Kamis, 25 September 2014

[Movie Review] The Maze Runner


The Maze Runner
Sutradara: Wess Ball
Produser: Lindsay Williams, Lee Stollman, Ellen Goldsmith-Vein
Penulis Naskah: Lindsay Williams, Lee Stollman, Ellen Goldsmith-Vein
Pemain: Dylan O'Brien, Will Poulter, Kaya Scodelario, Thomas Sangster, Aml Ameen, Blake Cooper, Ki Hong Lee, Patricia Clarkson
Studio: 20th Century Fox

Based on James Dashner book, The Maze Runner


Pertama kali melihat trailer film The Maze Runner ini saya sudah sangat tertarik dan tidak boleh melewatkannya. Saya sudah mempunyai ketiga seri ini lengkap sejak beberapa tahun yang lalu tapi tak kunjung dibaca juga. Entah, tiap ingin memulai rasanya nggak mood, mungkin karena  sudah diwanti-wanti sama salah seorang teman kalau buku ini 'cowok banget', minim atau bahkan tidak ada adegan romance dan hanya The Maze Runner lah yang paling dasyat, bahkan, prequel-nya yang berjudul The Kill Order jatuh di pasaran alias sangat mengecewakan penggermarnya. Mungkin ini sebabnya kemarin ada info kalau James Dashner akan membuat prequel terbaru yang berjudul The Fever Code, bercerita tentang para Gladers sebelum di kirim ke The Glade.



Film dibuka dengan adegan yang cukup membuat penonton penasaran dan menegangkan, seorang remaja laki-laki berada di lift berisi bahan makanan terlihat melaju ke atas. Sesampainya di atas yang berupa tanah lapang dan hutan, dia disambut oleh remaja lelaki lainnya, semuanya lelaki. Tempat tersebut bernama The Glade, dikelilingi oleh sebuah labirin tanpa ujung. Setiap bulan akan ada satu anak baru yang dikirim ke The Glade oleh entah siapa beserta bahan pokok, semua yang tiba pertama kali tidak ingat siapa dirinya, tapi setelah sehari atau dua hari hanya nama yang akan diingat kembali, dan lelaki baru tersebut bernama Thomas (Dylan O'Brien).

Mereka yang tinggal di The Glade dijuluki Gladers, mereka merancang tatanan dan aturan untuk bertahan hidup. Pemimpinnya adalah Alby (Aml Ameen) dan wakilnya Newt (Thomas Sangster). Mereka membagi tugas, ada yang khusus membuat rumah, bercocok tanam, memasak dan salah satu tugas yang terbilang paling berat, hanya orang terpilih lah yang bisa menyandang profesi ini, mereka disebut sebagai pelari. Tugas mereka adalah memasuki labirin, menginggat rute dan mencoba menemukan jalan keluar. Setiap malam labirin akan bergeser dan berubah bentuk sehingga mereka harus segera kembali ke The Glade. Tidak ada seorang pun yang selamat ketika mereka terjebak semalam di labirin karena ada monster yang bernama Griever, sang penjaga labirin.


Minho (Ki Hong Lee), sudah tiga tahun dia menjadi pelari, dia hapal rute dan perubahan labirin tapi selama itu juga dia tidak berhasil menemukan jalan keluar. Thomas sangat penasaran, kenapa dia dan lelaki lainnya dikurung di sebuah labirin dan ada monster mematikan? Sebagai anggota baru, salah satu peraturan yang harus dia patuhi adalah dilarang keras memasuki labirin. Tapi, ketika Minho membopong Alby yang tidak sadar karena tersengat, mereka terlambat keluar dari labirin, seketika itu Thomas lari menghampiri labirin yang akan menutup. Mereka terjebak dan harus bertahan hidup melawan Griever.


Aksi Thomas yang berani tersebut menyulut semangat para Gladers yang lain, Thomas tidak hanya melawan Griever tetapi membunuhnya! Selama ini tidak ada yang berani membunuh Griever, mereka hanya terus lari dan lari. Thomas pun ditunjuk sebagai pelari baru karena keberaniannya, menggantikan rekan Minho yang meninggal karena disengat Griever. Tidak semuanya terkesima dengan keberanian Thomas, Gally (Will Poulter) mengangap kalau Thomas merusak tatanan, peraturan yang selama ini telah berjalan damai. Ditambah hadirnya seorang perempuan di mana tidak seharusnya dia datang ke The Glade, belum waktunya, belum ada satu bulan. Perempuan tersebut membawa dua buah serum dan sebuah pesan bertuliskan "dialah yang terakhir".

Perempuan itu bernama Teresa (Kaya Scodelario), sama halnya dengan yang lain dia juga tidak ingat siapa dirinya tetapi ketika datang dia sempat mengucapkan nama Thomas. Perempuan itu adalah tanda bahwa tidak akan ada lagi seseorang yang akan dikirim ke The Glade, tidak ada lagi bahan makanan. Sejak dia datang banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah pintu masuk labirin yang membuka semua dan tidak pernah menutup lagi.

"WICKED is good"
Film ini benar-benar aMAZEinggggg! Sejak pertama kali nonton sampai film ini berakhir, deg-degannya masih kerasa. walau masih tergolong sutradara baru, saya rasa Wess Ball sukses menghidupkan The Maze Runner secara visual. Saya belum membaca bukunya jadi saya tidak bisa membandingkan, filmnya saja keren apalagi bukunya?

Ada beberapa adegan favorit saya:

  • Adegan pertama kali, ketika Thomas menaiki sebuah lift menuju The Glade
  • Ketika Minho pertama kali muncul, berlari setelah dari labirin
  • Ketika labirin bergeser
  • Ketika Thomas menyusul Minho dan Alby yang tidak sadar
  • Ketika Thomas melawan Griver
  • Ketika Thomas dan Minho mencoba menemukan jalan keluar berbekal sebuah mesin yang berada dalam tubuh Griver
  • Ketika Minho menunjukkan labirin yang dia ingat dan membuat replikanya

Dari segi cerita, saya rasa penulis skenarionya hanya mengambil bagian yang paling penting saja, terbukti masih banyak bagian yang menjadi tanda tanya saya, misalnya hal yang paling mendasar, siapa sih yang mengirim mereka? Alasan mereka dikirim dan dikarantina cukup jelas hanya saja 'mereka' kurang banyak dibahas, walau sedikit diterangkan juga tentang WCKD. Masa lalu Thomas dan Teresa, ini bagian yang nggak dijadikan poin penting padahal kehadiran Teresa sangat berpengaruh di bagian akhir, siapa orang-orang yang menyerbu markas WCKD? Dari segi pengenalan The Glade, Gladers dan Griever cukup baik, di awal tidak terlalu buru-buru, tetapi ketika Thomas memasuki labirin, cerita berubah menjadi lebih cepat. Kesannya Thomas sebentar sekali di The Glade. Saya ingin bagian di labirin diperbanyak, karena waktu di sana lah bagian favorit saya berada.

Dari segi akting, Dylan O'Brien sukses memerankan Thomas, dia berhasil menghayati Thomas yang kebingungan, penasaran dan ingin ada perubahan di The Glade yang hanya itu-itu saja yang dilakukan orang di dalamnya selama ini, hanya mampu lari dari kenyataan :p. Selain Thomas, karakter yang saya suka lainnya adalah Minho, selain cakep, akting Ki Hong Lee juga bagus, hehehe, dia berhasil memerankan seorang leader. Penasaran nih apakah dia juga main korama juga? Kalau dia yang main boleh lah saya kembali lagi menjadi pecinta korama :p. Sedangkan Kaya Scodelario, karena porsi dia sedikit, tidak terlalu membekas, yang ada malah dia menginggatkan saya akan Kristen Steward, mukanya mirip :p. Layaknya film serial lainnya, pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab kita nantikan saja di film keduanya yang berjudul The Scorch Trials, rencananya akan rilis tahun depan, semoga semakin keren dan tetap menegangkan :D

Film ini tidak terlalu banyak adegan berdarah dan romantis, jadi kalau anak kecil mau nonton boleh-boleh saja tapi tetap dalam pengawasan ya. Yang jelas, film ini sukses membuat saya penasaran dan jantungan. Bisa dibilang The Maze Runner ini agak berbeda dengan dystopia sebelumnya karena buku atau film yang 'cowok banget' tadi. Pemeran utamanya cowok, sebagian besar pemainnya cowok, buat yang mencari adegan romantis, anda akan salah memilih film. Bagi yang pengin mencari ketegangan, film ini cocok sekali untuk memacu adrenalin kalian.

Film ini mengusung pesan moral seperti kebanyakan cerita dystopia lainnya, berani mengambil langkah baru, berani melawan, jangan takut dengan apa yang belum pernah kita coba lakukan, kalau gagal, kita ulangi lagi. Kalau sayur tanpa garam rasanya hambar, cerita tanpa cinta kurang sedap, perumpamaanya seperti itu. Walau kurang garam, film ini tetap bisa membuat tekanan darah anda tinggi kok, jadi, selamat menonton :D

4 sayap untuk labirin mematikan.


Sumber gambar: @TheMazeRunnerID


9 komentar:

  1. Meskipun ini film tegang, tapi aku berkaca-kaca juga di bagian setika *sensor* meninggal kena tembak. T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. sedih juga pas nonton bagian itu tapi nggak sampe nangis, biasanya pasti ada protagonis yang meninggal, hiks

      Hapus
  2. Aku termasuk orang yang kecewa sama filmnya. Alasannya simple aja sih. Terlalu cinta dengan cerita bukunya dan terlalu berharap dengan filmnya. Kalau membandingkan film dengan buku, aku cuma kasih skor 6 of 10. Tapi kalau cuma nonton filmnya, emang menegangkan.Aku kasih skor 8 lah. Temen aku termasuk yang ngerasa amazing saat nonton filmnya. Dan dia gak baca bukunya. Tapi banyak kok yang suka banget sama filmnya. Beberapa teman yang juga baca serialnya, bilang amazing, tapi aku yakin aku jauh lebih cinta ke serial ini ketimbang mereka.

    Oh iya, dua bangku disebelahku anak kecil yang usianya mungkin baru 5 tahun. Dia menangis saat melihat Griever. Berisik XD

    Banyak yang gak di eksplore. Meski aku sebenarnya yakin Wes Ball bisa melakukan yang jauh lebih baik dan aku lebih suka percaya kalau apa yang bikin aku kecewa ini lebih karena mereka kurang pendanaan.

    Karena ingat banyak adegan, film ini justru bikin aku heran ketimbang merasa tegang. Dan meski merasa berhati batu, aku tidak bisa memungkiri kalau aku tidak bisa menangis. Karena air mata ini sudah habis saat membaca bukunya.

    Seperti biasanya. Bukunya jauh lebih baik.

    JAUH LEBIH MENEGANGKAN!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku setuju sama Ryana. Bukunya lebih bagus. Tapi aku justru nonton filmnya dulu sebelum baca bukunya dan menurutku filmnya bener-bener menegangkan. Memang banyak plothole sih, jadi aku langsung cari bukunya buat baca. Keren banget. Agak serem sih, not for a weak heart hehehe...

      Hapus
    2. Mungkin kalau baca bukunya dulu aku akan sependapat dengan Ryana, kerasa kok ada beberapa bagian yang seharusnya lebih di gali lagi, balik ke durasi dan dana yang nggak bombastis kayak film Marvel, untuk ukuran Wess Ball yg masih baru patut dipuji, toh dia berhasil membuat penonton tegang dan kepingin membaca bukunya :)

      Udah lagu lama kalau buku lebih keren daripada film. Dulu aku pernah bilang, mengutip dari perkataanya Raditya Dika, buku dan film itu ibarat permen loli, sama-sama permen tapi mempunyai rasa yang berbeda, pasti punya kelebihannya masing-masing yang nggak terdapat di satu sama lain, semuanya saling melengkapi :)

      Hapus
  3. Emang bener, kalo buku lebih baik daripada film. Karena buku juga bisa buat kita berimajinasi. Kalo aku, buku pertamanya sih lebih keren dari filmnya. Tapi kalo mau baca buku kedua dan ketiganya, saranku sih mending nggak usah. Karena mengecewakan. Karena akan banyak kisah yang penuh tanda tanya. Apa lagi endingnya yang sangat membingungkan.. Berharap filmnya lebih baik, walaupun melenceng dari aslinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak yang bilang kalau seri Maze Runner ini yang paling bagus hanya buku pertama, jadi tambah penasaran nih :)
      Katanya pun film dan buku pertama Maze Runner nggak sama, semoga aja di film selanjutnya bisa menembel kekurangan di buku :)

      Hapus
  4. Masih maju mundur mau baca dulu bukunya apa nonton filmnya dulu :-? kekekeke. Semenjak filmnya turun, pada ramai jadi penasaran gimana ceritanya. Apalagi liat movienya yang main bikin mata belo :oya: Tapi dari semua novel fantasy, entah kenapa ending-endingnya mesti pada jatuh diluar ekspektasi , jadi masih maju mundur :fufu:

    BalasHapus
  5. Tolong dibantu dong, saya dapat tugas dari dosen, pertanyaan nya, apa pesan moral yg terdapat pada novel ini, dan kenapa kalian memilih novel ini.. mohon bantuan nya ya

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, jejakmu sangat berarti untukku :*

Rekomendasi Bulan Ini

Buku Remaja yang Boleh Dibaca Siapa Saja | Rekomendasi Teenlit & Young Adult

K urang lebih dua tahun yang lalu saya pernah membahas tentang genre Young Adult dan berjanji akan memberikan rekomendasi buku yang as...