Pages

Senin, 14 April 2014

[Guest Post] Book vs Movie: Hight Fidelity


Hai hooooo, masih dalam rangka merayakan ultah BBI yang ketiga, tahun ini divisi event membuat program yang cukup seru yaitu Guest Posting atau kita para member BBI saling bertukar postingan, bertamu ke blog lain :D. Awalnya cukup bingung nih rulesnya kayak apa, maklum orangnya lelet banget :3. Setelah tanya sana sini akhirnya paham kalau saya akan bertamu di blognya Atria dan Buku, sedangkan yang menjadi bintang tamu di Kubikel Romance adalah Faraziyya dari blog Faraziyya's Bookshelf.

Melihat isi review di blognya di mana bukunya banyak yang belum saya baca, saya jadi exited sekali. Setidaknya menawarkan sesuatu yang baru bagi saya, memperkenalkan buku yang jarang saya sentuh untuk dicoba baca dan penasaran kira-kira dia mau posting apa ya di Kubikel Romance ini? Tanpa banyak prolog langsung aja ya kita lihat postingan apa yang udah disiapkan Ziyy untuk Kubikel Romance :)


[Book vs Movie] High Fidelity 

Patah hati, rasa-rasanya, adalah moment of life yang pasti dirasakan semua orang. Am i right? Tak terkecuali Rob Fleming. Meski ia tahu A sampai Z tentang musik, bukan berarti ia juga expert dalam urusan cinta. Ia baru saja putus dengan Laura Lydon. Bukan pertama ini ia patah hati, melainkan kesekian kali. Tapi, putusnya ia dengan Laura, di mana mereka telah menjalin hubungan bertahun-tahun, membuatnya merefleksikan kehidupannya hingga ke masa lalu. Apa sih yang salah dengan dirinya? Kenapa dalam percintaan, ia selalu berakhir sebagai pihak yang diputuskan? 

Lewat High Fidelity, Nick Hornby menciptakan karakter Rob dengan usia pertengahan tiga puluh dan stuck dengan record shop miliknya. Selain tentang break-up, psikologi pria x wanita, dan musik era 70-80an, High Fidelity bercerita tentang bagaimana sosok Rob menyikapi ‘perubahan’ dalam kehidupan. 

Sebelum ini, saya membuat book vs movie untuk karya berjudul Nick And Norah’s Infinite Playlist. Secara ngga langsung, tema cinta dan musik dari NANIP membuka rasa penasaran saya untuk novel dan film dengan tema serupa dan membawa saya kepada High Fidelity karya Nick Hornby. Sebenarnya, saya tahu nama Nick Hornby bukan lewat High Fidelity tapi lewat karya esainya tentang musik yang pernah diulas oleh BFGB. It seems that he’s into music, all of his writing. He’s kind of expert on music, i thought. 

Tambah interesting lagi, buat saya adalah karena ini adalah karya dengan setting akhir 80an. Well, yes, i’m old at soul. Hehhe. 

 Ups. Cukup pendahuluannya sampai di situ. Mari kita lihat High Fidelity secara novel dan film adaptasinya.

How is it? The Book vs The Movie. 

Secara general, resume cerita tentang High Fidelity yang saya tuliskan di awal adalah sama, baik untuk novel dan film adaptasinya. Hanya saja, novel High Fidelity itu british banget. Terlihat dari istilah-istilah slang a la british macam bollocks, etc. Hpfh, membaca novel High Fidelity memang ngga bisa dibilang gampang. 

(Yah tapi itu mungkin juga karena saya ngga terbiasa dengan British Literature)

Format penulisannya, narasi. Membacanya adalah seperti menyimak curhatan seorang laki-laki dewasa tentang wanita, cinta, musik dan kehidupan. Goodreads menyertakan label genre fiksi humor untuk novel ini. At some point i think i get it but then the rest of it, i don’t. Lalu bisa dibilang, novel ini agak flat. Karena pembaca hanya di bawa ke dalam karakter Rob saja dan apa yang bergejolak di hati dan pikirannya.


Novel High Fidelity mendapatkan respon yang baik dan masuk ke urutan 143 dari 200 buku yang terdaftar sebagai BBC’s Big Read di tahun 2004. Tak lama sejak terbitnya, High Fidelity dilirik Touchstone Pictures dan akhirnya rilis di bulan Maret tahun 2000. Adaptasi High Fidelity ini disutradarai oleh Stephen Frears dan dibintangi John Cusack sebagai cast untuk Rob Fleming (difilm, berganti menjadi Rob Gordon).


Film adaptasi High Fidelity seolah menjiplak novelnya. I mean it in a good way. Mulai dari skripnya yang 95% sama dengan novel dan penjelmaan karakter yang sangat mirip dengan penggambaran karakter dalam novel. Seolah yang terjadi saat saya menonton High Fidelity adalah bahwa saya memutar proyektor imajinasi yang terbentuk dalam pikiran saya saat membaca novelnya. 

Untuk versusnya, saya bisa bilang kalau film adaptasinya bagus dan lebih baik dari versi novel. For some reason, menghidupkan nuansa High Fidelity yang sarat dengan musik memang akan jauh lebih plus saat kita bisa langsung mendengarkan. Dan lewat film adaptasinya, hal tersebut terwujud. Poin plus lainnya, yang saya cukup unexpected juga, adalah John Cusack terlihat sangat tampan di film ini. Saya membayangkan Rob Fleming wajahnya average, sehingga saat mendapati John Cusack tampan banget untuk cast Rob, rasanya itu seperti dapat bonus. Hahha XD

Selain itu, film adaptasi High Fidelity didukung aktor dan aktris yang mumpuni. Jack Black yang menjadi Barry yang annoying tapi kocak, Catherine Zeta Jones menjadi sosok Charlie si wanita glamour yang self-centered sampai munculnya Bruce Springsteen sebagai cameo. Its just almost perfect! Bahkan rating Rotten Tomatoes untuk film adaptasi High Fidelity ini mencapai 91% dengan endorse: The deft hand of director Stephen Frears and strong performances by the ensemble cast combine to tell an entertaining story with a rock-solid soundtrack.

It was almost perfect and almost the same as the novel, except for the setting. Kalau novelnya terasa sangat british, film adaptasinya justru terasa america. Hal ini karena latar tempat yang semula adalah London, diganti menjadi California. Tapi emang dasar sutradara dan tim produksi serta cast yang andal, adaptasi High Fidelity terwujud dengan sangat baik. Respon terhadap film ini juga bagus, dengan income yang 1.5x dari budget yang dikeluarkan untuk pembuatan film.

The Soundtrack

Ada pengakuan menarik yang tercatat dalam informasi tentang High Fidelity di wikipedia bahwa tim screenwriter film tersebut mesti mendengarkan 200 lagu dan akhirnya memilih 70 lagu yang masuk daftar untuk masuk ke dalam film. Untuk soundtrack High Fidelity, terdapat 15 lagu yang semuanya enak banget didengerin. Bisa kalian cek di youtube playlist highfidelity soundtrack di sini. Its hard for me to pick the favorites. But, i like this slow romantic song out of the soundtrack list: Fallen for you – Sheila Nicholls.


Bottom Line: 
Both book and movie version of High Fidelity are recommended. Please spare your time, especially if you’re into 80’s and high quality music.

-oOo-

Wow, keren banget reviewnya! Jujur aja, saya masih agak kagok kalau ngreview film dan baca postingan Ziyy di atas terasa mengalir sekali, semua terjelaskan dengan baik secara singkat dan sederhana, harus banyak berguru padanyanya untuk ngreview film nih :3. Senang sekali Kubikel Romance mendapatkan postingan yang seru banget, jadi pengen nonton filmnya karena lebih bagus daripada bukunya, apalagi ada Catherine Zeta Jones :D.

Kalau dari pengamatan, sepertinya Ziyy suka lagu jadul (dan film jadul), jadi inget waktu kita komen-komenan soal sountrack Eleanor & Park :D. Sekian postingan untuk Guest Post dalam rangka ultahnya Bebi, semoga aja tahun depan ada acara seru lagi. Dan terima kasih buat Ziyy yang udah meluangkan waktunya buat mengisi postingan di Kubikel Romance, senang sekali mendapatkan tamu seperti dirimu :)

Tentang Farazziya

I'm just a reader, dengan nama lengkap Fauziyyah Arimi (24th, Jakarta) serta masih single #eh. Saat ini, aku menjalani hari sebagai caretaker. Bukan pekerjaan official sih (apalagi profesi), melainkan kewajiban. Makanya aku punya banyak waktu luang buat baca buku. Cuma sayangnya, sekarang sedang dalam state jenuh membaca dan membuat review. Doakan ya biar cepat sehat kembali :). Aku suka baca sejak SMP, sejak bertemu dengan pembaca aktif yang suka meminjami aku buku bagus. Sayangnya, aku ngga ingat buku pertama yang begitu membekas dan mengawali kecintaanku terhadap baca. Maaf ya -.-a

Blog buku faraziyya isinya review dan hal tentang buku dari beragam genre. Karena aku sendiri omnireader. Tapi yang jelas, yang mendominasi itu fiksi kontemporer. Genre favorit Hisfic, YA dan middle-grade children's books.

Mulai gabung dengan BBI sejak pertengahan 2012, seingatku. Hehhe. Harapan untuk BBI di ulang tahunnya yang ke-3, semoga BBI hadir sebagai komunitas yang menyebarkan virus gemar membaca kepada masyarakat umum, khususnya pengguna internet, dengan menghadirkan review-review buku bermutu nan variatif. Selain itu, semoga BBI memiliki kebermanfaatan yang terasa secara internal maupun eksternal, dalam aspek apapun itu. BBI, fighting!!





14 komentar:

  1. Ternyata faraziya mungil dan imut ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kalau lihat dari fotonya, hehe, kemaren pas ke IRF g ketemu langsung :(

      Hapus
  2. Waah keren nih review book vs movie nya.. kebetulan high fidelity ada di wishlistku juga, jadi makin semangat pingin baca. Untuk sulis: kalau nyari buku romance dari sudut pandang cowok, nick hornby ini salah satu rekomendasiku juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. akkkkkkk, jadi pengen nyari, makasih mbak rekomendasinya, aku prefer dari sudut pandang cowok kalau buku romance sebenernya :D

      Hapus
  3. Aku pikir Faraziya di foto masih remaja. Imut bangeeet.. hehe. Suka deh baca ulasan review film adaptasi buku. Sudah lama pernah lihat cover filmnya di persewaan video ezy tapi nggak ngeh kalau ini diangkat dari buku. Wow, punya koleksi OST mp3 nggak? Saya suka juga sama OST film. Lebih suka OST malah dari pada update lagu2 billboard terbaru..

    BalasHapus
    Balasan
    1. fotonya emang foto lama sih, dua tahun lalu kalo nggak salah :)
      kadang aku juga suka lagu dari ost film, sebagai pelengkap :)

      Hapus
  4. Reviewnya baguuuus.. aku yg sama sekali blank ttg buku dan novel nya jd tertarik baca.
    Ziyy apa kabar? Masuk grup bajaj lagi donk ziyy

    BalasHapus
  5. Ziyy emang salah satu reviewer yang selalu aku tunggu reviewnya.
    Cara reviewnya enak dan bisa jadi endoser buku nih XD

    BalasHapus
  6. Ohh...yang sering dipanggil Ziy ini Faraziya, baru ngeh ini #tepokjidat. Dari foto kelihatan mungil yang seperti masih SMU begitu :D reviewnya asyik, belum punya kesempatan baca Nick Hornby cmn menimbun doank, baca ah setelah ada waktu :D

    BalasHapus
  7. C to the O to the O to the L! ^_^ Reviewnya provokatif banget. Pembaca pasti puas deh kalau nemu film adaptasi yang persentase kemiripannya sama bukunya tinggi. Aku masukin must hunt list deh :)

    BalasHapus
  8. Salah deh aku ngasih foto itu XD
    Aku ngga imut, beneran deh. Itu cuma angle dan efek editan. Hahha

    To tell you all the truth, aku suka khawatir kalo outcome review yg aku buat tnyata persuasif. Takut akunya overrated :S

    Eniwei, seneng bisa jadi tamu di kubikel romance dan lega bisa ngasih postingan yg berbeda warna di blog ini. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih sekali lagi, Ziyy, suatu kehormatan Kubikel Romance mendapatkan tamu dengan postingan yang sangat segar :)

      Hapus
  9. Salah satu movie based on book yg sukses berarti ya

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*