Pages

Rabu, 24 April 2013

Paris

Paris
Penulis: Prisca Primasari
Editor: eNHa
Desain sampul: Jeffri Fernando
Ilustrasi isi: Diani Apsari
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 979-780-577-8
214 halaman
Harga: 42k (disc 10% di Pesta Buku Jogja)


Pembaca tersayang,

Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Éclair, Beautiful Mistake, dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.

Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula? Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Père Lachaise yang konon berhantu?

Setiap tempat punya cerita. Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.

Enjoy the journey,

EDITOR

Buku ini merupakan salah satu seri dari Setiap Tempat Punya Cerita, proyek kolaborasi pertama GagasMedia dan Bukune. Seri ini menggabungkan fiksi dan traveling experience. Paris adalah seri pertama yang diterbitkan gagasmedia dan buku keempat dari Prisca Primasari yang saya baca setelah Eclair, Beautiful Mistake, Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa (ingatkan saya untuk membuat reviewnya :D). Sejak buku pertama saya sudah jatuh cinta dengan tulisan Prisca, jatuh cinta akan karakter tokohnya, setting yang dibuatnya, dan tema cerita yang biasa tetapi dibuat berbeda.

Dari kemasannya aja dulu kali ya, mungkin banyak yang sependapat dengan saya kalo cover dan ilustrasi buku ini kece badai. Cover bagian depannya simple hanya berisi tulisan judul dan informasi lainnya, tapi waktu kita membukanya kita akan menemukan satu halaman lagi yang sejajar dengan halaman judul dan ada bonus post card di dalamnya, di baliknya ada tulisan Paris yang besar sampai tembus cover bagian belakang. Cover bagian belakangnya dibuat seperti post card yang berisi blurb buku ini. Tampilan isinya seperti buku diary disertai ilustri yang sesuai dengan apa yang sedang diceritakan. Jadi, ketika membaca buku ini kita seakan membaca diarynya Aline.

cover depan

cover depan bagian belakang
 
cover bagian belakang


contoh isinya

Sekarang ke ceritanya, Di awali dengan Sevigne Devereux, sahabat Aline yang berada di Paris, menerima paket dan sebuah undangan dari Aline, isi paket tersebut adalah sebuah diary yang disertai pengantar yang sangat membuat penasaran. Ketika Sevigne membuka halaman pertama diary tersebut, kita seakan berada di sampingnya untuk ikut membaca dan mengetahui kisah lengkap yang dialami Aline sebelum kembali ke Jakarta.

Aline sangat marah ketika mengetahui Putra atau yang biasa dia sebut dengan si Ubur-Ubur -koki di bistro tempat Aline bekerja paruh waktu- jadian dengan Lucie, rekan sesama kokinya. Terluka kalau melihat pasangan yang sedang mesra itu setiap hari, Aline pun langsung minta cuti, dia pulang dengan mata sembab. Sebelum sampai rumah dia duduk di sebuah taman dekat jalan Jardin du Luxembourg, ada petugas kebersihan yang memberinya pecahan porselen. Untuk melupakan sejenak kesedihannya, dengan iseng Aline mencoba menyatukan pecahan tersebut dan menemukan sebuah nama Aeolus Sena. Karena sepertinya sangat berharga, Aline membawa pulang porselen tersebut dan mencari tahu tentang Aeolus Sena, Aline mencoba memberitahu melalui e-mail Sena yang entah aktif atau tidak kalau porselennya ada padanya. Tidak lama kemudian Sena membalas dan mengajak Aline bertemu di Place de la Bastille pukul 12 malam. Aline langsung menolak, siapa yang mau pergi ke salah satu tempat peling berhantu di Paris? Tempat di mana para tahanan menerima hukuman pemengalan kepala. Aline pun mengiyakan karena permohonan Sena. Ketika Aline tiba di tempat itu sendirian, Sena tidak datang.

Keesokan paginya, Sena mengirimkan e-mail untuk bertemu di tempat dan jam yang sama seperti kemarin, merasa dihantui porselen mahal yang tergeletak di apartemennya Aline menyanggupi. Untungnya kali ini Aline tidak sendirian, tetangganya yang juga mahasiswa dari Indonesia bersedia mengantar Aline ke Bastille, kak Ezra, yang awalnya mengaku ingin melihat eksterior Opera de la Bastille, yang diam-diam menyukai Aline. Sampai pukul satu pagi Sena tidak kunjung datang juga, dia malah mengim e-mail meminta nomor telepon Aline dan seketika itu orang yang sepertinya kurang waras langsung menelepon dan mengatakan kalau tidak bisa datang lagi dan besok saja ketemuannya. Aline pun terpaksa menyetujui karena iming-iming dia boleh minta apa saja dan Sena berjanji kalo tidak datang lagi dia bakalan ketimpa menara Eiffel :p.  Di malam ketiga Sena menepati janjinya.

Permintaan pertama Aline dilontarkan ketika keesokan harinya mereka bertemu di Beaumarchais Boulangerie, dia ingin kembali ke Jakarta tapi masalah financial dan jadwal kuliah yang padat tidak memungkinkan Aline Pulang. Sebenarnya Aline tidak ingin mengambil S2 di Sejarah Pantheo-Sorbonne, almarhum ayahnya bersikeras agar ia bisa kuliah di Paris. Alternatif mengatasi kendala Aline yang tidak bisa pulang, Sena memberikan tiket PP Jakarta-Prancis untuk ibu Aline, yang paling dirindukannya dari Indonesia. Permintaan kedua adalah si Ubur-Ubur dan Lucie putus, dan permintaan ketiga adalah...... baca sendiri :p

Bersama Aline dan Sena kita akan mengikuti perjalanan mereka menyusuri kota Paris, ke Mainson Victor Hugo, membaca surat cinta dari Victor Hugo untuk istrinya Adele Foucher. Ke pemakaman Pere Lanchaise melihat kuburannya Chopin, Oscar Wilde, Jim Morrison. Menikmati secangkir teh di Mariage Freres.

Ehehehe, dikit banget yak sinopsisnya, ehmmmm karena perjalanan Aline dan Sena mengelilingi kota Paris sangat asik untuk langsung dibaca sendiri, terlebih kenapa Sena sering menghilang dan hanya dapat ditemui di jam-jam tertentu, kenapa selama delapan tahun tinggal di Paris dia belum mengunjungi tempat yang dia datangi bersama Aline, ada apa dengan dia sebenarnya? Kalau saya katakan semua twist-nya akan hilang. Selain kisah yang sangat romantis, buku ini kental banget aura misterinya, terlebih identitas Sena yang minim sekali, hanya sediit informasi tentangnya seperti dia suka fotografi, sudah lulus dua tahun yang lalu dari jurusan perfilman, bekerja paruh waktu di reparasi mesin tik, sudah delapan tahun tinggal di Paris, belum pernah bertemu dengan kakak iparnya.

Selain kemasannya yang saya suka, saya suka sekali dengan Sena, penuh misteri dan ceplas ceplos. Dia tidak tanggung-tanggung dalam hal mengutarakan pendapatnya, terlebih ketika dia jujur akan Aline yang gambarnya sangat bagus daripada teman Aline yang mengaku pandai melukis, Sena langsung bilang kayak benang ruwet, menumpahkan semua cat air ke kertas dengan berkata tanpa memikirkan perasaan yang dikomentarinya. Sedangkan Aline lebih ke yang cepat meledak, sering mengambil keputusan tanpa dipikirkan terlebih dahulu, seperti permintaannya yang kedua. Tetapi dia termasuk orang yang sabar, mau aja diajak ketemu di tempat seram, tiga kali lagi. Penggambaran settingnya pun lumayan rapi, mendatangi tempat satu ke tempat lainnya, kita serasa seperti melihat orang piknik atau yang pernah nonton film Before Sunset bisa dibilang alurnya seperti itu, jalan-jalan sambil mengenal satu sama lain. Bagian favorit saya adalah ketika Sena memberikan rekaman film yang dia buat, isinya romantis sekali :D.

Kekurangannya kalau menurut saya terlalu cepatnya penyelesaian konflik, masih terlalu misterius antara Sena dan 'atasannya' di mana saya merasakan banyak sekali ganjilnya dan bagaimana nasib permintaan pertama Aline, tidak ada penyelesaiannya. Sebenarnya di kata pengantar penulis sudah berkata jujur, "Bukan berarti diary ini cukup membantu... banyak gab, gambar-gambar nggak jelas, dan pergantian scene yang rasanya terlalu cepat. Tapi, mudah-mudahan kamu nggak keberatan -saya yakin, di tanganmu buku ini akan berubah menjadi vinyet-atau novel- yang indah.". Buku diary ini memang ditujukan Aline untuk sahabatnya yang membutuhkan inspirasi dalam menulis dan ingin menulis vinyet pertemuan antara Aline dan Sena, kalau mengacu pada tujuan awalnya isinya pun sangat sesuai dan lengkap, misteri-misteri yang mengelilingi Sena cukup dia sajalah yang tahu.


To Adele Foucher,
My dearest, when two souls, which have sought each other for, however long in the throng, have finnaly found each other
... a union, fiery and pure as they themselves are...begins on earth and con tinues forever in heaven.


Buku ini saya rekomendasikan buat kamu yang pengen menikmati kota Paris dari sisi yang unik. Dan ya, buku ini sangat indah.

4 sayap untuk reparasi mesin tik.

5 komentar:

  1. hua.. cover dan reviewnya menggoda skali..

    BalasHapus
  2. terimakasih, semoga kamu juga tergoda untuk membacanya :)

    BalasHapus
  3. Menarik sih bukunya tapi bukannya novel yg judulnya PARIS itu banyak yah?

    BalasHapus
  4. Karena ke luar negri sementara cuma bisa mimpi duli... baca STPC dulu biar bisa tau gambaran kota tersebut... makasih reviewnya mba ^^

    BalasHapus
  5. STPC pertama yang aku baca. Dulu awalnya ngga tau kalau ini seri STPC, taunya malah habis baca novel ini. Dan akhirnya, jadi kepengen baca semua novel STPC. Sekarang lagi mau cari STPC yang First Time in Beijing. Mbak Sulis udah baca belum?

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*