulan akan siap terbit. Saya menanti dengan sabar, begitu buku tersebut sampai di tangan, tidak membutuhkan waktu lebih dari dua hari untuk membabatnya.

Tidak dijelaskan secara rinci kapan cerita ini terjadi, tetapi penulis menunjukkan Amerika di masa depan; bangkrut karena tekanan ekonomi, banyak pengangguran, pemerintahan yang terpecah, dan yang paling parah banyak anak-anak yang meninggal. Idiopathic Adolescent Acute Neurodegeneration -Degenerasi Saraf Akut Remaja Idiopatik atau disingkat IAAN, adalah penyakit yang menyerang anak-anak tersebut, tak sedikit yang meninggal dan pemerintah mengganggap kalau penyakit ini adalah penyakit berbahaya, akan menghancurkan masa depan. Presiden Gray menghimbau kepada seluruh orangtua untuk mengenali gejala-gejala IAAN dan segera melapor. Anak mereka akan dibawa ke sebuah pusat rehabilitasi dan disembuhkan. Tetapi, tidak ada yang pernah kembali.
Dan daftar gejala itu, pamflet yang kami bawa pulang dan dijepit dengan staples oleh para guru, yang ditayangkan ratusan kali di acara berita sementara wajah anak-anak yang meninggal bergulir di bawah layar? Mereka tidak pernah takut pada anak-anak yang akan meninggal, atau kehilangan yang mungkin terjadi.
Mereka takut pada kami -anak-anak yang masih hidup.
Ruby di bawa ke Thurmond ketika dia berusia sepuluh tahun, ketika orangtuanya tidak mengenali dirinya lagi dan melapor kepada Psi Special Force (PSF) alias Pasukan Khusus Psi. Di kamp tersebut mereka dikarantina, diklarifikasikan sesuai penyakit yang mereka miliki, dikelompokkan menjadi lima warna. Merah, sang Pyrokinesis, bisa mengendalikan api. Orange, Mind Control, bisa mengendalikan pikiran orang lain. Kuning, Elektrokinesis, bisa menyalurkan atau menghasilkan tenaga listrik. Biru, Telekinesis, bisa menggerakkan barang tanpa menyentuhnya. Hijau, Intelligence, mempunyai kecerdasan dan daya ingat tinggi. Biru dan Hijau tidak berbahaya, mereka dibiarkan dan tanpa pengawasan yang ketat. Sedangkan Merah dan Orange dianggap berbahaya, tangan mereka diborgol, penjagaan dua kali lipat daripada yang lain. Lama-kelamaan Merah dan Orange jarang terlihat, jumlah mereka tinggal sedikit, Merah tidak pernah dijumpai lagi, sedangkan Orange hanya tinggal dua. Selama enam tahun Ruby berhasil menyembunyikan identitasnya, dia bersembunyi di balik label Hijau.

Sampai Dengung Statis atau Kendali Tenang dibunyikan, hampir saja menguak siapa diri Ruby sebenarnya. Kendali Tenang adalah sebuah nada yang diatur untuk menenangkan Psi -anak-anak yang terkena penyakit, melumpuhkan kekuatan mereka. Kendali Tenang tidak berguna bagi orang dewasa. Pemerintah membuat Kendali Tenang versi terbaru dengan menambah frekuensi untuk menyingkirkan anak-anak yang salah klarifikasi. Bisa didengarkan oleh semua warna, bisa hanya warna tertentu, kali ini adalah Orange. Dari sanalah Dr. Begbie atau Cate menemukan Ruby dan Martin, membawa mereka keluar dari kamp dan mengajak bergabung dalam Liga Anak, organisasi yang berkomitmen membantu anak-anak yang terkena dampak undang-undang baru pemerintah, meruntuhkan sistem kamp, menyelamatkan Orange yang tersisa.
Kemampuan. Kekuatan tak terjelaskan, bakat mental yang begitu aneh sehingga para dokter dan ilmuwan mengklarifikasi seluruh generasi kami sebagai Psi. Kami bukan lagi manusia. Otak kami berbeda.
Ruby mengetahui kenyataan tentang Liga Anak ketika tanpa sengaja memegang tangan Rob, teman Cate. Setelah itu dia mencoba kabur, bertemu anak perempuan yang memakai sarung tangan kuning, Suzume, mengikutinya dan membawanya kepada Liam, si Biru dan Chubs, si Hijau. Awalnya kehadiran Ruby tidak disetujui oleh Chubs, tetapi Ruby menyelamatkan nyawa mereka. Dengan mengendarai van tua yang diberi nama  Black Betty oleh Liam, bersama-sama mereka lari dari kejaran PSF, pencari jejak dan Liga Anak. Bersama-sama mereka berusaha menemukan East River, tempat di mana Slip Kid berada. East River adalah tempat di mana anak-anak bisa hidup damai di luar, Slip Kid adalah pengelola tempat tersebut, mereka membantu menghubungkan anak-anak kepada orangtua mereka tanpa sepengetahuan PSF, mereka bisa memulangkan anak-anak kepada orangtua, kembali ke rumah.
"Pejamkan mata," bisikku. "Aku akan mengakhiri kisahnya."
Ketika menutup buku ini, saya geregetan sama penulis, untung ada lanjutannya.
Secara ide cerita sebenarnya The Darkest Minds tidak orisinil sekali, ada beberapa cerita dystopia yang mengangkat tema super power, sebut saja Shatter Me. Hanya saja penulis membuatnya berbeda dengan mengklarifikasikan lima kekuatan tersebut dengan warna. Alur ceritanya lompat-lompat, sebagai saran, pelan-pelan saja membaca bagian awal buku ini karena penulis menyajikan cerita secara acak dan sempat membuat saya bingung. Penulis juga menyajikan cerita dengan cara menunjukkan lewat adegan-adegan, bukannya langsung mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Misalnya saja ketika mengungkapkan kekuatan Ruby, penulis tidak langsung menyebutkan kalau Ruby adalah Orange tetapi lewat apa yang dia bisa lakukan dengan kekuatannya, berlaku juga ketika penulis mengenalkan karakter Suzume dan Liam.

Untuk para karakternya, saya suka mereka! Saya suka Ruby yang tidak egois, suka Suzume yang memilih tidak berbicara dan lucu, suka Liam yang selalu berprasangka baik terhadap orang lain, dan mudah diterima oleh siapa saja, suka sinisnya Chubs, suka ketika mereka mencari 'rumah' bersama-sama. Suka ketika Ruby dan Liam berbagi musik apa yang mereka sukai, suka ketika Ruby mengintip buku apa yang Chubs baca. Banyak adegan simple yang justru membekas, yang menguatkan ikatan mereka. Bahkan, saya tidak membenci Clancy Gray yang terobsesi dengan Ruby. Walau tidak banyak adegan aksinya, beberapa menjadi favorit saya. Misalnya saja ketika Liam mencoba lari dari kejaran Cate, ekspresi Liam pertama kali tahu kalau ada orang asing di van-nya lucu banget. Begitu pula ketika mereka berpapasan dengan mobil yang dikira dikendarai oleh penduduk setempat, yang tiba-tiba menyalakan Kendali Tenang, saya ikutan deg-degan. Penulis sukses menyalurkan emosi dan ketengangan yang dia ciptakan.

Bagian yang saya kurang suka di buku ini, sebenarnya tidak ada hanya saja ada beberapa yang menjadi pertanyaan saja. Dengan gaya penceritaan penulis yang cukup lamban tapi detail, ada sisi buruknya. Jujur saja, awalnya saya tidak tahu kekuatan yang dimiliki oleh Merah yang dianggap paling berbahaya dan si Hijau karena mereka jarang diulas. Baru setelah saya melakukan sedikit riset tahu kekuatan apa saja yang diciptakan oleh Alexandra Bracken. Kenapa penyakit ini hanya menyerang anak-anak? Darimana asalnya? Pemerintahan tidak ditampilkan secara detail atau Presiden Gray juga tidak pernah muncul langsung. Aksi apa saja yang telah dilakukan oleh Liga Anak? Dan terakhir, edingnya kok gitu sih? Hahahahaha. Harapannya saya ingin melihat berbagai warna ini menunjukkan kemampuannya, lebih banyak aksinya, tetapi penulis lebih fokus kepada pengenalan-pengenalan baik dunianya, tokohnya, ataupun konfliknya. Saya maklum, melihat The Darkest Mind adalah buku pertama, bisa dibilang pengenalan dunia yang diciptakan penulis, dunia di mana anak-anak dianggap berbahaya. Tapi, sebagai buku perdana dan melihat Alexandra Bracken masih sangatlah muda, karyanya patut diacungi jempol.

Secara garis besar saya suka ide penulis, suka dengan kekuatan-kekuatan yang dia ciptakan, suka dengan berbagai adegan di dalamnya, semoga saja di buku selanjutnya kelebihan mereka lebih dikembangkan lagi, lebih ditunjukkan. Terjemahannya bagus, bahkan sang penerjemah menambahkan info tentang Dengung Statis yang cukup informatif. Covernya? Suka banget! Untung ya nggak jauh beda dengan cover asli, soalnya di setiap seri The Darkest Mind ini berisi lambang yang berhubungan dengan isi buku. Untuk buku pertama adalah lambang Psi, pembatas bukunya juga kece. Kita tunggu saja kelanjutannya, dan kabarnya seri kedua akan segera terbit juga :D

Buku ini tidak hanya bercerita tentang anak-anak yang kehilangan masa kecilnya, seorang anak yang bisa mengendalikan pikiran orang lain atau bahkan menghapusnya. Buku ini juga bercerita tentang persahabatan, kisah cinta yang manis, menemukan keluarga baru, mencari rumah baru.

Recommended bagi pecinta dystopia dan romance, yakinlah, kamu akan ikut patah hati seperti saya begitu membaca bagian akhir, hiks.

4.5 sayap untuk berbagai warna yang ada.



9 komentar:

  1. Waduh..berseri ya? Yg bikin malas tuh nungguin seri lanjutannya... Apalagi kalau udah bikin penasaran. Kira2 seri ini bakal dibuat boxset ga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak, kalau nggak salah ada tiga seri, seri kedua mau rilis kok. Kalau boxset kurang tau, selama ini sih ufuk atau fantasious belum pernah bikin boxset.

      Hapus
  2. Yaaah... berseri ya? Masih lama dong nunggu yg lain terbit *pecinta beli satu seri borongan* =))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, di bagian akhir kan udah aku kasih cover buku lanjutannya, hehehehe.
      Yang kedua udah mau terbit, mungkin buku ketiga masih dalam proses penerjemahan, ditunggu dengan sabar aja XD

      Hapus
  3. buku seri yang ketiga nya belum ada dalam bahasa indonesia ya mba? yg in the afterlight hehe udah coba searching tapi belum nemu, belum terbit ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belummmm, hehehe, g tau tuh fantasious, mengejar yg lain kayaknya =))

      Hapus
    2. Iya nihhh,,, aku jg cari2 buku terjemahan yg ke 3 nya g ada. Sedihhhh dehhh,,,,,

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*