Pages

Jumat, 19 September 2014

[Book Review] All You Can Eat by Christian Simamora

All You Can Eat
Penulis: Christian Simamora
Editor: Alit Tisna Palupi
Desain sampul: Jeffri Fernando
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 978-979-780-643-9
Cetakan pertama, 2013
460 halaman
Harga: 30k (Beli seken di mbak @destinugrainy)

‘CINTA KOK BIKIN SEDIH?’


Dear pembaca,



Berbeda dengan penulis lain di luar sana, aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi, kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan mereka berdua.

Aku juga tak akan melebih-lebihkan penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. ‘All You Can Eat’ memang bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu lupakan, juga tak bisa kamu miliki.

Jadi, apa keputusanmu?
Kalau setelah penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada yang lagi bisa aku katakan kecuali: selamat menikmati.

Dan selamat jatuh cinta.

CHRISTIAN SIMAMORA


Untuk mengobati luka patah hatinya, Sarah menerima tawaran sahabat tercinta, Anye untuk menenangkan diri dan menyelesaikan skrip film yang nggak selesai-selesai di villa keluarganya yang berlokasi di Bali. Untuk sementara Sarah tidak bisa kalau tinggal di apartemen yang selama ini dia tinggali bersama Rifat, si mantan yang selingkuh dengan instruktur yoga mereka, terlalu banyak kenangan menyakitkan untuk diingat. Rencananya dia akan tinggal sendirian dan pengurus yang sesekali membersihkan villa. Tapi, ketika dia sampai, ada seorang cowok yummy telanjang sehabis mandi. Sarah tidak sendirian.

Alejandro Putra Vimana, atau biasa disebut Jandro adalah adik Anye. Kedatangannya di Bali memang tidak dia rencanakan, dia ingin menenangkan diri karena habis putus dengan pacarnya, Nuna, yang lebih memilih tunangannya daripada dirinya. Tak disangka, dia malah ketemu Sarah, cinta pertamanya. Dia nggak yakin kalau liburannya kali ini akan tenang, melihat sarah sama saja dengan Anye yang suka menyindir dan menganggap dia masih anak kecil, Jandro benci jika kedewasaan seseorang dilihat dari umur.

Waktu SMP kelas tiga, Jandro pernah menembak Sarah, umur mereka terpaut tujuh tahun, selain perbedaan umur yang cukup jauh, Jandro adalah adik dari sahabatnya. Dulunya, Jandro cupu banget, tipe book nerd yang pake kacamata dan penampilan culun, bukan selera Sarah pastinya. Sekarang, Jandro berbeda seratus delapan puluh derajat, tubuhnya atletis, wajahnya tampan apalagi dia termasuk pengusaha muda yang sukses menjalankan bisnis hotel keluarganya. Singkatnya, Jandro cowok sempurna untuk dimiliki.

Mereka saling menghibur diri dan menyesuaikan, walau kadang saling ejek ada perasaan lama yang mulai tumbuh kembali. Jandro tetap saja tidak bisa melupakan Sarah, dia cinta pertamanya, sedangkan Sarah melihat perubahan yang sangat amat jelas pada diri Jandro dan tidak mungkin dia bisa menampik pesonanya. Gangguan datang ketika Nuna menyusul Jandro, dia tidak ingin putus. Lalu Jandro meminta Sarah agar berpura-pura menjadi pacar-nya.

Kisah cinta beda usia dan pacar pura-pura, ternyata premis cerita yang pasaran tersebut kalau digabungkan bisa manis juga ya, hehehe. Walau Jandro nggak mau kalau dibilang anak kecil, tapi kerasa banget loh kalau dia itu belum dewasa, yah sesuai lah dengan umurnya yang masih 23 tahun, apalagi pas Nuna datang ke Bali dan ada orang yang suka sama Sarah, childish-nya ketara banget.

Yang menarik kali ini adalah ChrisMor menghadirkan profesi scripwriter, lewat tokoh Sarah kita akan tahu keseharian seorang scripwriter, di mana jauh dari mitos yang selama ini beredar kalau harus menyepi pas nulis, kenyataanya seorang scripwriter nggak boleh jauh-jauh dari syuting yang sedang berlangsung, harus dekat-dekat dengan sang sutradara. Selain itu pemilihat plot yang nggak bermutu, kadang seorang scripwriter hanya mematuhi perintah bos, mengikuti selera pasar jadi nggak bisa samain dengan serial televisi luar negeri.

Kekurangannya apa ya? Kurang banyak adegan uhuk-uhuknya kali ya, hahahahhaha. Habis, udah familiar sih dengan  tulisannya ChrisMor, udah biasa baca kata-kata gaulnya, bahasa yang campur aduk, adegan yang vulgar tapi nggak kebangetan, dialog yang ceplas-ceplos. Saya sampai bingung mau komentar apa lagi, ya karena buku-bukunya ChrisMor bukan untuk dikomentari tapi dinikmati.

Buat yang udah dewasa dan suka cerita happy ending, silahkan membaca buku ini :)

4 sayap untuk ongkang-ongkang kelamin =))


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*