Perkenalkan saya
peri_hutan. Dan apabila anda tidak bisa membaca review surat ini tanyakan saja
kepada alien yang anda kenal kemudian mintalah dia untuk menerjemahkannya. Saya
melihat rating untuk buku ini sangat bagus sekali, bahkan ada beberapa teman saya
yang mengidolakan anda. Ketika tahu buku ini akan diterjemahkan di negara saya,
saya sangat senang sekali, saya ingin membuktikan sendiri apakah buku ini
memang pantas mendapatkan rating yang bagus.
Jujur saja saya lebih
suka cover aslinya, simple tapi tampak indah. Sedangkan untuk versi
terjemahannya..... sebenernya tidak terlalu mengecewakan, bagus malah tapi
kalau bukunya untuk buku anak-anak. Buku ini bisa dibilang bukan buku anak-anak
jadi saya kira covernya tidak tepat. Untuk terjemahannya, bagus, saya bisa
mengerti apa yang anda tuliskan dalam bahasa saya, hanya saja seperti ada yang
kurang, saya tidak bisa 'lepas' ketika membacanya, sedihnya terasa nangung. Dan
yang paling saya sesali, kata teman saya yang sudah membaca buku versi asli dan
terjemahannya mengatakan kalau banyak sekali bagian yang disensor, terlebih
bagian 'ciuman' SANGAT DISAYANGKAN SEKALI. Saya tidak tahu apakah mengurangi
esensi dari ceritanya, yang jelas kalau sebuah buku diterjemahkan saya ingin
semua bagian dari yang asli itu juga turut diterjemahkan, bukannya dipotong
banyak sekali. Tapi saya tetap berterima kasih karena buku ini cepat
diterbitkan, yang jelas saya mengutamakan ceritanya.
Mr. Green
Sebenernya saya agak
sulit untuk mengungkapkannya, biasanya saya mengategorikan buku anda ini ke
dalam daftar buku yang membuat saya 'kembang-kempis'. Ceritanya tidak biasa,
karakter-karakter yang anda buat out of the box, tokoh yang tidak sempurna,
tetapi dari kekurangannya itu anda memperlihatkan kesempurnaan yang
sesungguhnya. Dan sekarang saya tahu kenapa teman-teman saya menobatkan
Augustus Waters sebagai best book boyfriends 2012, saya telat karena menunggu
terjemahannya, kalau saya membaca buku ini tahun lalu pasti tambah berat saya
memilih karakter cowok yang meremukkan hati saya di tahun 2012.
"Orang-orang bicara mengenai keberanian pasien kanker, dan aku tidak mengingkari keberanian itu. Aku telah disodok dan ditusuk dan diracun selama bertahun-tahun, tapi aku masih bertahan. Tapi jangan keliru, pada saat itu aku bersedia mati dengan sangat, sangat gembira."
Hazel Grace, berumur
enam belas tahun dan mengidap kanker tiroid yang sudah metastasis ke paru-paru
sehingga kemanapun dia pergi dia harus mengeret-ngeret tangki oksigen. Ibunya
menganggap kalau Hazel mulai depresi (efek samping sekarat), selalu saja di
rumah sehingga dia menginginkan Hazel bergabung dalam Support Group atau
kelompok penyemangat penderita kanker yang berada di belakang gereja agar Hazel
mempunyai banyak teman. Di sana dia berkenalan dengan penderita kanker lainnya
dan saling memperkenalkan diri: nama, usia, diagnosis dan bagaimana kabarnya.
Salah satunya adalah Isaac, cowok kerempeng berwajah muram dengan rambut pirang
lurus yang menyapu sebelah matanya. Dia mengidap kanker mata yang sangat
langka, sebelah matanya sudah diambil ketika masih kecil, yang selalu di tutupi
dengan rambutnya. Dia menggunakan kacamata tebal yang membuat matanya tampak
besar secara tidak alami, dia bercerita kalau mengalami kekambuhan bisa membuat
sisa matanya dalam bahaya besar. Support Group
tersebut gagal memikat Hasel, dia lebih menyukai menghabiskan waktunya untuk
menonton America's Next Top Model. Tapi setelah dipaksa ibunya Hazel tidak bisa
menolak.
"Aku ingin menyenangkan orangtuaku. Hanya ada satu hal di dunia ini yang lebih menyebalkan daripada mati gara-gara kanker di usia enam belas, yaitu punya anak yang mati gara-gara kanker."
Ketika dia kembali
datang di pertemuan Kelompok Pendukung dia melihat seorang cowok yang selalu
mengamatinya, yang ingin melakukan kontak mata dengan Hazel. Cowok itu jangkung
dan kurus berotot, seksi dan menyilaukan, pandangannya tak pernah lepas dari
Hazel sehingga membuat Hazel sedikit canggung. Dia adalah Augustus Waters,
berusia tujuh belas tahun dan mantan penderita osteosarkoma yang sukses
merenggut satu kakinya. Mereka sama-sama membuat kagum satu sama lain, Agustus
kagum akan pendapat Hasel tentang 'dilupakan' dan Hazel kagum akan metafora
yang dibuat Augustus. Sejak saat itu mereka menjadi teman dekat.
"Rokok tidak akan membunuhmu jika dinyalakan. Dan aku tidak pernah menyalakannya. Lihat, ini metafora: Kau meletakkan pembunuh itu persis di antara gigimu, tapi tidak memberinya kekuatan untuk melakukan pembunuhan."
Hazel merasakan
Keistimewaan Kanker yang dimiliki Augustus, merasakan bagaimana Augustus
menyetir mobil, mereka menonton film bersama, film yang pemeran utama wanitanya
mirip Hazel, V for Vendetta, dan mereka saling bertukar buku favorit, yang
sebelumnya Hazel enggan memberitahu karena dia merasa buku karya Peter Van
Houten yang berjudul Kemalangan Luar Biasa sangat mempengaruhi
hidupnya, tidak ingin dia bagi dengan orang lain. Kemudian Gus membarternya
dengan buku Ganjaran Fajar, mereka saling bertelepon menanyakan bagaimana
proges bacaan mereka.
Hazel sangat
mengagumi Peter Van Houten, sangat menyukai bukunya yang menggambarkan kematian
dengan jujur. Hazel berulang kali mengirim surat pada penulis tersebut
untuk menanyakan apa yang terjadi dengan
tokoh lainnya karena ceritanya berasa menggantung. Peter Van Houten seorang
penyendiri, mustahil ditemukan, tapi ketika Augustus mengatakan dalam
teleponnya kalau dia mendapat balasan email dari asisten Van Houten, Hansel
sangat bersemangat sekali. Dia langsung mengirim ulang surat untuk Van Houten,
dan jawabannya adalah dia tidak bisa menjawab secara tertulis, Hansel harus
menemui langsung Van Houten di rumahnya, Amsterdam. Augustus yang dari pertama
bertemu sudah jatuh cinta sama Hansel langsung menawarinya pergi ke Amsterdam
untuk bertemu penulis pujaannya, mengejar impian gadisnya.
"Aku jatuh cinta dengan cara yang sama seperti orang tertidur: perlahan-lahan, lalu mendadak."
Dalam perjalanan
itulah Hazel menyadari kalau Augustus sangat berarti baginya.
"Aku bukan ahli matematika, tapi aku tahu ini: Ada 0,1 dan 0,12 dan 0,112 serta sekumpulan bilangan tak terhingga lainnya. Tentu aja ada serangkaian bilangan tak terhingga yang lebih besar antara 0 dan 2, atau antara 0 dan sejuta. Beberapa ketakterhinggaan lebih besar daripada ketakterhinggaan lainnya. Seorang penulis yang dulu kami sukai mengajarkan hal itu kepada kami. Ada hari, ada banyak hari, ketika aku membenci ukuran rangkaian bilangan tak terhinggaku. Aku mengingginkan lebih banyak bilangan daripada yang kemungkinan besar akan kuperoleh. Dan betapa aku menginginkan lebih banyak bilangan untuk Augustus Waters daripada yang diperolehnya. Tapi Gus, Cintaku, tidak bisa kukatakan kepadamu betapa bersyukurnya aku atas ketakterhinggaan kecil kami. Aku tidak akan menukarnya dengan seluruh dunia. Kau telah memberiku 'selamanya' di dalam hari-hari yang terbatas, dan aku berterima kasih."
Mr. Green
Sudah saya katakan di
awal, sangat susah mengatakan bagaimana perasaan saya tentang cerita yang anda
buat ini, saya tidak sampe menagis tersedu-sedu, nyaris, mata saya berkaca-kaca
dan dada saya rasanya sesak sekali. Seandainya, seandainya, seandainya.
Ada bagian yang
sangat sedih tapi anda membuatnya menjadi humor yang beraroma sarkasme, cerdas!
Contohnya ketika Isaac harus kehilangan kedua matanya dan ditinggal kekasihnya,
Augustus malah mempersilahkan dia menghancurkan semua piala hasil perjuangannya
sebelum dia kehilangan kakinya, ketika dia masih menjadi pemain basket
unggulan. Dia mempersilahkan Isaac mengobati sakit hatinya, menghancurkan semua
kenangan manisnya dulu. Tapi apa yang di dapat? Dia tetap tidak menjadi lebih
baik.
"Seperti itulah kepedihan," ujar Augustus, lalu dia kembali melirikku. "Kepedihan menuntut untuk dirasakan."
Yang membuat saya
berkaca-kaca adalah ketika Hazel jauh-jauh ke Amsterdam mengetahui fakta
tentang penulis pujaannya dan anda taulah bagian yang paling membuat pembaca
anda misuh misuh atau ingin sekali melempar buku ini, rasanya sesak sekali. Dan bagian yang membuat saya tersenyum bahagia ketika Hazel menghabiskan waktu berdua saja dengan Augustus di Amsterdam.
"Dunia, bukanlah pabrik pewujud keinginan."
"Jika kau pergi ke Rijksmuseum, sesuatu yang ingin sekali kulakukan -tapi jelas kita berdua tidak bisa berjalan menyusuri sebuah museum. Tapi bagaimanapun, aku melihat-lihat koleksi museum itu online sebelum kita pergi. Seandainya kau ke sana, dan kuharap suatu hari nanti kau akan ke sana, kau akan melihat banyak lukisan orang mati. Kau akan melihat Yesus disalib, dan kau akan melihat seorang lelaki ditusuk lehernya, dan kau akan melihat orang-orang yang mati di lautan dan dalam pertempuran, dan sederet martir. Tapi Tidak. Ada. Satu pun. Anak. Penderita. Kanker. Tidak ada seorang pun yang mati akibat wabah atau cacar air atau demam kuning atau apa pun, karena tidak ada kejayaan dalam penyakit. Tidak ada makna di dalamnya. Tidak ada kehormatan di dalam kematian yang diakibatkannya."
Mr. Green
Seandainya saja
Phalanxifor (molekul yang dirancang untuk melekatkan diri pada sel-sel kanker
dan memperlambat pertumbuhan mereka) beneran nyata, walau tidak berhasil pada
sekitar 70%, tapi obat itu berhasil membuat 30% orang yang menderita kanker
bisa meraih impiannya. Seandainya.
Membaca buku ini rasanya seperti saya membaca buku Kemalangan Luar Biasa, saya ingin mengetahui kelanjutan ceritanya, apa yang akan terjadi dengan semua tokoh? Tapi saya tidak akan sampai pergi ke Indianapolis untuk menemui anda, berat di ongkos.
Yang paling saya sukai adalah bagaimana anda membuat para tokoh dengan karakter yang menajubkan, saya tidak kasihan dengan tokoh yang anda buat melihat kekurangannya mereka, saya sangat menyukai dialog-dialog cerdas yang anda buat, kadang lucu tapi kadang mengandung sindiran, mereka nampak sempurna sesuai porsinya.
Yang saya dapat ketika membaca buku anda ini adalah semua orang bisa mendapatkan kebahagiaan.
"Tanpa penderitaan, kita tidak bisa mengenal kebahagiaan."
4 sayap untuk Kemalangan Luar Biasa
Dari penggemar barumu
Peri Hutan
(umur dirahasiakan)
The Fault In Our
Stars
Penulis: John Green
Penerjemah: Ingrid
Dwijani Nimpoeno
Desain sampul:
BLUEgarden
Penerbit: Qanita
ISBN:
978-602-9225-58-7
Cetakan pertama,
Desember 2012
424 halaman
Harga: 49k (diskon 30% di TogaMas Solo)
Mr. Green..
BalasHapusMembaca review eh surat di atas, saya jadi ingin membaca bukumu pula... :)
ayo mbak dibaca, nggak bakalan nyesel loh :D
BalasHapushhmmm... buku remaja ya? *ga jadi pengen*
BalasHapusbtw, ente tuh kalo urusan uhuk2 aja keukeuh yg protes, hahahaha
hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahhahaha
Hapusnice review mbak =)
BalasHapusbaru beli buku ini tadi ^_^/
Aku juga suka cover aslinya.. >,<
BalasHapusBaru beli juga nih buku. Jadi pengen baca versi ini dan inggrisnya deh..
@mei semoga kamu suka juga sama bukunya :)
BalasHapus@tika iya, bagusan cover aslinya, jauh
hai Peri Hutan, thanks yaaa udah sharing kesukaan kamu sama buku ini... dan ikutan giveaway-ku... :D
BalasHapusaku udah baca versi Inggrisnya, aku suka buku ini, tapi buku ini bikin aku sedih, dan aku tipe orang yang kebawa suasana buku... mood sedihnya berasa sampai beberapa hari setelah selesai baca bukunya... I just can't accept that Augustus is died... gak terima aja gitu... T_T
ihiks!
anyway... ditunggu pengumumannya yaaa... ;-)
waduh spoiler, oke mbak semoga menang #ngarep :))
Hapusooppss... salah komen yaaa... maaaaff... abis berasa sama2 udah baca XD
HapusPertamanya aku bingung loh dengan judul dan ceritanya. Kan judulnya The Fault In Our Stars tapi ceritanya ttg penderita kanker. Tapi setelah baca selanjutnya baru tau klo the fault in our stars itu ada di dalam surat Mr. Green
BalasHapusHiks siap2 banjir air mata... T T
BalasHapus:((
HapusBelum baca dan ngga tertarik baca karena ngga mau cerita sedih2 tapi baca review sulis jadi pengen baca :) makasih ya :) masukin ini ke wish list :D
BalasHapus