Pages

Rabu, 06 Agustus 2014

[Book Review] Dear Prudence by @danniefaizal

Dear Prudence
Penulis: Dannie Faizal
Penyunting: Dila Maretihaqsari
Perancang sampul: Fahmi Ilmansyah
Ilustrasi isi: Dannie Faizal
Penerbit: Bentang Belia
ISBN: 978-602-7975-79-8
Cetakan pertama, 2014
252 halaman
Buntelan dari @danniefaizal

Astaga, rambut gue pitak! Senior gue memangkas jambul kebanggaan gue dengan asal. Demi Tuhan, di sini ada ratusan mahasiswi bening yang salah satunya mungkin bisa gue 'prospek' ke depannya. Dengan rambut pitak begini, paling cuma perawan tua penjaga kantin yang bisa gue pacarin.


“Lo kaya Klingon.”


Coba lo bayangin, itu tadi komentar salah satu mahasiswi cantik di kampus gue, Prue. Harga diri gue langsung terjun bebas ke jurang. Klingon, karakter absurd di film Startrek yang berjidat lebar dan jelek banget.

Tapi sejak saat itu gue jatuh cinta sama cewek yang ngatain gue dengan kejam itu. Setiap hari, selama hampir dua tahun gue terus mengejarnya. Teman-teman bilang gue bodoh karena rela nunggu terlalu lama. Nyokap gue malah bilang; bahwa arus hidup kadang membawa kita ke tikungan lain, dan menyarankan agar coba melihat cewek lain. Tapi gue kekeuh, gue nggak mau ikut tikungan lain itu. Dalam hal cita-cita pun begitu. Gue pengin jadi Motion Graphic Designer besar, pokoknya menghasilkan suatu karya besar yang bikin nama gue diingat orang banyak, nggak ada cita-cita lain.

Tapi gue nggak pernah tahu, gue ataukah nyokap gue yang benar….


Ini adalah kali pertama saya membaca buku dari Dannie Faizal, padahal sudah ada tujuh buku yang pernah ditulisnya. Sebenarnya saya cukup familier dengan beberapa buku yang pernah dia tulis, misalnya saja seri Manjali, kumpulan novella Setahun Berkisah (yang ngomong-ngomong masih menjadi wishlist saya) dan kumpulan cerpen Cerita Hati. Perkenalan pertama saya dengan tulisan penulis malah lewat novel keduanya yang baru terbit, tentang sebuah cerita komedi romantis yang penuh dengan pesan moral atau cukup menginspirasi.

Membaca sinopsisnya saya kira fokus utama cerita tentang kisah cinta, ternyata lebih dari itu. Kisah cintanya diawali ketika Irvine Suherman, mahasiswa baru jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual) mendapatkan hukuman dari seniornya ketika mengikuti OSPEK, dia tidak mematuhi aturan kalau rambutnya harus botak, si senior kemudian memangkas asal jambulnya. Kejadian tersebut membawanya bertemu dengan Prudence, seorang mahasiswa baru yang meledek kalau penampilan Irvine seperti Klingon, salah satu tokoh dalam film Startrek yang memiliki jidat lebar. Irvine langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Prudence, dia bertekat agar bisa mendapatkan hati salah satu cewek tercantik di kampusnya itu.
Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta yang sebenar-benarnya, di mana kita merasa segala yang kita butuhkan sudah ada pada diri pasangan kita.
Selain berbagai usaha Irvine untuk mendapatkan hati Prudence, nama yang mirip dengan salah satu lagu The Beatles, grup band favorit Irvine tersebut, cerita di buku ini di isi dengan suka duka sang tokoh utama dalam menuntut ilmu di jurusan dkv, susahnya magang di sebuah stasiun televisi, bertemu orang-orang yang sangat hebat di bidangnya dan bersaing ketat dengan salah satu teman magang, Lucy, sampai-sampai Irvine harus menggunakan taktik curang untuk menjatuhkan Lucy agar bisa menjadi yang terhebat, agar dia bisa mengapai impian untuk menjadi seorang ahli motion graphic . Kemudian ada bagian yang membuat Irvine sangat kecewa dan sedih, jatuh bangun menjalani kehidupan pasca kehilangan orang yang disayanginya dan mencoba menerima kesempatan yang ada ketika dia mencari pekerjaan pertamanya. Sangat banyak fokus cerita yang disajikan penulis. Asiknya, semua bagian tersebut melengkapi sehingga ketika membaca kita nggak tersesat, terasa mengalir sekali dan tetap bisa menikmati ceritanya. Bisa dibilang buku ini lebih bercerita tentang perjalanan hidup seorang Irvine Suherman.
"Aku juga dulu pemberontak, pembosan, dan sombong," ujarnya sambil tersenyum.
"Seiring dengan berjalannya waktu, aku baru sadar kalau sifat itu sama sekali nggak membawa kabaikan buatku. Kegagalan demi kegagalan datang. Belakangan aku sadar bahwa ada saat-saat di mana kita harus rendah diri. Saat-saat itu adalah ketika kita menimba ilmu. Kalau kita sombong, otomatis diri kita pasti tertutup dari berbagai ilmu yang akan masuk. Kita akan terjebak dalam sifat narsis yang merugikan. Kita harus akui bahwa orang-orang itu, baik praktisi atau akademisi yang bullshit, memiliki pengalaman dan ilmu yang lebih banyak daripada kita. Ketika aku mulai sabar, rendah diri, dan berserah, kesuksesan pun akhirnya datang," lanjut Mas Junot sambil menyesap teh panasnya.
"Kita sering panjang angan-angan, ingin membuat sesuatu yang besar. Akibatnya, kita kerap melupakan hal kecil, padahal dari sanalah hal besar itu tumbuh."
Salah satu yang membuat saya menikmati buku ini adalah karakter utamanya. Sosok Irvine digambarkan sebagai laki-laki yang terlalu nyantai menjalani hidup, konyol dan penuh humor. Kadang sampai nggak tau kalau dalam banyolannya tersebut ternyata dia berkata serius. Tetapi, kadang sifatnya tersebut juga mempunyai dampak buruk dan sangat menyebalkan, contohnya saja ketika dia mengerjai Lucy, dampaknya sangat besar dalam pekerjaan di tempat mereka magang, kemudian ketika dia mengelak dari permintaan ibunya untuk mengantar ke rumah saudara, menjadi penyesalan terbesar Irvine. Ada perkembangan karakter yang penulis buat untuk Irvine, dia bukan manusia sempurna, dia layaknya kita, manusia biasa dengan berbagai cobaan dan lika-liku kehidupan yang dia jalani, menjadikan Irvine dewasa secara alami. Karakter kedua yang saya suka adalah Mas Junot, dia bijaksana sekali :D.

Kemudian bagian yang saya suka lagi, yaitu tentang humornya, ada beberapa yang membuat saya cekikikan sendiri, mayoritas ketika Irvine bersama kedua sahabatnya. Misalnya saja ketika Idrus, salah satu sahabat Irvine menyarankan hadiah apa yang cocok ketika PDKT yaitu kapur semut. Bagi anak kos, kapur semut sangat penting.
"Kalau seandainya lo kasih dia cokelat, entar ujung-ujungnya disemutin. Jadi, daripada lo sok romantis ngasih cokelat, mending lo kasih dia kapur semut."
"Eh, entar gue malah dianggap freak, nggak? Atau lebih parah, entar gimana kalau dia malah camilin kapur semut itu?
Idrus menepuk jidatnya. "Gini, Nyet! Kapur semut lebih dia butuhkan ketimbang cokelat, tapi dia nggak sadar kalau dia butuh kapur semut." Idris sudah kehabisan akal mencari cara untuk menjelaskan maksudnya.
Sarannya boleh juga tuh :D
Terus, masih ada satu lagi yang bikin saya mesem-mesem ngikik, waktu Irvine sms-an sama Ferry, sahabatnya yang lain:
F: Widih di masjid... Beriman banget! Tobat, lo, sekarang? Udah selesai atau baru mulai sholat? Gue udah di terminal, nih, parkir di dekat taksi-taksi. Buruan, ya
I: Sip bentar lagi, ya, ini lagi sujud, nih. Rakaat terakhir, kok.
F: Astaga! Dodol lo... hahaha...
Buku ini cukup menginspirasi, banyak pesan moral yang bisa diambil. Cerita Irvine mengajarkan kita untuk pantang menyerah dalam mengapai impian. Usahanya mengejar cinta pertama membawanya menemukan cinta sejati. Kesalahan-kesalahan yang dia buat menyadarkannya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya, belajar dari kesalahan yang pernah dia buat agar tidak mengulangi lagi. Lewat dunia kerja yang Irvine ceritakan, dia ingin menunjukkan kepada kita kalau dunia kerja itu tidaklah mudah, banyak tantangan dan persaingan di dalamnya, jangan mengganggap remeh tawaran pekerjaan yang tidak menantang, kita belajar dari hal yang kecil terlebih dahulu. Irvine juga tidak ingin berlarut-larut dengan penyesalan yang dia alami, dia ingin menebusnya, ingin membuat keluarganya bangga akan pencapaian yang dia peroleh. Dan, jangan bersedih kalau punya followers sedikit, tidak menjamin kalau bisa menghasilkan tulisan yang bagus, dengan followers sedikit, Irvine bisa kok menerbitkan buku :p
Dalam dunia kerja, attitude yang baik adalah segalanya. Skill bisa dibentuk, tetapi attitude selalu sulit untuk diarahkan. Jika kita memilih jalan hidup dengan cara bekerja dan berkarier di sebuah perusahaan, hal itulah yang pertama-tama harus dipahami. Lain ceritanya jika kita memutuskan untuk mengambil jalan sebagai seniman independen yang bisa berlaku 'semau gue'. Setiap perusahaan memiliki visi dan tujuan, oleh karena itu mereka akan menyingkirkan orang-orang yang nggak sejalan dengan visi dan misi mereka. Bagitulah kata Mas Junot.
Kekurangan buku ini adalah penulis kurang jeli dalam menggambarkan setting waktu. Alurnya flashback dengan sudut pandang orang pertama. Saya agak bingung dan baru menyadari ketika di bagian akhir Irvine menceritakan kilas balik perjalanan hidupnya. Baiknya, ketika penulis menceritakan kembali ketika dia masuk kuliah dan mengikuti OSPEK (ada di bab dua) yang berujung bertemu dengan Prudence ada penanda kapan terjadinya cerita tersebut. Selebihnya tidak ada masalah, covernya kece, minim typo, ada cuplikan lagu The Beatles dalam setiap bab, ada ilustrasi yang dibuat oleh penulis sendiri, saya jadi berpikir apakah cerita Irvine ini adalah cerita yang terinspirasi dari kisah nyata penulis sendiri? Melihat penulis mempunyai jurusan yang sama dengan Irvine :p.

Bagi yang pengin menikmati kisah komedi romantis yang ringan, menghibur dan cukup inspiratif bisa kok mencomot buku ini untuk dibaca, saya rekomendasikan buat semua umur :)
"Pelajaran bahwa hidup tak pernah benar-benar indah, tetapi berharga."
3.5 sayap untuyk si Klingon.

4 komentar:

  1. Si Irvine tuh minta dicekek banget. Gila ya ada orang mikirnya pendek banget kayak dia. Gelo dah!

    BalasHapus
  2. AAAAH. Sulis. Review-mu bikin aku kepingin baca buku ini segera. Aku suka model2 romens yang bikin ngakak gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. romensnya nggak kentel banget tapi aku rekomendasikan humor di dalamnya, kayaknya kamu bakalan suka :D

      Hapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*